EKO Interior-2
1. Pentingnya Kualitas
Lingkungan Interior
Telah dibuktikan oleh WHO dengan penyelidikan di
seluruh dunia, adanya angka kematian (mortality), angka perbandingan orang sakit (mobidity) yang
tinggi serta seringnya terjadi epidemi, ada di tempat dimana terdapat hygine dan
sanitasi lingkungan inteior yang buruk (Entjang, 1981). Kualitas lingkungan
interior menjadi sangat penting sebagai suatu habitat untuk hidup manusia dan
organisme, berinteraksi, juga dominan dalam menentukan status kesehatan, sumber
kegiatan dan tempat melangsungkan kebutuhan biologis.
Dasar filosofis yang diberikan Prof. Winslow
(1920) berkaitan dengan pentingnya kualitas lingkungan interior, yaitu penghuni
hanya akan sehat apabila setiap manusia ikut-serta menyehatkan dirinya sendiri
serta lingkungannya. Tanpa keterlibatan penghuni, kesehatan tidak akan tercapai
(Soemirat, 1996). Filosofi inilah yang mendasari pentingnya keikutsertaan
penghuni dalam peningkatan kualitas lingkungan interior.
Bertitik-tolak dari dua unsur utama yang mendukung
interior tersebut tercipta elemen yang yang memungkinkan suatu keadaan manusia
untuk menyelenggarakan kehidupannya. Elemen tersebut meliputi karya, marga,
ruangan, suka dan penyempurna. Kelima unsur tersebut dianggap sebagai bagian
dari subsistem yang masing-masing saling berhubungan dalam ujud hubungan
aksial, interaksial, dependensial mapun interdependensial. Gangguan pada salah
satu unsur dalam lingkungan interior akan menyebabkan gangguan pada unsur yang
lain, dan sebaliknya perbaikan pada salah satu unsur interior akan
mengakibatkan membaiknya unsur interior yang lain.
Mengacu pada pengertian kualitas lingkungan sebagai
derajad kemampuan lingkungan untuk untuk memenuhi keperluan dasar manusia yang
hidup dalam lingkungan itu (Soemarwoto, 1978). Dengan demikian kualitas
lingkungan interior adalah derajad atau peringkat kemampuan lingkungan tersebut
dalam memenuhi keperluan tinggal dalam ruangan bagi penghuninya.
Derajad kemampuan lingkungan interior menurut
pengertian tersebut untuk mewadahi dan memenuhi keperluan hingga dapat
dipergunakan sebagai ruang tempat tinggal penghuninya. Untuk memenuhi
persyaratan kualitas lingkungan interior yang baik diperlukan kesesuaiana
keberadaan manusia sebagai penghuninya dan kemampuan lingkungan fisik sebagai
wadah. kualitas lingkungan interior erat hubungannya dengan kesehatan. Hal ini
terungkap dalam definisi kesehatan yang secara ekspansif serta tertera dalam
piagam organisasi kesehatan dunia dalam bukunya Eckhlom (1981), kesehatan
merupakan suatu keadaan yang menjamin adanya kesejahteraan jasmani, rohani dan
social yang utuh. Dalam tautan kesehatan dalam lingkungan interior, terdapat
aspek derajad kesehatan dalam suatu wilayah sangat ditentukan oleh kualitas
lingkungan interiornya, baik dalam skala individual maupun komunal. Menurut Achmadi
(1992) “sehat merupakan resultante hubungan interaktif antara manusia dan
lingkungannya secara seimbang. Bila terjadi perubahan lingkungan akan
menyebabkan gangguan keseimbangan dan akan disusul oleh perubahan tingkat
kesehatan masyarakatnya”.
Kualitas bangunan interior dapat dilihat dari segi:
1) bahan bangunan serta konstruksinya, 2) denah tata letak interior. Bahan
bangunan dan kontruksi menentukan suatu interior mudah rusk, mudah terbakar,
lembab, panas, mudah jadi sarang serangga pembawa penyakit, bising dan
lain-lain. Denah tata letak interior menentukan cukup tidaknya jumlah ruang
yang tersedia terhadap jumlah penghuni serta berbagai kegiatannya. Pemanfaatan
bangunan interior yang tidak sesuai dengan peruntukannya, dapat terjadi gangguan
kesehatan. Pemeliharaan bangunan interior mempengaruhi kesehatan penghuni,
karena fasilitas yang tersedia tidak dipelihara dengan baik akan membantu
terjadinya wabah penyakit.
2. Ketidaknyamanan Interior
Pada awal mulanya desain interior dibuat
untuk melindungi manusia dari keamanan dan pengendalian lingkungan atmosfiris.
Bangunan interior dapat dianggap sebagai bentuk seksama dari pengendalian suhu
(thermomeregulator). Bangunan interior dapat melindungi anasir-anasir
cuaca yang tidak diharapkan seperti angin kencang dan hujan, serta secara peka
dapat menyediakan lingkungan dengan beban suhu yang rendah. Berarti dengan
tinggal di dalam bangunan interior, maka mintakat upaya pengendalian suhu
minimum dapat tercapai dengan keadaan suhu di luar interior berada di atas atau
di bawah mintakat suhu tersebut.
Neraca energi suatu interior tergantung
pada neraca energi bagian eksterior bangunan, pemanasan antropogenik yang
berlangsung pada bagian interior, dan fasilitas yang memungkinkan bagian
dinding bangunan untuk dapat berinteraksi antara bagian interior dan bagian eksterior
bangunan.
Pada saat siang hari pemuatan beban bahang
melalui radiasi tatasurya secara intensif berlangsung di bagian eksterior
bangunan. Akibatnya bagian eksterior bangunan menjadi lebih hangat dari bagian
interior akan menerima fluks energi ke arah dalam. Pada waktu malam hari,
dengan iradiasi lemah dari bagian eksterior, akan terjadi fluks energi ke arah
luar.
Bila bahan dan konstruksi bangunan
interior memungkinkan untuk terjadinya pertukaran energi secara mudah antara
bagian interior dan eksterior maka bangunan akan berfungsi sebagai . Keadaan sebaliknya terjadi bila pertukaran
bahang terhambat dan terjadi perbedaan suhu yang besar antara bagian dalam dan
bagian luar bangunan.
Pertukaran bahang dalam bangunan interior
sepertinya berlangsung melalui 3 cara ,
yaitu:
a. Radiasi tatasurya masuk ke dalam interior
melalui jendela/bukaan atau kaca. Perolehan bahang melalui proses ini
tergantung pada ukuran dan orientasi bukaan, dan keadaan alami dari radiasi
tatasurya yang datang dalam arti intensitasnya, dan watak arahnya.
b. Bahang (heat) akan masuk dan meninggalkan bangunan
interior sebagai akibat adanya ventilasi seperti jendela, pintu, retakan/celah,
dan bukaan lainnya akan lebih cepat bila posisi ventilasi silang (cross ventilations).
c. Bahang (heat) akan dikonduksikan melalui bahan-bahan
bangunan pembentuk interior (dinding, langit-langit, lantai, kusen dan bahan
pintu, jendela dll). Aliran ini akan tergantung pada watak termis dari bahan
bangunan, dan kekuatan gradien suhu lingkungan interior. Dalam proses ini watak
termis yang terpenting adalah ketebalan dan konduktifitas termal bahan, dan
ketebalan lapisan keliling laminer yang menambah permukaan interior bangunan.
Rancang-bangun interior di lingkungan
kawasan panas dan kering, pengendalian bahangnya dilakukan dengan empat cara :
a. Masukan radiasi tatasurya harus dikurangi
sebanyak mungkin dengan membuat celah atau bukaan sekecil mungkin dalam desain
interior, dan menggunakan peneduh seperti beranda, pohon perindang maupun pohon
yang berfungsi barier.
b. Saling menaungi atau meneduhi diantara
bangunan pembentuk interior dengan mengatur jarak antara bangunan.
c. Menggunakan bahan bangunan interior yang
mempunyai kapasitas bahang tinggi (seperti batu bata, tanah, breksi batu apung)
sehingga perolehan bahang dari luar dapat diimbangi.
d. Apabila dimungkinkan desain interior
menanggulangi atau menahan radiasi panas ke dalam ruangan dengan memperhatikan
diantara atap dam langit-langit, diantara elemen dinding dan penyekat ruangan
untuk diteruskan aliran radiasi panasnya dengan ventilasi silang.
3.
Kenyamanan
Fisiologis
Kenyamanan fisiologis biasanya berawal dari kepadatan
penghuni di dalam bangunan interior dan tuntutan keperluan ruang dengan
kemampuan terbatas menimbulkan permasalahan dalam eko-interior. Adanya tuntutan
keperluan kualitas lingkungan interior mengakibakan terjadinya penambahan
ruang yang tidak terencana, penyelesaian
akhir atau finishing interior yang kurang baik, sistem pembuangan limbah atau
sanitasi yang kurang baik, sirkulasi udara terhambat, kecepatan angin
berkurang, kelembaban dan suhu ruangan semakin tinggi. Kondisi ini memperlambat
fase perubahan temperatur, karena temperatur udara dan kelembaban udara adalah
faktor dominan yang mempengaruhi kenyamanan penghuni, maka kondisi tersebut
akan berpengaruh terhadap gairah kerja penghuni. Kerja dalam konteks ini,
menurut Parkinson (1987) adalah mata rantai penghubung antara individu dan
komunitasnya.
Gerak lancar udara (cross ventilation) mengurangi
kelembaban dan suhu udara dalam ruangan. Suhu ruangan yang ideal adalah antara
200 s.d. 250 C, kelembaban udara antara 40% s.d. 50%.
Gerak udara yang sedang antara 5 s.d 20 M/Detik atau volume pertukaran udara
bersih antara 2- s.d. 30 CFM (Cubic Fip per Minute) untuk setiap orang
yang berada di setiap ruangan (Ircham, 1992). Ukuran rasa nyaman ini bersifat
subyektif, apabila ventilasi alamiah dalam ruangan kurang memenuhi syarat
sehingga menyebabkan ruangan pengab (stuffiness) yang sering
dipergunakan bantuan alat mekanis seperti AC yang tidak ramah lingkungan.
Kenyamanan (comfort)
penghuni bangunan interior dalam melakukan segala aktivitas dinyatakan dengan
‘efisiensi kerja terganggu’, keletihan yang berlarut, timbulnya rasa malas dan
depresi, tidur tidak nyenyak (Konigsberger, 1973). Faktor kenyamanan yang
berpengaruh tehadap gairah kerja, selanjutnya akan selalu berkaitan dengan
tinggi rendahnya keterlibatan penghuni interior dalam peningkatan kualitas
lingkungan interior.
Kata “kelelahan” dalam eko-interior menunjukkan
keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat pada pengurangan kapasitas
kerja dan ketahanan tubuh. Menurut Singelton (1972), pengertian kelelahan ada
dua macam, yaitu: 1) kelelahan fisiologik yang disebabkan oleh faktor
fisik seperti suhu udara, kelembaban udara, dan bahan kimia, 2) kelelahan
psikologis yang disebabkan oleh faktor psikologi.
Berkaitan dengan kenyamanan fisiologis dalam lingkungan
bangunan interior dapat diukur dengan parameter kenyamanan fisiologis melalui
pengukuran tingkat kelelahan. Telah diutarakan oleh Singelton (1972), sampai
saat ini belum ada cara pengukuran kenyamanan fisiologis dan psikologis yang
dapat dipakai secara sempurna, tetapi beberapa ahli telah mengembangkan
pendapatnya tentang beberapa parameter kenyamanan fisiologis melalui pengukuran
tingkat kelelahan, yaitu dengan cara:
1)
“Waktu reaksi”, yaitu reaksi sederhana atas rangsangan tunggal atau reaksi
yang memerlukan koordinasi.
2)
Uji “Finger-Tapping”, yaitu
pengukuran kecepatan maksimal ketukan jari tangan pada ukuran waktu tertentu.
3)
Uji “Fheker-fusion”, yaitu pengukuan
terhadap kecepatan berkelipnya cahaya (lampu) yang secara bertahap ditingkatkan
sampai pada kecepatan tertentu yang memperlihatkan cahaya nampak berbaur
sebagai cahaya yang kontinyu.
4)
Uji “Bourdon Wiersma”, yaitu
pengujian terhadap kecepatan bereaksi dan ketelitian.
5)
Pemeriksaan “Tremor” pada tangan.
6)
“Skala kenyamanan
fisiologis” dari Industrial Fatique Research
Committe (IFRC).
Penekanan Kenyamanan fisiologis dalam eko-interior secara
sederhana dapat diterapkan dalam uji kenyamanan yang dilakukan dengan (a) skala
kenyamanan fisiologis IFRC, dan (b) uji finger-tapping.
A.
Skala Kenyamanan Fisiologis
Skala kelelahan Industrial Fatique Research Committe (IFRC)
mengandung 30 pertanyaan indikator (Suma’mur, 1980). Pertanyaan indikator
kenyamanan fisiologis berhubungan dengan gejala kelelahan yang menujukkan
gejala kenyamanan fisiologis atau dapat mempengaruhi “gairah kerja”.
Gejala kenyamanan fisiologis atau yang berkaitan dengan kelelahan
disusun menjadi daftar pertanyaan. Daftar
pertanyaan digunakan untuk menjaring pertanyaan genjala kenyamanan
fisiologis dari penghuni bangunan interior. Penghuni bangunan interior akan
mengungkap pernyataan ini atas dasar pengalaman yang pernah diperoleh selama ia
menghuni.
Tabel 1: Gejala kelelahan yang berkaitan dengan kenyamanan
fisiologis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
Perasaan
berat di kepala.
Lelah
di seluruh badan.
Kaki
terasa berat
Sering
menguap.
Pikiran
jadi kacau.
Menjadi
mengantuk.
Merasa
adanya beban di mata.
Kaku
dan canggung dalam bergerak.
Tidak
seimbang dalam berdiri.
Ingin
berbaring saja.
|
Pelemahan
|
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
|
Sukar
berpikir.
Lelah
kalau berbicara.
Menjadi
gugup.
Tidak
dapat berkonsentrasi.
Tidak
mempunyai perhatian terhadap sesuatu.
Cenderung
untuk menjadi lupa.
Kurang
percaya terhadap diri sendiri.
Cemas
terhadap sesuatu.
Tidak
dapat mengontrol sikap.
Tidak
dapat tekun dalam bekerja.
|
Motivasi
|
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
|
Membuat
sakit kepala.
Kekakuan
di bahu.
Rasa
nyeri di pinggang.
Pernapasan
tertekan.
Selalu
haus.
Suara
menjadi serak.
Pening
kepala.
Kelopak
mata tegang atau linu (spasme)
Gemetar
(tremor) pada anggota badan.
Merasa
kurang sehat.
|
Gambaran
|
Gejala nomor 1 sampai dengan nomor 10 sebagai indikator “pelemahan”;
gejala nomor 11 sampai dengan 20 sebagai indikator “motivasi”; dan gejala nomor
21 sampai dengan nomor 30 disebut sebagai indikator “gambaran”.
Singelton (1972) menggunakan cara penilaian dengan menyediakan empat
buah pertanyaan untuk setiap pertanyaan dari ke 30 indikator. Setiap pertanyaan
mempunyai atribut dan nilai:
a.
TP, yang berarti
: tidak pernah, nilai = 1
b.
KD, yang berarti
: kadang-kadang, nilai = 2
c.
ST, yang berati
: sering terjadi, nilai = 3
d.
SS, yang berarti
: sangat sering, nilai = 4
Dengan cara menjumlah nilai setiap pernyataan dari 30 pernyataan
indikator diperoleh nilai gabungan. Penjumlahan ini menghasilkan nilai
kenyamanan fisiologis dalam eko-interior mulai dari 30 sampai 120. Skala
Kenyamanan fisiologis didapat dengan memberikan kategori dari hasil penilaian
tersebut.
a. nilai rendah, 30
sampai dengan 80 : termasuk “nyaman”;
b. nilai sedang, 61
sampai dengan 90 : termasuk “tidak
nyaman”;
c. nilai tinggi, 91
sampai dengan 120 : termasuk “sangat
tidak nyaman”.
B.
Uji Finger-Tapping
Uji finger-tapping untuk mengukur kenyamanan fisiologis dalam
eko-interior dilakukan dengan cara pengukuran kecepatan atau jumlah maksimal
mengetukkan salah satu jari tangan selama 1 menit dengan menggunakan “hand-tally-counter”
(Siahaan, 1982). Asumsi dasar dalam pengukuran ini ialah, semakin besar jumlah
maksimal dalam mengetukkan salah satu jari tangan selama 1 (satu) menit,
berarti semakin “nyaman”.
Hand tally counter dapat dipergunakan untuk mengukur kecepatan mengetukkan
jari tangan, sebagai jawaban gejala fisik yang diterima.
Cara kerja dalam menggunakan
alat uji fingger-tapping, sebagai berikut.
(1)
alat dipegang tangan (digenggam)
dengan posisi cincin masuk ke jari telunjuk dan ibu jari tangan diletakkan pada
handle;
(2)
ibu jari tangan diketukkan pada handle
berulang-ulang secepat kemampuan yang dimiliki;
(3)
saat dimulai dan diakhiri pengetukan ibu jari tangan ditentukan serta
diukur dalam satuan waktu 1 (satu) menit;
(4)
jumlah ketukan tangan dapat dibaca langsung pada angka di alat ukur hand tally counter.
Alat pengukur waktu dapat dipergunakan jam tangan, jam meja
atau bila diperlukan ketepatan maka dianjurkan dipergunakan stop-watch,
untuk mengukur lamanya waktu 1 menit kemampuan jari tangan dalam pengukuran uji
finger-tapping.
Pengukuran suhu udara yang digunakan dalam pengukuran
kenyamanan fisiologis dalam eko-interior adalah menggunakan Index Suhu Basah
dan Bola (ISBB). Menurut Harahap (1982), Wet Bulb Globe Temperatur Index
(WBGT) di Indonesia dikenal dengan Index Suhu Basah dan Bola (ISBB). ISBB
merupakan parameter sengatan panas untuk mengukur suhu udara yang berkaitan
segi “fisiologis”. Pengukuran ISBB diketahui dengan menggunakan pendekatan
rumus sebagai berikut.
(1)
Pengukuran parameter sengatan panas ISBB pada ruang
terbuka, menggunakan rumus:
Keterangan :
Sba = suhu basah alami,
Sb = suhu bola,
Sk = suhu kering,
0,7;
0,2; 0,1 = konstanta.
(2)
Pengukuran parameter sengatan panas ISBB di dalam
ruangan tertutup, menggunakan rumus:
Keterangan :
Sba = suhu basah alami,
Sb = suhu bola,
0,7;
0,3 = konstanta.
Suhu tubuh manusia sebagai penghuni bangunan interior tidak
dapat dipakai sebagai ukuran kenyamanan, karena kenyamanan menyangkut
pernyataan segi psikologis dan fisiologis. Kenyamanan dalam penghunian interior
menunjukkan sifat yang sangat kualitatif dan sangat relatif. Index kenyamanan
didapat atas dasar angka optimal dari keadaan lingkungan dan kenaikan stress,
yang menunjukkan adanya perubahan keadaan lingkungan interior. Terjadinya
perubahan lingkungan interior sangat dipengaruhi oleh variabel index suhu
berupa udara dan kelembaban relatif. Kelemahan ini terjadi karena pada umumnya
orang akan bergerak pada kondisi kelembaban yang berbeda, sehingga terjadi
pemanasan tubuh dan pendinginan tubuh. Untuk dapat menyederhanakan dan
mempermudah pengukuran secara kuantitatif hingga dapat dipergunakan, dalam
praktek digunakan kriteria “index kenyamanan” (comfort index)
dari The US National Weather
Services WHO (1969) dengan pendekatan rumus:
KKeterangan :
IK = Indek Kenyamanan,
T = Suhu udara dalam {(ISBB x 1,8) + 32 }0 F,
Atau T = {(ISBB x 1,8) + 32 }0 F,
KR = Kelembaban Relatif,
0,55;
1; 0,01; 50 = kontstanta
Kriteria skala indek kenyamanan dari The US National Weather Services menggunakan skal interval indek kenyamanan
sebagai indicator, dan jumlah (presentase) pernyataan dalam setiap kategori
skala kenyaman sebagai indikasi.
Skala indek kenyaman tersebut adalah:
(1) Indek kenyaman lebih kecil dari 70,
berarti tidak ada yang dinyatakan “tidak nyaman”, atau 100 % dinyatakan
“nyaman”.
(2) Indek kenyamanan antara 70 sampai dengan
80 berarti 50 % dapat dinyatakan
“nyaman”, 50% dinyatakan “tidak nyaman” dan “sangat tidak nyaman”.
(3) Indek kenyamanan lebih besar dari 80
berarti semua (100%) dinyatakan “idak nyaman”dan “sangat tidak nyaman”.
Perbandingan antara indek kenyamanan dan
nilai kenyamanan dapat menunjukkan seberapa jauh pergeseran yang terjadi antara
nyaman dan tidaknya bangunan interior
berdasarkan kenyataan yang ada dan nyaman atau tidaknya berdasar standar
dari The US National Weather Services.
4. Gairah Kerja Penghuni Interior
Kerja adalah merupakan bagian esensial dari
kehidupan manusia karena aspek kehidupan yang memberikan status dan mengikat
dirinya dengan masyarakat. Apabila
manusia tidak menyukai bekerja jika berada dalam bangunan interior,
kesalahannya lebih mungkin terletak pada kondisi psikologis dan fisiologis
serta lingkungan sosial dari pekerjaan dalam suatu ruangan, di samping pengaruh
Desain Interior ataupun finishing interior. Kurangnya minat bekerja, apatis
serta kemalasan disebabkan kurangnya energi, iklim yang melemahkan, diet yang
tidak memadai, serta penyakit fisik dan mental. Kemalasan sering merupakan
gabungan dari keletihan dan kurangnya
energi. Apabila seseorang tidak bekerja dengan bersemangat, yang pertama dan
terutama, kesehatannya memerlukan perhatian. Kurang tidur dan kurang nafsu
makan, akan secara serius merusak keefisienan semua orang (Parkinson ,
1987).
Untuk mengetahui Kenyamanan fisiologis
penghuni yang tinggal dalam bangunan interior dapat dilakukan dengan pertanyaan
tentang pendapat dan sikap. Menyangkut tentang pernyataan gejala kenyaman
fisiologis dari pengaruh tekanan panas suhu dan kelembaban udara yang diterima.
Pernyataan ini merupakan penilaian diri yang meliputi gejala kelelahan fisik,
pelemahan fisik dan motivasi yang berkaitan dengan gairah kerja penghuni
bangunan interior. Pertanyaan kenyamanan fisiologis ini dapat diketahui melalui
30 butir pertanyaan indikator.
Eko-interior bukanlah tujuan dalam gairah
kerja, sasaran utamanya kepuasan penghuni dalam bekerja dengan produktivitas
yang lebih tinggi. Desain Interior yang ramah lingkungan menimbulkan kepuasan
yang lebih besar kepada penghuni dalam bekerja untuk meningkatkan
produktivitasnya. Michael
Anggle dalam bukunya The Social Physchology of Work menyimpulkan,
pekerja yang bahagia bekerja lebih giat, dalam pengertian bekerja lebih cepat.
Sebaliknya, bila kepuasan kerja tinggi, terjadilah penurunan angka kemangkiran
yang disengaja (Parkinson , 1997).
Sumber “usaha” dalam pelaksanaan sesuatu
perkejaan terdiri dari lima
unsur, yakni: pikiran, tenaga, waktu, ruang dan benda (Gie, 1982). Cara bekerja efisien merupakan tanpa mengurangi hasil kerja yang dharapkan dapat menunjukkan
gairah kerja seseorang. Cara termudah
bersangkutpaut dengan pikiran, cara
teringan bertalian dengan tenaga; cara
tercepat menyangkut waktu; cara
terpendek menyangkut jarak; dan cara
termurah menunjuk pada benda yang apabla dinilai menurut harganya dinyatakan
dalam jumlah uang.
Gejala yang dianggap menjadi semacam
satuan ukuran untuk menunjukkan tercapai atau tidaknya penghematan
masing-masing sumber usaha ialah kepusingan, kelelahan, kelambatan, jarak,
biaya (Gie, 1982). Besar atau kecilnya kelima gejala atau satuan ukuran itu
menjadi pertanda tercapai atau tidaknya efisiensi kerja. Apabila diambil besar
atau kecilnya ketiga gejala, yaitu kepusingan, kelelahan dan kelambatan adalah
berkaitan erat dengan gairah kerja seseorang dalam menghuni bangunan interior.
Besarnya kepusingan, kelelahan dan kelambatan berarti tidak tercapai gairah
kerja dalam pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang dikerjakan dalam ruangan bangunan hasil desain interior. Gairah kerja lebih
erat berkaitan dengan cara termudah
dan cara tercepat atau gabungan cara termudah dengan cara
teringan dan tercepat. Berikut ini ketiga unsur gairah kerja yang sesuai untuk
desain interior yang ramah lingkungan.
Tabel 2: Unsur
Gairah Kerja dalam Eko Interior
No
|
Sumber Kerja
|
Ciri Perwujudan
|
Satuan Ukuran
|
1.
2.
3.
|
Pikiran
Tenaga
Waktu
|
Cara termudah
Cara teringan
Cara tercepat
|
Kepusingan
Kelelahan
Kelambatan
|
Sumber: Gie (1982)
dimodifikasi untuk gairah kerja penghuni interior.
Gairah kerja menghasilkan “kegiatan” yang
dilaksanakan selama menghuni ruangan dalam bangunan hasil desain interior.
Kegiatan, didefinisikan sebagai apa yang dikerjakan oleh seseorang pada jarak
waktu tertentu (Bachtel dan Zeisel, 1987). Lima unsur usaha dalam konsepsi efisiensi,
diringkas menjadi empat konsepsi kegiatan. Kegiatan selalu mengandung empat hal
pokok, yaitu pelaku, macam kegiatan, tempat dalam ruangan bangunan interior dan
waktu berlangsungnya kegiatan.
5. Suhu Udara
Suhu udara di dalam bangunan inteior dapat
diukur dengan termometer ruangan yang sesuai dengan jenis dan peruntukannya.
(1) Suhu Basah Alam, menggunakan alat ukur
“Termometer Suhu Basah Alami” dalam satuan 0C;
(2) Suhu Bola, menggunakan alat ukur
“Termometer Bola” (Vernon Globe) dalam satuan
0C;
(3) Suhu Kering dan Suhu Basah ,
menggunakan alat ukur “Psikrometer” dalam satuan 0C.
Dalam pelaksanaan pengukuran Suhu Basah
Alami dan Suhu Bola digunakan
rumus …(2), untuk mengetahui Indek Suhu Basah dan Bola (ISBB). Suhu Kering dan Suhu Basah
dipergunakan bantuan “Psychrometric Chart” untuk mengetahui kelembaban relatif (relative humidity).
6. Sistem dalam Eko Interior
Suatu sistem merupakan suatu rangkaian
komponen-komponen yang dirancang untuk mencapai suatu obyektif tertentu sesuai
dengan yang telah direncanakan (Johnson et al, 1974).
Komponen
sistem mempunyai tiga bagian penting, yaitu:
a. Suatu sistem harus mempunyai suatu maksud
atau obyektif yang harus ditampilkan.
b. Komponen sistem harus dirangkai atau
disusun dalam bentuk organisasi kegiatan
tertentu.
c. Masukan yang berupa informasi, energi dan
bahan dijatahkan berdasarkan rencana operasi yang telah ditetapkan.
Ekosistem dalam eko-interior terbentuk
oleh empat subsistem utama yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang
lainnya. Keempat subsistem dalam eko-interior terdiri dari penghuni,
organisasi, lingkungan dan teknologi. Penghuni interior tidak hanya menyangkut
jumlahnya saja, tetapi juga aspek yang menyangkut pekerjaan, pendapatan dan
pendidikan. Organisasi menyangkut struktur sosial yang mendukung penghuni untuk
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan interior yang dihuni. Lingkungan
interior merujuk pada semua gejala ekstenal penghuni interior termasuk sistem
sosial. Teknologi merujuk pada artefak, alat dan teknologi yang digunakan oleh
penghuni untuk meningkatkan kualitas lingkungan interior.
7. Sistem dalam Produk
Desain Interior
Sebagai input desain interior dalam proses pembuatannya
meliputi bahan baku, bahan penolong, bahan pewarna, tenaga kerja, peralatan,
mesin tenaga ahli atau tenaga kerja dan lain-lain.
Pilihan klasifikasi produksi karya desain interior tergantung pada jenis bahan baku , sehingga
pengelompokannya dapat dilakukan dengan mudah apakah suatu produksi karya
desain interior itu termasuk dalam
kelompok industri primair, sekunder ataupun tertier. Untuk beberapa hal produk
karya desain interior primer dapat
diidentifikasi sebagai industri hulu karena pada dasarnya produk karya desain interior itu ada yang mengolah bahan baku menjadi bahan
setengah jadi, seperti pengolahan keramik yang belum difinishing dengan warna
atau lapisan permukaan.
INPUT PROSES OUTPUT LIMBAH
- Bahan Baku - Industri
Karya desain
interior/ -Produk
Karya Utama
- Nilai Ekonomis
Karya
Desain Primair
- Tenaga
Kerja
- Industri Karya
desain interior/ -Produk
Sampingan -
Tidak Bernilai
Karya Desain Sekunder Ekonomis
- Mesin & Peralatan - Industri Karya
desain interior/ - Limbah
- Limbah daur
ulang Karya Desain
Tertier
-- feed back--
Gambar 6 : Sistem Sederhana dalam Produk Karya Desain Interior
Sebagai output produk karya desain interior diklasifikasikan produk utama,
sampingan dan limbah yang dapat diuraikan menjadi limbah bernilai ekonomis dan
non-ekonomis.
Potensi sumber pencemaran dapat dilaksanakan pada
input, proses maupun pada output-nya dengan melihat jenis dan spesifikasi
limbah yang diproduksi. Pada bagan sistem sederhana dalam produksi karya
desain interior menggambarkan hubungan
antara sub-kegiatan dengan kegiatan lain yang terdapat kemungkinan limbah
diproduksi menjadi karya desain interior
yang lain.
Gambar 7: Timbulnya Sisa Daur
Ulang
(Hufschmidt, 1988)
8. Materi dan Energi
Materi ialah sesuatu yang ada di suatu
tempat pada suatu waktu tertentu. Perwujudannya seperti benda-benda yang ada
misalkan: tanah, lempung (clay), pasir,
batu, kayu, bambu, air, udara dan sebagainya.
Energi atau daya ialah sesuatu yang
memberi kemampuan untuk menjalankan kerja. Alam semesta penuh dengan energi
yang mengejawantah dalam berbagai bentuk seperti: cahaya dan radiasi panas,
daya kinetik (gerak), daya potensial (posisi), daya kimia dan lain sebagainya.
Energi dapat mengalami transformasi ke bentuk lain, cahaya ke panas, panas ke
gerak, gerak ke listrik, dan seterusnya. Di dalam perubahan energi tersebut
pada hakekatnya, tidak ada energi yang hilang meskipun tampaknya berkurang,
Daur ulang materi menurut Soemarwoto (2003) tidak terbatas
pada lingkungan hidup fisik, melainkan mencakup pula lingkungan hidup hayati,
bahkan juga manusia. Karena itu sebuah aspek penting dalam ekologi industri
ialah untuk memandang industri sebagai komponen ekosistem sosio-biogeofisik.
Aplikasi ekologi industri bermula pada tahap rancangan (design).
Dalam tahap ini direncanakan untuk sebanyak-banyaknya mengguna-ulang dan
mendaur-ulang bahan sehingga terbentuk seminimal mungkin limbah yang harus
diolah. Rancangan itu juga mencakup guna-ulang komponen-komponen pada akhir
masa guna produk. Rancangan demikian membawa keuntungan ekonomi, karena
mengurangi biaya pembelian bahan baku baru, pengolahan limbah dan pembuangan
limbah ke TPA. Perusahaan beruntung, karyawan pun untung karena berkurangnya
limbah, terutama limbah B3, memperbaiki lingkungan kerja para karyawan. Dengan
perbaikan lingkungan kerja ini produktivitas kerja mereka naik sehingga
menguntungkan perusahaan. Para konsumen pun beruntung, karena sebagian dari
penghematan biaya produksi itu dinikmati oleh konsumen dalam bentuk penurunan
harga produk.
9.
Eko-Efisiensi
“Efisiensi” berarti menggunakan sumberdaya
dengan cara yang memaksimalkan kegunaannya dan meminimalkan sumberdaya yang
terbuang. Karena itu dengan meningkatkan efisiensi lebih sedikit bahan dan
energi diperlukan per unit produk sehingga akan menurunkan biaya produksi per
unit produk yang selanjutnya akan meningkatkan potensi keuntungan. Bersamaan
dengan itu jumlah limbah per unit produk berkurang sehingga akan menurunkan
potensi dampak terhadap lingkungan hidup. Karena efek ganda ini, praktik itu
disebut eko-efisiensi yang mengandung arti baik efisiensi ekonomi maupun
efisiensi ekologi (Schmidheiny, 1992). Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi dan
ekologi dapat digabung. Keduanya tidak perlu saling bertentangan, melainkan
dengan usaha yang bijaksana tujuan keduanya dapat dicapai, bahkan keduanya
dapat saling bersinergi.
Efisiensi adalah sebuah konsep dasar dalam ekonomi. Efisiensi
berarti menggunakan sumber daya ekonomi seefektif mungkin untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan manusia sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang.
Sumber daya yang terbuang adalah limbah. Dari segi bisnis naiknya efisiensi
mengakibatkan lebih sedikit bahan dan energi yang terbuang sehingga lebih
sedikit bahan dan energi yang dibutuhkan per unit produk. Dengan ini biaya
produksi turun dan potensi profit naik. Dari segi lingkungan hidup berkurangnya
limbah berarti menurunnya potensi dampak terhadap lingkungan hidup. Terjadilah
perpaduan antara ekonomi dan ekologi dan tidak ada konflik antara keduanya.
Bahkan keduanya saling memperkuat. Dengan demikian usahawan untung dan
lingkungan juga untung. Masyarakat pun untung karena lingkungan hidupnya tidak
tercemar dan harga barang yang dibelinya juga turun. Business Council for Sustainable Development menyebut konsep ini
eko-efisiensi. Dalam konsep ini eko
mempunyai arti efisiensi eko-nomi
dan efisiensi eko-logi.
Eko-efisiensi juga bertujuan untuk mengeliminasi atau paling sedikit
meminimumkan emisi limbah B3 ke lingkungan hidup. Dengan eko-efisiensi para
usahawan mendapatkan lebih banyak dari sumber daya yang lebih sedikit. Dengan
modal yang lebih kecil baik kinerja lingkungan hidupnya, maupun kinerja
ekonominya naik. Tidak ada dilema antara ekonomi dan ekologi. Dilema itu adalah
semu belaka. Bahkan keduanya dapat bersinergi.
Eko-efisiensi dan ekologi industri juga mengurangi intensitas
materi dan energi per unit produk dan layanan (service) yang mengurangi
biaya operasi para konsumen. Dari segi ekologi efek ekologi industri ialah
memperpanjang daur guna (use cycle) materi sehingga mengurangi laju
deplesi sumberdaya dan pencemaran lingkungan hidup (Richard dan Frosch, 1997).
Pada waktu yang sama beban limbah pada lingkungan hidup berkurang.
Karena penghematan yang dapat dibuat, eko-efisiensi dan
ekologi industri makin banyak diterapkan. Berkelakuan eko-efisiensi tidak hanya
didasarkan pada teknologi, melainkan juga pada kebudayaan. Karena itu haruslah
pula dikembangkan pendidikan budaya hidup eko-efisien.
10. Ekologi industri
Dalam arti luas eko-efisensi berkembang menjadi ekologi
industri. Sementara eko-efisiensi bergerak pada tataran teknologi, ekonomi dan
lingkungan hidup fisik, konsep ekologi industri mencakup arti lebih luas, yaitu
pada tataran teknologi, ekonomi serta lingkungan hidup biogeofisik dan sosial-budaya.
Konsep ini menempatkan industri dalam ekosistem antropo-biogeofisik yang
terdiri atas komponen masyarakat manusia dan komponen biogeofisik. Industri
merupakan sebuah mata-rantai daur materi dan arus materi yang mengalir melalui
ekosistem antropo-biogeofisik tersebut. Jelaslah, ekologi industri mencakup
juga aspek sosial-budaya.
Ekologi industri adalah konsep yang ingin meniru alam yang
tidak mengenal limbah. Limbah adalah konsep antroposentrik. Dalam alam sisa
sebuah proses bukanlah limbah, melainkan merupakan bahan baku proses lain.
Misalnya, dalam fotosintesis dihasilkan O2. O2 itu sebenarnya adalah limbah
fotosintesis. Makhluk aerobik menggunakan O2 dalam pernafasannya dan
menghasilkan CO2 sebagai hasil samping. CO2 itu adalah limbah proses pernafasan
aerobik. Limbah CO2 itu merupakan bahan baku fotosintesis tumbuhan hijau.
Oksigen dan CO2 mengalami daur.
Materi lain pun mengalami daur melalui rantai makanan,
misalnya bangkai dimakan oleh hewan dan jasad renik pemakan bangkai. Daur juga
terjadi melalui kombinasi proses
non-hayati dan hayati. Misalnya, karbon yang terikat dalam batuan kapur
terlepas ke udara oleh proses kimia-fisik pelapukan batuan kapur. CO2 yang
terlepas itu diikat kembali oleh organisme terumbu karang. Bersamaan dengan daur
itu mengalir pula arus energi. Dalam banyak hal daur materi dan arus energi
mencakup manusia, misalnya CO2 à fotosintesis tumbuhan à O2 à pernafasan manusia à CO2 à fotosintesis. Prinsip daur materi ini digunakan
dalam ekologi industri, yaitu limbah sebuah industri digunakan lagi sebagai
bahan baku oleh industri lain. Limbah itu didaur-ulang (recycle).
Ekologi industri malahan melangkah lebih maju, yaitu berusaha
mengguna-ulang (re-use)
sebanyak-banyaknya bahan dan suku cadang dalam komoditi yang telah habis masa
gunanya. Proses dimulai dengan merancang produk dengan tujuan meminimumkan baik
kebutuhan bahan dan energi, maupun terbentuknya limbah. Pertama, dikembangkan
peningkatan efisiensi proses produksi sehingga kebutuhan materi dan energi
dapat ditekan sampai seminimum mungkin. Misalnya, dengan penggunaan katalisator
yang lebih baik. Kedua, limbah proses produksi dirancang untuk
sebanyak-banyaknya didaur-ulang dan/atau menjadi produk samping dan/atau bahan
untuk dijual kepada industri lain. Dengan demikian limbah yang tersisa (limbah
residual) sangat minimal. Kadarnya dapat sampai di bawah baku mutu limbah yang
ditentukan oleh peraturan pemerintah. Dalam hal ini tidak perlu dibuat
instalasi pengolah limbah.
Ketiga, rancangan produk didasarkan pada Analisis Daur Hidup
(ADH) atau Life Cycle Analysis (LCA).
Prinsip ADH mengharuskan industri melihat ke arah hilir dan hulu. Ke arah hilir
produk yang dihasilkan haruslah pula memenuhi persyaratan ramah lingkungan,
misalnya bahan kemas yang minimal dan hemat energi dalam penggunaan. Dalam
rancangan produk diusahakan pula agar pada akhir masa guna produk itu sebanyak
mungkin komponen produk itu dapat diguna-ulang dan didaur-ulang, baik untuk
digunakan dalam pabrik sendiri dan/atau dijual kepada pabrik lain. Dengan demikian
produk itu menghasilkan limbah yang minimum pada waktu masa gunanya habis. Sisa
produk itu tidak banyak membebani tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.
Ke arah hulu ADH mempunyai implikasi dalam pemilihan jenis
masukan bahan dan energi. Pemasok (supplier)
bahan dan energi dipilih yang memenuhi syarat telah berusaha ramah lingkungan
dan meminimumkan arus materi dan energi. Dengan demikian eko-efisiensi dan
ekologi industri mempunyai implikasi yang luas menyebar ke hilir dan ke hulu.
Barangsiapa mengabaikannya akan menghadapi risiko terisolasi dan kehilangan
pasar. Jelaslah makna bahwa sebuah perusahaan adalah komponen sebuah ekosistem
yang terikat dalam jaring-jaring arus energi dan materi.
Arus daur materi dan arus energi difasilitasi oleh manusia yang
mengelola berbagai industri dan hanya dapat berjalan baik, jika ada kerjasama
yang harmonis antara industri dan masyarakat. Industri yang tidak sesuai (fit) dalam kerjasama itu akan
terpinggirkan. Implikasinya ialah bahwa kelangsungan hidup industri bukan lagi survival of the fittest dalam arti
kelangsungan hidup yang terkuat (fit
= kuat), melainkan kelangsungan hidup yang paling sesuai (fit = sesuai, cocok). Jadi yang dapat menjaga kelangsungan hidupnya
bukanlah yang mempunyai daya saing tertinggi dan dapat menyingkirkan lawannya,
melainkan yang dapat menjalin kerjasama yang serasi dengan komponen-komponen
lain dalam ekosistem tersebut. Dengan demikian kerjasama dengan komponen lain,
meskipun yang lebih lemah, bukan merupakan tanggungjawab sosial, bukan pula
belas-kasihan atau tindakan filantropik, melainkan kebutuhan untuk membangun
kesesuaian dirinya di dalam ekosistemnya demi kelangsungan hidupnya. Jadi
kerjasama yang serasi antara industri dengan masyarakat sekitarnya merupakan
suatu conditio sine qua non. Salah
satunya ialah mengintegrasikan UKM sebagai mata-rantai dalam daur materi dan
arus energi ekositem antropo-biogeofisik masyarakat-industri.
Nampaklah perbedaan yang besar antara teknologi akhir-pipa
dengan teknologi eko-efisiensi dan ekologi industri. Eko-efisiensi dan ekologi
industri mengurangi intensitas arus materi dan energi melalui ekositem
antropo-biogeofisik dan memperpanjang daur-guna (use cycle) materi. Dengan demikian, di samping mengurangi
pencemaran, juga mengurangi laju deplesi sumber daya. Penurunan laju deplesi
sumber daya dan pencemaran merupakan sifat pembangunan ramah lingkungan hidup.
Pembangunan ramah lingkungan membutuhkan biaya yang lebih kecil, sementara
kinerja ekonominya ditingkatkan. Tujuan ini dapat dicapai dengan maksimal, jika
efisiensi, guna-ulang dan daur-ulang dijadikan parameter rancangan pada waktu
produk dirancang. Jika dilakukan terlambat, usaha itu akan bersifat
tambal-sulam, mahal dan tidak cost
effective.
Implementasinya seyogyanya dimulai dengan yang mudah, yaitu
yang disebut “buah tergantung rendah” (low
hanging fruits). Buah tergantung rendah mudah dipetik dan dimanfaatkan
tanpa memerlukan banyak biaya dan teknologi. Pertama ialah perbaikan
pengelolaan rumah tangga (better
house-keeping). Contohnya ialah perbaikan administrasi keluar-masuk bahan
sehingga tak ada bahan yang kadaluwarsa; penyimpanan yang baik agar bahan tak
rusak; penanganan bahan dengan baik (better handling) agar tak berceceran;
memperbaiki kran air yang bocor; mematikan lampu dalam ruangan yang tak
digunakan; mengatur AC agar tak terlalu dingin dan mematikannya di ruangan yang
tidak digunakan. Contoh lain ialah melakukan audit air, kertas dan energi dan
menggunakan hasilnya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air, kertas dan
energi di dalam kantor, operasi pabrik dan transpor. Misalnya, menggunakan
kertas di kedua belah sisinya, mengguna-ulang kertas untuk pembuatan konsep dan
mengguna-ulang amplop untuk korespondensi intern; menampung air hujan dengan
talang dan menyimpannya dalam bak untuk memenuhi keperluan sehari-hari, seperti
di kamar mandi dan menyiram taman. Memang efek individual masing-masing usaha
adalah kecil, namun pepatah mengatakan sedikit-sedikit menjadi bukit.
Pengelolaan rumah tangga yang baik juga akan meningkatkan kenikmatan lingkungan
hidup tempat kerja. Efek selanjutnya ialah meningkatkan kinerja para karyawan.
Contoh yang membutuhkan investasi kecil ialah penanaman pohon
di halaman yang akan mengurangi kesilauan dan menurunkan suhu karena efek
peneduhan dan evapotranspirasi. Investasi yang agak tinggi dapat digunakan
untuk memasang alat fotovoltaik sebagai pembangkit listrik di atap
gedung-gedung. Di tempat yang banyak anginnya dapat dibangun kincir angin untuk
keperluan yang sama. Sumber energi fotovoltaik dan angin bersifat terperbarukan
dan disediakan dengan gratis oleh alam. Biaya operasinya hanyalah perawatan
alat-alat itu. Jelaslah, banyak sekali kesempatan untuk mengimplementasikan
ISO-14001 tanpa harus menggunakan modal besar.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimum semua karyawan
seyogyanya mengetahui dan menyadari arti ISO 14001. ISO 14001 memang sangat
mementingkan komunikasi, pendidikan dan latihan sehingga masing-masing karyawan
mengetahui peranan apa yang harus dilakukannya untuk mensuksekan ISO 14001.
11.
ISO 14000 dan Protokol Kyoto
Protokol Kyoto ialah persetujuan internasional untuk
implementasi Kerangka Konvensi Perubahan Iklim (Framework Convetnion on Climate Change) yang didisetujui di KTT
Bumi di Rio de Janeiro, Brasil, dalam tahun 1992. Salah satu butir Protokol
Kyoto ialah Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) atau Clean Development Mechanism (CDM). MPB mengatur perdagangan reduksi
gas rumah kaca (GRK). Dalam rangka MPB sebuah negara atau sebuah badan yang
mereduksi emisi GRK-nya dapat mendapatkan sertifikat untuk reduksi emisinya
itu. Reduksi Emisi berSertifikat (RES) atau Certified
Emission Reduction (CER) dapat diperdagangkan di pasar global. Dengan
demikian perusahaan yang memiliki sertifikat ISO 14001 dapat mendapatkan RES
dari reduksi emisi GRK sebagai akibat penggunaan teknologi eko-efisiensi dan
ekologi industri. Ini merupakan tambahan manfaat pelaksanaan ISO 14001 dengan
baik.
12.
Kendala
Uraian di atas menunjukkan bahwa dengan menerapkan pembukuan
lingkungan hidup beserta eko-efisiensi dan ekologi industri dapat sekaligus
dicapai peningkatan kinerja ekonomi dan kinerja ekologi. Kendalanya ialah masih
berlakunya banyak peraturan pemerintah yang kaku yang tidak memberi kebebasan
kepada para usahawan untuk memilih teknologi yang cost effective. Dengan demikian dapat terjadi bahwa sebuah industri
masih harus membangun sebuah IPAL, misalnya, meskipun IPAL itu sebenarnya tidak
diperlukan karena teknologi yang digunakan telah meminimalkan limbah sampai di
bawah baku mutu limbah. Dengan demikian ISO 14000 hanya dapat memacu
pertumbuhan dan pengembangan industri, jika pemerintah bersedia untuk
memasukkan lebih banyak unsur ADS ke dalam kebijakan pengelolaan lingkungan
hidup.
Pada lain pihak diperlukan adanya perasaan tanggungjawab yang
lebih besar pada pihak industri untuk dapat mengawasi diri-sendiri. Mekanisme
pengawasan diri-sendiri yang efektif perlu dikembangkan, antara lain, oleh
asosiasi yang dapat dipercaya (credible).
Asosiasi itu perlu mengembangkan kode praktik pengelolaan lingkungan hidup sukarela.
Sebuah contoh ialah Responsible Care seperti
telah disebut di atas.
Masyarakat pun perlu mengembangkan kemampuannya untuk ikut
melakukan pengawasan secara konstruktif. Sikap konstruktif ini dapat lebih
mudah berkembang, jika masyarakat menjadi bagian integral ekosistem
antropo-biogeofisik sehingga mendapatkan bagian yang wajar dan adil dari
manfaat industri dan bukannya hanya risikonya saja. Dengan pembagian manfaat
dan risiko yang adil, masyarakat bahkan akan ikut menjaga kelangsungan hidup
industri karena ini adalah juga untuk kepentingannya sendiri.
Peranserta masyarakat dalam pengawasan, terutama para
cendekiawan dan LSM, dapat berjalan lebih baik, apabila ada peraturan
pemerintah yang mengharuskan dapat diaksesnya data pemantauan lingkungan hidup
oleh publik, yaitu apa yang disebut right
to know. Walaupun tersedianya data pemantauan itu dapat digunakan oleh
pihak tertentu untuk memukul industri, namun keuntungannya ialah bahwa kritik
dapat berpindah dari opini yang tidak didasarkan pada data ilmiah ke diskusi
yang ilmiah. Manakala ada pihak yang tidak setuju dengan data tertentu,
haruslah ia menyajikan data alternatifnya yang sudah barang tentu harus
memenuhi kriteria teknis-ilmiah. Kritik itu menjadi masukan penting bagi
industri.
13.
Era Baru Eco Interior
ISO 14000 mengantar kita ke era baru pengelolaan lingkungan
hidup, yaitu Atur-Diri-Sendiri. ADS dengan instrumen administrasi finansial
berupa pembukuan lingkungan hidup serta instrumen teknologi eko-efisiensi dan
ekologi industri menginternalkan pengelolaan lingkungan hidup ke dalam
pengelolaan bisnis. Hasilnya ialah hilangnya konflik antara ekonomi dan
ekologi, bahkan terjadi sinergi antara keduanya. Terjadilah peningkatan baik
kinerja ekonomi maupun kinerja ekologi. Karena ekologi industri juga mencakup
aspek sosial-budaya, kinerja sosial-budaya industri pun meningkat. Tercapailah
apa yang disebut the triple bottomline is
black, yaitu menguntungkan, bukannya red
yang merupakan simbol warna rugi. Untuk mencapai tujuan ini seyogyanya ISO
14001 diukuti oleh penerapan ISO 14031. Bonus potensialnya ialah mendapatkan
RES yang dapat dijual di pasar global berdasarkan Protokol Kyoto. Sayangnya,
banyak usahawan yang menganggap ISO 14001 hanya sebagai sarana untuk
meningkatkan citra lingkungan hidupnya sehingga manfaat ISO 14001 tidak
terwujud. Investasi untuk mendapatkan sertifikat ISO 14001 menjadi mubazir.
Pada pihak pemerintah seyogyanya ISO 14000 ditanggapi dengan
tindakan deregulasi dalam pengelolaan lingkungan hidup. Dengan deregulasi itu
dunia bisnis dapat memanfaatkan ISO 14000 semaksimum mungkin untuk mempertinggi
daya saing kita dalam perdagangan global. Dengan demikian dunia bisnis dapat
melakukan peranannya dengan lebih baik untuk memutar kembali roda ekonomi kita
dengan sekaligus meningkatkan kinerja lingkungan hidupnya.
14. Hukum Termodinamika
Hukum termodinamika membicarakan bermacam
ketentuan hukum alam menjadi sangat penting karena memuat pengertian bagaimana
mahluk hidup dan ekosistem berfungsi di lingkungan. Hukum termodinamika
membicarakan tentang energi yang dikelompokkan menjadi 2 kategori:
a. Energi Kinetik atau energi aktif, yaitu
energi yang bergerak atau menimbulkan aksi seperti: matahari, radiasi, panas,
gerakan putaran roda kincir, listrik.
b. Energi potensial atau energi berkapasitas,
contoh air terjun penggerak turbin listrik, energi kimia di dalam baterai dan
bahan bakar fosil, bahan peledak, kayu bakar.
Hukum alam tertinggi menyatakan bahwa,
energi itu tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi hanya dapat dirubah
dari satu bentuk ke bentuk lain. Pertambahan entropy dalam alam semesta
menunjukkan ke arah mana waktu mengalir. Bertambah kekacauan berkat dengan
adanya waktu kemudian.
Ketika pabrik membuat barang, tampaknya
hokum kedua tadi dilanggar, tetapi kekacauan baru yang ditimbulkan di tempat
lain selalu lebih besar dari pada ketertiban baru yang tercipta. Sebagai akibat
menambang bahan mentah dan pembangkit energi untuk menghasilkan barang, dan
seterusnya.
15. Hukum Termodinamika I
Membicarakan kekekalan energi atau
konservasi energi (The law of energy conservation) dinyatakan “energi yang berasal dari
energi sinar matahari itu sesampai di bumi tidak pernah habis dipakai, yang
terjadi adalah perubahan energi sinar surya menjadi bentuk energi lain.
Energi hanya pindah tempat, tidak dapat
dirusak atau diperbaharui (Hukum Kekelan Energi)
16. Hukum Termodinamika II
Setiap pemakaian suatu bentuk atau unit
energi tidak pernah tercapai efisiensi 100%. Dalam suatu proses tertentu
perubahan satu bentuk energi menjadi energi lain selalu menghasilkan sisa yang
tidak terpakai pada proses itu.
Sisa energi yang tidak terpakai itu
disebut Entropi (The law of energy entropy). Karena entropi itu tidak terpakai pada
suatu proses, sisa yang terbuang tersebut disebut limbah. Pada umumnya kegiatan
poduksi karya desain interior
menghasilkan limbah. Limbah yang tidak bermanfaat dibuang, limbah yang masih
dapat dimanfaatkan lagi di daur ulang sebagai bahan baku produk karya desain interior. Pandangan ini disebut suistanable atau
berkelanjutan.
Sampah adalah sisa energi yang tidak
terpakai pada suatu proses perubahan pemakaian suatu bentuk energi lainnya.
Jadi sampah masih mengandung energi, atau daya guna untuk proses (karya
desain interior) lainnya.
Pencemaran selalu terjadi dan tidak dapat
dihindari karena adanya entropi.
Pencemaran dapat diperkecil karena
sesungguhnya entropi itu adalah sumber energi bagi proses lain.
17. Analisa Siklus Kehidupan (Life Cycle Chart).
Produk dan material yang digunakan dari
sumber daya alam disebut “hijau” karena tidak memberi kontribusi dalam polusi
udara. Artinya, tidak ada material yang berkompromi terhadap kesehatan dan pada
saat yang sama dalam proses produksi bermanfaat dan dijual karena hanya
berpengaruh kecil terhadap kerusakan lingkungan secara umum. Alat yang sangat
menolong untuk mengevaluasi dampak dari
produk dan material dalam lingkungan yang global adalah Analisa Siklus
Kehidupan (Life Cycle Chart).
Proses berkarya
desain interior dimulai dengan merancang produk dengan tujuan meminimumkan
kebutuhan bahan dan energi, maupun terbentuknya limbah. Dikembangkan
peningkatan efisiensi proses berkarya sehingga kebutuhan materi dan energi
dapat ditekan sampai seminimum mungkin. Limbah proses berkarya dirancang untuk
sebanyak-banyaknya didaur ulang atau menjadi produk samping bahkan dapat
dipergunakan untuk karya lain. Rancangan produk didasarkan pada Analisis Daur Hidup
(Life Cycle
Analysis) yang bertujuan untuk meminimalkan arus materi dan energi
dalam berkarya.
Transportation Gambar 3: Life Cycle Chart
(Sumber:
Pilatowicz,1954)
Prinsip
Analisis Daur Hidup mengharuskan dalam berkarya desain melihat ke arah hilir
dan hulu. Ke arah hilir karya yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan ramah
lingkungan, misalnya bahan kemas (packaging) yang minimal dan hemat energi
dalam penggunaannya.
Dalam
rancangan produksi karya diusahakan agar pada akhir masa guna produk itu
sebanyak mungkin komponen produk dapat didaur-guna dan didaur-ulang. Dengan
demikian produk karya desain interior menghasilkan buangan atau limbah yang
minimum pada waktu masa gunanya habis. Di samping itu desain juga merancang
produk yang mempunyai masa guna yang panjang. Desainer dapat menjadi
alat dalam menciptakan pasar yang cukup untuk produk aman lingkungan. dapat
meyakinkan klien bahwa desain yang sensitif secara lingkungan akan memperbaiki
kualitas hunian dari kehidupan, kenyamanan, dan produktivitas, serta juga
menghemat biaya operasi. Sepintas dalam
proses berkarya ini akan mengurangi volume tawar terhadap hasil karya. Tetapi
dengan konsumen yang makin sadar terhadap lingkungan, produk yang mempunyai
masa guna yang panjang akan semakin disukai oleh konsumen.
Ke
arah hulu proses berkarya mempunyai implikasi dalam pemilihan jenis masukan
bahan dan energi. Pemasok bahan dan energi dipilih yang memenuhi syarat telah
berusaha ramah lingkungan dan meminimumkan arus materi dan energi. Dengan
demikian eko efisiensi dan eko produksi Desain Interior mempunyai implikasi
yang luas menyebar ke hilir dan ke hulu. Diharapkan dengan eko-efisiensi para
desain interior mendapatkan lebih banyak
dari sumber daya yang lebih sedikit.
Konsep
sinergis ekologi berkarya desain
interior pada tataran teknologi, ekonomi serta lingkungan hidup fisik
dan sosial budaya. Implikasi konsep ini ialah kelangsungan hidup produksi
Desain Interior bukan lagi pada survival of the fittest dalam arti kelangsungan hidup yang terkuat (fit=kuat),
melainkan kelangsungan hidup yang paling sesuai (fit=sesuai, cocok). Dalam konteks
ini, yang dapat menjaga kelangsungan hidupnya bukanlah yang mempunyai daya
saing tertinggi dan menyingkirkan lawannya, melainkan yang dapat menjalin
kerjasama yang serasi dengan komponen-komponen lain dalam ekosistemnya.
Teknologi preventif yang cost effective
dengan memperkecil limbah pada sumbernya, adalah salah satu pendorong untuk
berlaku ramah lingkungan hidup dalam desain interior. Teknologi itu umumnya
berdasarkan eko-efisiensi sehingga teknologi ini harus mendapat rangsangan
untuk berkembang pada setiap proses desain interior.
Jelaslah
makna bahwa desain interior adalah
komponen sebuah ekosistem yang terikat dalam jaring-jaring arus energi dan
materi. Arus daur materi dan arus materi difasilitasi oleh manusia yang
berkarya desain interior serta hanya dapat berjalan baik, jika ada kerjasama
antara desain interior yang saling
ketergantungan secara sinergis.
140
120
100
80
60
40
20
0
Gambar 4:
Embodied energy in
various materials in relation to wood’s
639 kilowatt-hours per
ton
( Source: Ramsey and
Sleeper, 1993 diambil dari
Pilatowicz,1954)
18. Sumberdaya sebagai In-Put
“Sumberdaya” adalah unsur lingkungan
hidup yang terdiri dari sumberdaya manusia, sumberdaya alam hayati, sumberdaya
alam non-hayati dan sumberdaya buatan. Konservasi sumberdaya alam adalah
pengelolaan sumberdaya alam yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan
bagi sumberdaya terbaharui menjamin kesinambungan persediaan dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.
Akal budi, akal pikiran dan ajaran agama
sebagai sumberdaya perlu berada dalam keseimbangan yang baik agar menjadi modal
pokok bagi pengelolaan lingkungan hidup yang makin baik dan makin sehat.
Menurut Cutter (1965) sumberdaya adalah sesuatu benda yang
memiliki manfaat. Sedangkan sumberdaya alam adalah benda atau barang yang
terbentuknya dari proses atau sistem alam dan keberadaannya terlepas dari
kegiatan manusia.
Sumberdaya dapat dibagi antara lain
manusia dengan segala sifat dan perilakunya, mineral, tumbuhan, hewan, mikroba
dan ilmu pengetahuan serta teknologi yang dikembangkan oleh manusia. Berbeda
dengan sumberdaya lainnya, maka sumberdaya manusia merupakan sumberdaya yang
memiliki dimensi dan gatar yang paling unik. Manusia sebagai sumberdaya dapat
berperan dalam mengelola lingkungan sekaligus merupakan pihak yang akan terkena
akibat dari tindakan pengelolaan tersebut. Sehingga kedudukan manusia dalam
sistem sumberdaya sangat penting.
Sementara itu Katili (1979) menyebutkan
bahwa sumberdaya merupakan faktor produksi yang dimobilisasi dalam suatu proses
produksi atau lebih umum dalam suatu aktivitas ekonomi. Sumberdaya sebagai
faktor produksi dapat diberikan contoh dalam produksi karya desain interior dan produksi karya desain ialah
produksi furniture, produksi kerajinan keramik, produksi kriya kayu (ukiran
kayu), produksi kriya kayu maupun yang dimodifikasi dengan logam atau kulit,
produksi patung dan aksesoris secara massal, produksi karya grafis secara
massal, produksi desain komunikasi visual berupa poster, baliho, packaging
produksi bingkai karya lukis dan sebagainya. Di samping itu terdapat sumberdaya
alam hayati misalnya tumbuhan dan hewan yang dimanfaatkan pada kegiatan
pengusahaan hutan.
Tabel 1 : Sumberdaya Lingkungan
Golongan
|
Macam
|
Sifat
|
Fisik
(Abiotik)
|
a.
Udara
b.
Air
c.
Tanah; Ruang
d.
Mineral
|
-
Hampir tak terbatas; dapat didaur ulang
-
Terbatas; dapat didaur ulang
-
Sangat terbatas; tak dapat didaur ulang
- Terbatas, dapat didaur ulang;
ada yang berbahaya bagi manusia
|
Hayati
(Biotik)
|
e. Tumbuhan;
Vegetasi
f.
Hewan termasuk
manusia
g. Jasad perombak
Mineral
|
- dapat
terbatas; dapat diperbaharui; dapat
punah; ada yang berbahaya bagi manusia
-
dapat terbatas; dapat diperbaharui
-
dapat punah; ada yang berbahaya bagi manusia
- dapat terbatas; dapat
diperbaharui; dapat punah; ada yang berbahaya bagi manusia
|
Sosial-Budaya
(Culture)
|
h.
Ilmu pengetahuan
teknologi
i. Tenaga kerja
j.
Nilai sosial
Budaya,
Karya desain
interior
k. Akal budi,
akal pikiran
l. Agama,
Kepercayaan
Mineral
|
-
terbatas; dapat berkembang
terbatas;
dapat disalahgunakan manusia
-
terbatas, dapat berkembang
-
tak terukur; dapat berkembang
-
sangat menentukan motivasi; dapat berkembang
-
spiritual; dapat berperan menentukan
|
Sumber: Suryani (1985) dimodifikasi.
19. Pembangunan Berkelanjutan
Namun pembanguna berkelanjutan berjalan dengan
tersendat-sendat. Salah satu sebab utamanya ialah tidak adanya tolok ukur untuk
PB. Berbeda dengan pembangunan ekonomi yang dengan jelas dapat diukur dengan
GNP. Karena hanya yang dapat diukurlah yang dilaksanakan, pembangunan ekonomi
telah dilaksanakan dengan gencar. Tetapi
karena PB tidak dapat diukur, pembanguna berkelanjutan hanya bersifat retorik
dan sloganisme belaka. Karena itu harus dicari jalan agar pembanguna
berkelanjutan dapat diukur secara kuantitatif.
20.
Sumber Daya Energi
Definisi energi sebagai kemampuan untuk
dapat menjadikan segala sesuatu, tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Pada Interior rumah penggunaan energi
untuk memasak, menyediakan cahaya serta panas di dalam rumah. Energi itu
biasanya diperoleh dari api dengan cara
membakar kayu (wood), minyak atau lilin. Batu bara
(brick)
mulai digunakan, kemudian pembangkit
listrik dapat untuk berbagai keperluan selain penerangan. Sebaiknya
eko-efisiensi dimulai dengan memperbaiki pengelolaan rumah tangga (house keeping)
yang terdiri atas kegiatan yang mudah dilakukan dan tidak memerlukan banyak
biaya.
Konsep eko-efisiensi telah diperluas
menjadi ekologi industri. Konsep ini pada prinsipnya ingin meniru alam. Dalam
alam limbah sebuah proses digunakan sebagai bahan baku untuk proses lain.
a. Energi Pengganti
Peruntukan energi untuk berbagai keperluan, namun
sebenarnya banyak masalah yang ditimbulkan oleh penggunaan bahan bakar fosil
dengan jumlah sebanyak yang digunakan dewasa ini. Masalah energi ini dapat
diatasi dengan dua cara : Pertama,
orang dapat lebih menghemat pasok bahan bakar fosil dengan mempunyai keborosan.
Kedua, orang dapat memanfaatkan energi yang berasal dari sumber pengganti. Salah
satu pengganti bahan fosil adalah energi
nuklir, tetapi penggunaannya masih menimbulkan masalah tersendiri. Energi
surya, energi hidroelektrik, energi geothermal adalah contoh sumber energi yang
dapat diperbarui, atau tidak dapat habis, berbeda dengan bahan bakar fosil yang
persediaannya semakin menipis.
Bank Dunia (1994) melaporkan berdasar hasil sebuah
sigi sekitar 70 berjenis industri di Indonesia bahwa tanpa biaya tambahan
energi dapat dihemat dengan 8% dan dengan investasi yang ringan penghematan
energi dapat ditambah dengan 15% sehingga penghematan total mencapai 23%.
Penghematan ini ekivalen dengan 2,5 juta barrel-oil-equivalent BBM. Dengan
teknologi yang lebih canggih dapat dicapai penghematan yang lebih besar, sudah
barang tentu dengan biaya yang lebih tinggi. Eko-efisiensi mempunyai potensi
untuk menurunkan biaya produksi dan bersamaan dengan itu juga menurunkan
pencemaran.
Alternatif yang
logis ialah dengan membangkitkan energi dari biomasa, air, matahari dan angin.
Dengan menggunakan sumber energi ini dapat dihasilkan energi dari sumber
setempat untuk desa-desa, bahkan untuk sebuah rumah secara individual, sehingga
tidak tergantung dari sistem grid PLN. Dengan cara ini juga tidak banyak
energi yang terbuang pada waktu distribusinya. Majalah Economist (2000)
menyebutnya sebagai revolusi energi mikro.
Dengan adanya
ancaman pemanasan global, energi terperbarukan sering disebut “energi hijau“,
karena tidak menambah emisi gas rumah kaca (GRK) CO2. Dengan
demikian pengembangan energi terperbarukan mempunyai potensi besar untuk
menarik dana melalui Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) dalam kerangka Protokol
Kyoto dan sumber dana lain. Dana yang didapatkan dari MPB dapat dinikmati oleh
penduduk yang membangkitkan energi terperbarukan. Dengan demikian penduduk
mendapatkan insentif ekonomi, yaitu dari pendapatan kunjungan wisata atau usaha
lain dan dari dana MPB, untuk membangkitkan dan memelihara instalasi energi
terperbarukan itu. Instalasi energi terperbarukan itu merupakan investasi untuk
usahanya, bukan untuk keperluan konsumtif belaka.
b. Mini
mikro-hidro energi
Energi
terbarukan air potensi dikembangkan di daerah berkontur dengan kemiringan
lahan, untuk memutar generator pembangkit listrik. Mini mikro-hidro listrik
sangat potensial untuk digunakan pada skala rumah tangga, misalnya untuk energi
pada interior dan industri kecil rumah tangga.
Dengan
memperhatikan geohidrologi dan sosial ekonomi masyarakat, maka para Desainer
Interior dapat bekerja-sama dengan ahli elektrikal dan mekanikal untuk mengembangkan
mini mikro-hidro yang ramah lingkungan, disamping dapat mendukung pengembangan
wisata energi, agro dan industri kecil di suatu kawasan.
Pembangkit
listrik mini mikro-hidro dapat digerakkan oleh derasnya air irigasi.
Perhitungan sederhana dapat dilakukan seandainya panjang saluran irigasi
sepanjang 56,6 m yang turun dengan kemiringan 120, terjunan air (head)
11, 5 m dengan debit rata-rata 6 m3/detik, maka dapat diperoleh daya
sebesar 1000 x 6 x 9,8 x 11,5 = 676.200 Watt atau 676,2 kW.
Apabila efisiensi
keseluruhan dari bangunan air hingga pembangkit = 50%, maka daya listik yang
dihasilkan dapat mencapai 338 kW.
Lebih pendek saluran
irigasi, tetapi mempunyai kemiringan yang terjal, maka dapat dilakukan
perhitungan terjunan air (head) 3m debit air rata-rata 3 m3/detik,
maka diperoleh daya 1000 x 2 x 9,8 x 3 = 58.800 Watt atau 58,8 kW. Tetapi
apabila efisiensi keseluruhan dari bangunan air hingga pembangkit 50% , maka
daya listrik yang dihasilkan 29,4 kW.
Tenaga listik
yang bersumber dari pemabngkit listrik tenaga mini mikro-hidro dapat bermanfaat
bagi pemenuhan keperluan listrik bagi masayarakat di suatu kawasan bahkan
samapi tingkat wilayah kecamatan. Selian
dapat dipergunakan untuk enrgi listrik pada bangunan interior, dapat untuk
pengembangan industri kecil seperti kerajinan, makanan atau industi pengolahan
hasil-hasil pertanian dan perkebunan, juga dapat membantu pengembangan
peternakan sapi serta peternakan unggas.
c.
Energi Angin
Sejak krisis minyak pada permulaan tahun 1970-an tumbuhlah
perhatian penggunaan energi angin untuk menggantikan BBM. Sejak tahun 1980-an
penelitian dan pengembangan energi angin mendapat dorongan baru dengan adanya
isu pemanasan global.
Dewasa ini pengetahuan tentang pembangkitan listrik dari
energi angin mengalami kemajuan yang pesat. Kincir angin untuk pembangkitan
listrik telah dibangun dalam skala kecil dan besar.
Angin di Indonesia lebih lemah daripada di wilayah iklim
sedang, misalnya Belanda dan Inggris, penelitian khusus harus dilakukan untuk
merancang kincir angin yang efektif dalam kondisi kecepatan angin yang rendah.
Modal yang diperlukan untuk pemanfaatan energi angin ialah
pertama-tama untuk konstruksi menara dan kincir anginnya. Pada tahap
operasional tdak diperlukan modal untuk bahan bakar, karena angin disediakan
oleh alam secara gratis. Modal hanya diperlukan untuk pemeliharaan. Karena
“bahan bakar”nya berupa angin yang disediakan oleh alam, kincir angin pada
operasinya tidak menimbulkan pencemaran udara. Tetapi ada pencemaran kebisingan
sehingga harus dibangun agak jauh dari areal pemukiman. Kehati-hatian juga
perlu diambil agar kincir angin tidak mengganggu satwa liar, misalnya migrasi
burung.
Pemanfaatan energi angin akan menciptakan lapangan kerja,
mulai dari litbang kincir angin, pembangunan dan pemeliharaan kincir angin,
sampai pada lapangan pekerjaan yang ditimbulkan dari pemanfaatannya.
d.
Energi Surya
Pembangkit
listrik tenaga surya berasal dari energi cahaya matahari yang prinsipnya
merupakan energi listrik yang dihasilkan dari perubahan cahaya matahari dalam
bentuk gelombang elektro magnetik oleh sel-sel matahari dalam bentuk Sistem
Listrik Surya yang terbuat dari bahan semi konduktor yaitu silikon enjadi
energi listrik.
Prinsip
kerjanya energi surya yaitu, sebuah sel surya terdiri atas sejumlah lapisan silisium
yang terbagi atas dua lapisan. Lapisan atas penuh dengan elektron dan lapisan
bawah miskin elektron. Ketika sinar Matahari mengenai lapisan sel, elektron di
lapisan atas akan berpindah ke bawah, sehingga timbullah muatan positif dan
negatif. Dari situ mengalirlah arus listrik.
Penelitian
energi surya juga terdorong oleh krisis minyak pada tahun 1970-an dan isu
pemanasan global. Energi surya dapat digunakan untuk mengeringkan hasil
produksi pertanian dan perikanan, pemanasan air, memasak dan membangkitkan
listrik. Seperti halnya dengan energi angin, biaya diperlukan pada tahap
konstrulksi dan untuk pemeliharaan. “bahan bakarnya”-nya, yaitu cahaya
matahari, diberikan gratis oleh alam.
Energi surya tidak menimbulkan pencemaran udara maupun pencemaran
kebisingan.
Teknologi
pemanfaatan energi surya untuk memasak, mengeringkan hasil pertanian dan
pemanasan air sederhana sehingga dapat dilakukan oleh tenaga lokal dengan
latihan yang tidak berat. Produksi, perdagangan dan pelayanan alat-alat ini
akan menciptakan kesempatan kerja baru.
Pengetahuan
mengenai photovoltaik (PV), yaitu alat pembangkit listrik dari cahaya matahari,
juga berkembang pesat dan lisrik yang dihasilkan telah dapat bersaing dengan
listrik konvensional. PV dapat digunakan untuk memasok listrik di perumahan di
kota ataupun untuk melayani daerah yang
terisolir.
Selain
membangkitkan listrik untuk penerangan, listrik juga dapat digunakan untuk
kulkas untuk menyimpan makanan dan menyajikan minuman dingin. Dengan adanya
kulkas, risiko penyakit infeksi dari makanan basi dapat dikurangi. Kulkas
berguna juga untuk menyimpan vaksin dan obat tertentu di puskesmas desa. Energi
surya juga dapat digunakan untuk menyediakan layanan air panas untuk mandi .
Pemanas air surya dan listrik untuk kulkas meningkatkan layanan pada Lingkungan
interior dengan menyediakan air panas untuk mandi dan minuman dingin.
Peran sinar Matahari mengeringkan
silikat-granulat yang kuyup oleh air, serta mempersiapkan siklus dingin
berikutnya. "AC bertenaga surya memiliki potensi ekonomi yang besar,"
kata Carsten Hindenburg dari Frauenhofer-Institut.
Kala musim panas, gedung berkaca besar di Freiburg
tentunya membutuhkan energi yang besar untuk mendinginkan ruangan di dalamnya.
Selain mendinginkan, tentunya bisa pula memanaskan ruangan. Ketika
musim dingin, peran pemanas sangat vital. Sayang, sinar Matahari di musim
dingin tak segalak musim panas. Tapi berkat silikat-granulat itu, persoalan
sebuah tanki hampa udara. Di musim
dingin, sinar Matahari yang lemah cukup untuk menguapkan air di tanki hampa
udara dalam suhu rendah. Bila uap itu mengenai unsur kering silikat-granulat,
panas ini akan dilepaskan dan memanaskan air di alat pemanas.
Loteng
bervolume 12 m3 dan bidang pengumpul sinar Matahari berukuran 35 m2
cukup untuk sebuah rumah menengah.
Berbicara soal pengaturan suhu
ruangan, Cina sedang mengupayakan cara
lain. Sejumlah peneliti di Universitas
Tongji , Shanghai , mengembangkan warna yang peka
terhadap panas. Rumah-rumah di musim panas akan menjadi sejuk dan di musim
dingin akan menjadi hangat. Kuncinya ada pada cat rumah yang mengandung pigmen
lakton ungu kristal .
Pada suhu di bawah 20oC,
pigmen itu akan berwarna gelap dan menyerap sinar Matahari, sehingga ruangan
menjadi hangat karena temperatur bisa naik sampai 4oC. Sebaliknya,
pada suhu di atas 20oC pigmen itu menjadi cerah dan secara otomatis
membiaskan sinar Matahari. Udara akan menjadi sejuk, karena temperatur bisa
turun hingga 8oC.
Sayangnya, warna ajaib tidaklah
awet. Hanya bertahan empat tahun, dan kemudian dinding perlu dicat lagi. Tapi,
setidaknya membuktikan bahwa sinar Matahari bisa diberdayakan, tidak sekadar
sebagai penerang kala siang hari saja.
e.
Energi Gelombang Laut
Penelitian yang
aktif di dunia internasional telah menghasilkan kemampuan untuk memanfaatkan
gelombang dan arus laut untuk pembangkitan listrik. Akan tetapi untuk masa kini
listrik dari energi gelombang dan arus laut belum dapat bersaing dengan listrik
konvensional. Mungkin baru untuk masa jangka menengah, katakanlah 10-15 tahun
lagi. Yang menarik ialah jika energi gelombang dan arus laut dapat dimanfaatkan
dengan biaya yang dapat bersaing dengan energi konvensional.
Salah satu temuan
teknologi sederhana hak patennya Zamrisyaf seorang lulusan STM di Padang telah
dapat dikembangkan pembangkit listrik tenaga gelombang laut dengan sistem
bandulan, yang tidak memerlukan bahan bakar minyak (BBM) dengan ketersediaan
energi primer gelombang laut. Sistem bandulan yang digerakkan gelombang laut
ini memliki banyak keunggulan, yakni praktis dan efisien, tidak memerlukan
lahan khusus, mudah dioperasikan, akrab lingkungan karena tidak menghasilkan
limbah, cocok untuk daerah kepulauan, portable, kapasitas daya menjanjikan, dan
juga investasi bersaing. Ide sistem bandulan untuk energi yang digerakkan oleh
gelombang laut dari kapal besar yang diombang-ambingkan oleh gelombang laut,
sehingga adanya energi yang luar biasa yang dapat diubah menjadi energi
kinetik. Perangkatnya dipasang di atas perahu ponton yang dipasang tiang besi
tempat bandulan dengan rantai ke roda transmisi, dirangkai dengan kabel ke satu
atau dua roda bergerigi, untuk selanjutnya dihubungkan ke dinamo yang akan
memproduksi listrik. Perangkat ini dapat ditaruh di bibir pantai yang
gelombangnya tidak begitu besar, mampu menghasilkan daya listrik sekitar 3
kilowatt dapat menerangi 20 rumah.
f. Gas Kepingan Kayu
(Biomasa)
Biomasa adalah nama tumbuhan yang energinya
dimanfaatkan oleh manusia. Misalnya kayu (wood) yang digerakkan untuk menghidupkan
sebagai biomassa. Kepingan kayu dimasukkan dalam tangki tempat akan diproduksi
gas. Gas ini dapat digunakan sebagai
bahan bakar untuk mengeluarkan energinya. Kayu dapat digunakan sebagai bahan
bakar, tetapi gas lebih mudah diangkat daripada kayu. Semua energi yang
tersimpan dalam kepingan kayu berasal dari matahari dan disimpan melalui
fotosintesis.
Biomasa adalah sumber energi yang paling banyak digunakan
di Indonesia. Tidak kurang dari 38% dari jumlah energi yang dikonsumsi berasal
dari biomasa (FAO). Di desa-desa lebih dari 90% rumah tangga menggunakan
biomasa untuk memasak dan di kota 35% (BPS, 1992). Biomasa terutama digunakan
untuk memasak dan untuk industri rumah tangga. Banyak energi yang terbuang,
karena banyak dapur tidak mempunyai ventilasi yang baik, pencemaran udara di dapur
dapat mencapai tingkat yang tinggi. Yang menjadi korban ialah para wanita yang
memasak dan balita mereka yang mengikuti mereka di dalam dapur yang menyesakkan
nafas (Atistiani, 1997). Asap yang berasal dari pembakaran biomasa mengandung
banyak bahan beracun yang dapat menyebabkan penyakit ISPA kronis, serangan
jantung dan kanker, terutama paru-paru dan nasopharynx, dan bayi yang lahir
prematur (Panday, 1997). Risiko dapat dikurangi dengan penggunaan ventilasi
yang baik dalam dapur dan menggunakan tungku masak yang disempurnakan yang
hemat energi dan menghasilkan sedikit asap. Teknologi tungku demikian sudah
tersedia. Keuntungannya ialah efisiensinya tinggi sehingga daapt menghemat
bahan bakar dan asapnya sedikit sehingga pecemaran dalam dapur menurun.
Penggunaan bahan bakar biomasa per unit energi
menciptakan 20 kali lebih banyak lapangan pekerjaan daripada energi dari BBM.
Nampaklah penggunaan energi terperbarukan biomasa dengan menggunakan tungku
hemat energi adalah pro-lingkungan hidup, pro-miskin, pro-perempuan dan
pro-lapangan pekerjaan yang merupakan empat pilar pembangunan berkelanjutan..
Telah ditunjukkan bahwa fungsi hidro-orologi daerah hutan
yang rusak dapat diperbaiki dengan cepat, sekalipun tanpa penghutanan kembali,
apabila wilayah itu tetap tidak diganggu (Coster, 1938, Lembaga Ekologi, 1980).
Oleh sebab itu yang penting adalah menjaga agar wilayah tersebut dapat dijaga
dari gangguan. Ini dapat dicapai, apabila ketergantungan penduduk pada hutan
diminimalisasi dan mereka dapat memperoleh manfaat yang besar dari lahan.
Ketergantungan pada hutan dapat diminimalkan dengan terciptanya kesempatan
kerja baru di luar sektor pertanian yang dapat memberikan penghasilan yang
memadai. Hal ini memberikan petunjuk bahwa dana untuk reboasasi dapat lebih efektif
untuk pembangunan masyarakat daripada untuk reboasasi. Apabila dilakukan
reboasasi, reboasasi itu harus diselenggarakan berdasarkan pembangunan
masyarakat.
Untuk masyarakat yang memiliki lahan kritis, model
penghutanan kembali Wanagama dapat digunakan untuk menanami lahannya dengan
pohon-pohonan yang bernilai ekonomi. Tetapi karena lahan milik rakyat sangat
sempit, keuntungan ekonomi yang didapat tidak mencukupi untuk mendukung
kebutuhan keluarga sehari-hari sehingga mereka masih harus mencari tambahan
lain, biasanya ke kota atau ke hutan.
Rencana potensi lainnya yang dapat menguntungkan pemilik
lahan dan yang tidak mempunyai lahan adalah perdagangan karbon dalam kerangka
Protokol Kyoto. Pada dasarnya cara ini ialah mengikat karbon oleh tumbuhan melalui
proses fotosintesis, dalam hal ini fotosintesis tanaman reboasasi, sehingga
kadar karbon dalam atmosfer turun. Pelaksanaannya dilakukan dengan apa yang
disebut Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) atau Clean Development Machanism
(CDM), seperti disebut di atas. Jumlah karbon yang diikat dapat dihitung dan
dijual di pasar internasional dan memperoleh devisa. Dengan mengajak masyarakat
setempat sebagai pemegang saham dalam MPB, mereka juga mendapat bagian dari
devisa yang dihasilkan. Dengan mendapatkan manfaat ekonomi ini, masyarakat akan
menjaga tanaman hasil reboasasi, karena merusak tanaman reboasasi berarti
merusak sumber penghasilan mereka sendiri. Apabila penanaman kembali dilakukan
dengan jenis tanaman yang bernilai ekonomi seperti pohon buah, keuntungan
ekonomi dari tanaman ini akan memberikan penghasilan tambahan. Dapat juga
ditanam tanaman untuk produksi bahan bakar biomasa yang digunakan dalam
industri, misalnya untuk membangkitkan listrik. Panenan kayu untuk bahan bakar
diperhitungkan dalam jumlah karbon yang terikat.
Gambar 5: Model Keluaran Kualitas
Lingkungan
(Hufschmidt, 1988)
g. Energi Biogas
Pemanfaatan biogas menggunakan tungku, dmanfaatkan
guna membantu industri kecil, tujuannya dapat untuk penerangan rumah dan untuk
memasak juga untuk mengurangi biaya produksi sekaligus meningkatkan skala usaha
masyarakat.
Biogas yang dihasilkan, dapat dimasukkan ke dalam
tabung-abung gas untuk dimanfaatkan sendiri ataupun dijual sebagai lapangan
usaha baru.
Biogas yang berasal dari kotoran hewan, limbahnya
dapat untuk pupuk organic yang mempunyai kualitas cukup baik, karena pupuk
bersifat matang sehingga bakteri kecil yang terkandung di dalam kotoran ternak
umumnya telah mati dengan reduksi kurang lebih 80%. Pupuk organic ini sangat
baik untuk membantu dalam pertumbuhan dan pengembangan pertanian dan
perkebunan.
h.
21.
Eko-material
“Eko-material: merupakan singkatan dari environmentally-coscious materials, ecologically-oriented materials, atau ecologically-benign materials, yaitu material sadar lingkungan, material
berorientasi pada ekologi, atau material ramah lingkungan. Konsep ini lahir
setahun sebelum diselenggarakannya Konferensi Tingkat
Tinggi Bumi
(Earth Sumit ) di Rio de Janiero, Brasil, tahun 1992. Dipelopori oleh ilmuwan
Jepang, selanjutnya berkembang di negara–negara Eropa, Amerika Serikat ,
serta negara–negara lainnya.
Konsep material dan pemprosesannya ini merupakan buah
kesadaran para ilmuwan bidang material terhadap lingkungan global. Kesadaran
holistik akan interaksi aktivitas berbagai sistem yang meliputi human–system, geo–system, dan bio–system. Dua
sistem terakhir ini dikenal dengan ecosphere.
Pemprosesan material tradisional selama ini masih
berfokus hanya pada dua sistem pertama. Manusia memproduksi material dari bahan
baku yang
berasal dari alam. Memprosesnya menggunakan teknologi yang ada maupun baru,
untuk selanjutnya digunakan guna memenuhi keperluan hidup serta dalam rangka
peningkatan kenyamanan. Eco-materials berusaha mengaitkan ketiga system itu
secara menyeluruh. Menurut
Harjanto (2003) terpenuhinya
kebutuhan hidup dan kenyamanan manusia dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan. Sebagai sebuah bidang ilmu, eco-materials dikembangkan dengan menyandarkan pada tiga
hal pokok yang saling berkaitan erat.
Pertama, pengembangan eco-materials merupakan salah satu
bentuk pengembangan teknologi baru yang dapat meluaskan batas
pengetahuan manusia. Hal ini sejalan dengan pengembangan mateial tradisional
dengan meningkatkan fungsinya secara fisika, kimia maupun panas.
Kedua, eco-materials dikembangkan dengan meminimalisasi
kerusakan lingkungan alam. Pengurangan konsumsi material dan energi,
emisi gas beracun dan limbah akibat pemrosesan material,
menjadi perhatian utama dalam rangka mengurangi dampak terhadap lingkungan.
Ketiga, melalui optimalisasi teknologi dan infrastuktur
dalam menciptakan hidup sehat serta harmonis dengan alam. Keramahan material
diukur tidak saja kepada manusia penggunanya, tetapi juga alam.
Dengan demikian, pengembangan eco-materials dapat
diuji dan didekati, diantaranya dengan pertanyaan-pertanyaan berikut.
a. Bagaimana memproduksi eko material dengan
sifat dan karakteristik yang memenuhi syarat penggunaan dengan sekecil mungkin
dampak terhadap lingkungan.?
b. Bagaimana memperoleh kinerja maksimum eko material
dengan seminimal mungkin konsumsi bahan baku
dan energi?
c.
Bagaimana sifat daur ulang eko material dapat lebih
ditingkatkan?.
Penelitian dan pengembangan eco-materials relatif
sangat actual, ditandai dengan baru dilaksanakannya empat konferensi
internasional sejauh ini. Satu hala yang dapat membuka peluang bagi negara lain
untuk mengejar perkembangan teknologi ini. Ada tiga bidang/kelompok eco-materials yang
gencar diteliti dan dikembangkan, yaitu bidang/kelompok material konsumer,
material komoditas dan material transmisi energi serta transportasi.
Beragam Jenis Eco-materials
Material konsumer adalah material hasil produksi
massal yang digunakan untuk keperluan sehari-hari. Penggunaannya sangat dekat
dengan manusia. Terhadap material ini, justru yang digunakan adalah
menggantikan senyawa-senyawa berbahaya material tradisional dengan senyawa baru
yang lebih aman. Tujuan akhirnya adalah mengurangi beban lingkungan dari
senyawa itu. Material bebas senyawa berbahaya.
Plastik kemasan dibuat lebih “ramah” dengan
mengantikan unsure klor (Cl) di dalam rantai polimernya. Klor adalah unsur
utama pembentuk dioksin (Polychlororinated dibenzo diaxins, PCDD) yang termasuk golongan endocrine disruptor.
Salah satu senyawa organic beracun yang bias mengakibatkan kegagalan
fungsi hormonal pada tubuh manusia. Pembentukannya tidak serta merta terjadi.
Pemicunya adalah jika plastic yang mengandung klor itu terbakar pada
temperature sekitar 200-400 derajad Celcius. Menciptakan plastic bebas klor
adalah lahan garapan peneliti di bidang ini.
Timbal termasuk pula unsure yang
tidak diinginkan keberadaannya bagi eco-mateials.
A.
yu:
1.
Kayu Gelondong
Hutan sebagai salah satu penentu ekosistem, pengolahannya
ditingkatkan secara terpadu dan berwawasan lingkungan untuk menjaga dan
memelihara fungsi tanah, air, udara, iklim dan lingkungan hidup serta
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat. Inventarisasi dan
penatagunaan hutan ditingkatkan untuk menetapkan status kawasan hutan,
memanfaatkan hutan konversi bagi penyediaan lahan untuk kepentingan pembangunan
serta untuk melestarikan manfaat ekosistem dan keserasian tata lingkungan.
Sesuai dengan fungsinya, semua jenis hutan
telah dikelola dengan hasil yang beraneka ragam. Ada hutan yang menghasilkan
jasa wisata dan lingkungan sebagai
menghasilkan kayu atau produksi non kayu. Dari eksploitasi hutan produksi tetap
ini dapat dihasilkan kayu olahan dengan nilai export.
Sangat ironis apabila industri karya desain
interior berbasis kayu menghadapi ketidakberlanjutan karena kekurangan kayu.
Sebagian karena hutan sudah hampir habis dibabat. Sebagian lagi karena kayu
diselundupkan ke luar negeri.. Hutan rusak karena dirambah untuk pembangunan
yang tidak rasional, seperti permukiman di daerah puncak pegunungan.
Keluaran
Lain
Keluaran
|
Sisa Lain
|
Dampak
|
Gambar 8: Hasil Yang Bisa
Diperoleh dari Pengelolaan Hutan
(Hufshmidt, 1988)
Eksploitasi hutan dengan menggunakan sistem
Tebang Pilih Taman Indonesia (TPTI) telah menghasilkan kayu untuk mendukung
beroperasinya industri kayu. Namun ternyata antara kapasitas pabrik yang ada
dengan kebutuhan kayu bulat tidak seimbang.
Kegunaan hasil produk untuk karya
desain interior dan desain dapat
beragam, dan luwes. Namun yang perlu diingat sisa potongan kayu atau limbah
gergajian sebenarnya masih dapat difungsikan lagi. Namun tidak kalah pentingnya
dalam hal kualitas ekspor hasil karya desain
interior dan desain perlu memperhaikan perolehan sertifikat
ecolabeling maupun ISO yang ditentukan
oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan maupun kesepakatan dunia
internasional.
Tabel 2: Kebutuhan Bahan Baku Kayu Glondongan.
No
|
Jenis Industri
|
Jumlah
|
||
Unit
|
Kapasitas
(per Tahun)
|
Kebutuhan Kayu Bulat
(M3/Tahun)
|
||
1
|
Saw-mill |
1.973
|
17.894.693
|
35.608.218
|
2
|
Ply-wood
|
115
|
9.459.485
|
17.503.047
|
3
|
Black-Board
|
114
|
1.926.688
|
1.177.421
|
4
|
Particle-Board
|
80
|
6.769.420
|
-
|
5
|
Chip-mill
|
19
|
4.093.522
|
4.293.552
|
6
|
Pulp-will
|
3
|
630.000
|
3.150.000
|
7
|
Pancil-Slat
|
6
|
86.045
|
139.272
|
8
|
Chapstick
|
75
|
4.156.570
|
664.091
|
9
|
Korek api
|
9
|
16.506.000
|
214.578
|
Jumlah
|
2.394
|
75.216.423
|
62.747.549
|
Sumber: Ditjen
Pengusahaan Hutan (1990)
2. Produk Kayu Bangunan
Kualitas bangunan dapat dilihat dari segi
1) bahan bangunan serta konstruksinya dan 2) tata letak atau keberhasilan
desain interior. Bahan bangunan dan konstruksi menentukan suatu bangunan mudah
rusak, mudah terbakar, lembab, panas, mudah jadi sarang serangga pembawa
penyakit, panas, bising dan sebagainya.
Kayu olahan, merupakan bahan kayu yang
telah diolah dari kayu gelondong.
Tidak semua kayu gelondong dipotong dalam
bentuk papan. Ada yang dik upas
dengan pisau tajam sehingga potongannya menjadi tipis yang disebut lapisan kayu
halus, terkelupas. Beberapa lapisan kayu halus dapat di lem disatukan untuk
dijadikan tripleks, dengan spesifik baru lebih kuat, lebih murah daripada kayu
padat dengan ketebalan yang sama.
Lapisan kayu halus yang berasal dari kayu
gelondong masih langka dan mahal, namun kegunaan dalam interior dapat
ditempelkan pada kayu atau papan tipis yang lebih jelek mutunya seperti untuk
finishing permukaan meja, kursi, almari,
serta peralatan dapur. Papan blok mempunya i jenis
olahan kayu lain, sering dipakai untuk pintu. Blok kayu lun ak
di lem menjadi satu diantara dua potong lapisan kayu halus. Papan blok lebih me nyerupai lapisan kayu. Sistem daur ulang yang dianjurkan
untuk eko-interior, supaya tidak ada sedikitpun serbuk gergaji dan potongan
kecil dari kayu terbuang dari tempat penggergajian. Potongan kecil kayu
dipotong menjadi keeping kecil bersama dengan serbuk gergaji, ditaburi lem dan
ditekan menjadi lembaran untuk dibuat papan tipis.
3.
Furnitur
Furnitur lebih akrab disebut perabot, merupakan hasil karya
Desain Interior sebagai pengisi ruangan. Bahan baku utama perabot bias terbuat
dari bermacam bahan alami maupun buatan, seperti kayu, bambu, rotan, besi,
baja, keramik tanah liat, aluminium, plastik, kaca, maupun fiber dan sebagainya
sesuai fungsi dan peruntukannya. Furniture kualitas ekspor perlu memperhatikan
standar mutu seperti ISO atau Ecolabeling. Apabila tidak memenuhi persyaratan
secara global maka produkfurnitur tidak dapat berkompetisi dalam kancah ekspor
dunia. Model, gaya dan konstruksi untuk masing-masing perabot mempunyai teknik
secara spesifik. Hanya saja persaingan secara global mensyaratkan material
utama furniture harus ramah lingkungan dari sejak pengambilan bahan baku sampai
perawatannya.
a.
Peluang Ekspor
Mebel
Peningkatan nilai ekspor mebel hasil karya Desain Interior
dapat meningkat apabila pihak Departemen Kehutanan memprioritaskan jatah
tebangan hutan alam untuk bahan baku industri mebel. Apabila ditargetkan ada
kenaikan nilai ekspor produk mebel, akan dapat tercapai kalau penggunaan jatah
tebangan hutan alam betul-betul dimanfaatkan untuk mebuat produk mebel yang
bernilai tambah.
Dari catatatn Asosiasi Industi Permebelan dan Kerajinan
Indonesia (Asmindo), nilai ekspor produk mebel tahun 2003 mencapai 1,64 miliar
dolar AS. Tahun 2002, nilai ekspornya sebesar 1,47 miliar dolar AS. Pengaruh
kebijakan Menteri Perindustrian dan Perdagngan diharapkan memprioritaskan
penggunaan jatah tebangan hutan alam untuk bahan baku industri mebel daripada
indsutri perkayuan lainnya. Kebijakan pemerintah tersebut jelas sangat berpengaruh terhadap naiknya nilai
ekspor industri mebel. Misalnya, rencana pemerintah untuk melarang ekspor rotan
mentah. Hal ini dapat dipahami, karena dengan ekspor rotan lebih dapat
meningkatkan produksi dan nilai tambah.
Rotan mentah selama ini memang diekspor, baik secara resmi,
dengan memanipulasi administrasi dokumen, maupun menyelundup. Manipulasi
administrasi dokumen dilakukan dengan cara merendahkan harga patokan ekspor
(HPE) rotan dan pajak ekspor sebesar 15 persen. HPE rotan berkisar 0,55 dolar
AS per kg sampai 2 dolar AS per kg. Untuk itu para Desainer Interior harap
memahami apabila eksportir nakal menggunakan patokan HPE yang rendah meskipun
seharusnya membayar dengan HPE 2 dolar AS.
Pihak Departemen Kehutanan perlu memprioritaskan penggunaan
jatah tebangan hutan untuk bahan baku industri mebel. Sebagai contoh, kalau
satu kayu gelondongan dimanfaatkan untuk produk mebel, nilai tambah akan lebih
tinggi. Nilai tambah menjadi berkurang kalau kayu bulat tadi hanya dimanfaatkan
untuk produk kayu lapis (plywood) atau kayu gergajian. Salah satu
kendala yang membuat daya saing produk mebel kurang adalah adanya ekspor kayu secara ilegal.
Kayu ilegal dimanfaatkan negara lain dan memproduksi produk
mebel. Bahkan pengusaha mebel dari negara lain, seperti Malaysia, juga
memanfaatkan tanaga kerja Indonesia (TKI) untuk memproduksi produk mebel.
Kondisi buruk tersebut apabila tidak segera diperbaiki akan berdampak pada
keterpurukan peran Desain Interior untuk memproduksi mebel. Sebagai
ilustrasinya, nilai ekspor produk mebel tahun 2004 sebesar 200 juta dolar AS
sampai 300 juta dolar AS berpotensi hilang karena produsen mebel tidak dapat
memenuhi pesanan dari pembeli. Pesanan tidak dapat dipenuhi produsen karena
adanya pembatasan jatah tebangan hutan alam tahun 2004 sebesar 5,5 juta meter
kubik.
b.
4.
Veneer dan
Finishing Kayu
Sebagai penutup atau fisnishing interior sering dipergunakan
secara tidak alami ialah bahan pelapis veneer dan finishing kayu. Bahan baku
veneer berupa plastik dan karet sehingga akan menmbulkan kelembaban pada
dinding karena tidak mempunyai pori-pori yang terbuka lebar untuk penguapan.
Finishing kayu dapat bermacam dan berbagai jenis produk yang
beredar di pasaran. Faktor efisiensi dalam pelapisan finishing kayu serta
kemudahan perawatan menjadi pertimbangan untuk sifat eko efisiensi.
Plastik
Bahan plastik kini banyak ragamnya, bahkan serat benang untuk
pakaianpun terbuat dari plastik. Padahal bahan plastik yang utama, adalah Seluloida,
baru tercipta sekitar satu abad yang silam. Bahan mentah dalam produksi plastik
umumnya datang dari industri minyak bumi, berupa gas organic atau persenyawaan
organic lain yang termasuk sederhana strukturnya. Bahan mentah plastik ini
disebut monomer. Misalnya gas etilen adalah monomer
dari polietilen. Sedangkan monomer vinichlorida yang terutama
dihasilkan dari etilen, merupakan monomer dari bahan plastik polivinil
chlorid, atau lebih dikenal dengan singkatan PVC.
Dalam
proses polimerisasi, molekul monomer yang sederhana saling disambungkan dengan
bantuan suatu katalisator, membentuk molekul-molekul polimer yang panjang
seperti rantai. Berlainan halnya dengan monomer asalnya, polimer ini dilihat
dari segi kimiawi merupakan zat padat yang lamban sekali bereaksi. Kestabilan
kimiawi merupakan sifatnya yang paling berharga.. Tetapi segi buruknya ada
juga. Plastik tidak bisa membusuk sehingga menimbulkan masalah polusi.
Dari segi fisika, bahan baku plastik berbeda kelenturan dan
keadaannya apabila dipanaskan. Adanya perbedaan ini menyebabkan plastik polimer
diklasifikasikan ke dalam golongan zat Termoplastik dan zat Termoset.
Perbedaan ini disebabkan oleh jumlah dan jenis ikatan kimia yang terjadi
antara masing-masing molekul polimer saat berlangsung polimerisasi. Umumnya
polimer yang teguh ikatan molekulnya lebih kaku dan tidak begitu gampang
berubah bentuk, jika dibandingkan dengan yang iakatan molekulnya lebih jarang.
Sifat fisik suatu golongan polimer lainnya, yaitu Elastomer,
juga bias dijelaskan dari sikap masing-masing molekul terhadap sesamanya. Bahan
ini lebih dikenal sebagai karet sintetik, dan merupakan polimer yang
serbaguna. Misalnya saja komponen utama
ban kendaraan. Sedangkan polimer lainnya dari jenis ini adalah karet Silikon,
dipakai sebagai protese dalam tubuh karena sifatnya yang tidak gampang berubah.
Kestabilan strukturnya pada suhu tinggi, dimanfaatkan dalam pembuatan pesawat
ruang angkasa.
Penggunaan plastik berkembang begitu pesat dan majunya dengan
berbagai macam kegunaan. Bahan dasar plastik yang diolah menghasilkan karyaseni
dan karya desain dengan tampilan sesuai fungsi dan kegunaannya. Pada interior
bangunan, dimulai dari aksesoris kecil, tangkai pisau, komponen kontak listrik,
mebel, sampai elemen utama interior dipergunakan untuk lantai, dinding,
langit-langit, atap dan sky light, profil, kusen, pintu dan jendela. Penggunaan
pintu plastik (PVC) dapat menggantikan posisi pintu kayu kamar mandi yang tidak
tahan air dan kelembaban. Meskipun tahan air, sifat plastik atau PVC adalah
sangat tidak ahan panas dan api karena sifatnya yang sintetis
Dengan demikian, plastik termasuk bahan kerja atau material
dasar untuk berkarya desain interior.
Untuk berbagai keperluan, plastik sudah menggantikan peranan kayu dan logam.
Lain halnya dengan bahan-bahan alam, maka plastik takkan langka selama cukup
tersedia energi untuk membuatnya secara sintetik. Kursi dapat dibuat dari
polypropilen, suatu bahan termoplastik dengan proses cetak injeksi.
Propilen, gas atau bahan mentah monomer yang mengalami polimerisasi untuk
dijadikan bahan plastik merupakan produk industri minyak bumi. Bahan isolasi
panas dari hasil buatan, yaitu dari karet sintetis dan plastik busa seperti polytyrene
dan polyurethanefoams.
Plastik kemasan dibuat lebih
“ramah” dengan menggantikan unsur klor (Cl) di dalam rantai polimernya. Klor
adalah unsur utama pembentuk dioxin (polychlorinated
dibenzo diaoxins, PCDD) yang temasuk golongan endrocine
disruptor. Salah satu senyawa organic beracun yang
dapat mengakibatkan kegagalan fungsi hormonal pada tubuh manusia.
Pembentukannya tidak serta-merta terjadi. Pemicunya adalah jika plastik yang
mengandung klor itu terbakar pada temperatur sekitar 200-400 derajad Celcius.
Menciptakan plastik bebas Klor adalah lahan garapan peneliti di bidang itu
untuk material interior yang ramah lingkungan.
Biokomposit, Komposit Hijau
Karya Desain Interior sangat haus material, terkadang perlu
bahan tahan lama serta terdegradasi bila tidak lagi diperlukan. Plastik yang
diperkuat dengan bahan alami, khususnya yang berasal dari tanaman,
sehingga dapat menggerakkan revolusi material interior abad ini.
Plastik Polipropilen yang
diperkuat dengan serat “rami”. Substitusi serat gelas juga dilakukan khususnya untuk
komponen interior benda bergerak seperti mobil. Keuntungan pemakaian
biokomposit, mempunyai sifat lebih baik dalam hal akustik, keramahan pada
pengguna dan ramah lingkungan, kemudahan pemasangan serta pemeliharaan, dan
rendahnya biaya produksi.
Bahan komposit
terdiri atas dua atau lebih bahan yang secara fisik kimia berbeda, tersusun
secara terdistribusi dengan antar muka memasukkannya. Bahan komposit terdiri
atas fasa ruah yang kontinu disebut matriks dan yang terdispensi disebut dengan
istilah Penguat, biasanya lebih kuat dan lebih keras.
a.
Konsep bahan komposit hijau, adalah
mengkombinasikan bahan yang berbeda untuk menghasilkan bahan baru dengan
kuncinya yang tidak dapat dicapai oleh masing-masing komponen. Contohmya beton
bertulang yang diperkuat dengan kawat baja dan besi beton.
Matriks menerima
beban dan menstransfernya ke penguatnya yang lebih kuat untuk meningkatkan
kekuatan komposit. Matriks komposit dapat berupa polimer, logam serat atau
partikel gelas, carbon, bahan organic, boron, keramik ataupun logam.
Penguat komposit
tidaklah harus berbentuk serat yang panjang. Penguat komposit dapat berupa
partikel, whisher (serat sangat kecil mirip rambut dengan kekuatan tarik yang
sangat besar tumbuh dalam kristal logam, paduan dan sebaainya), serat yang
tidak kontinu, lembaran dan sebagainya.
Walaupun sebagian
besar bahan akan lebih keras dan kuat dalam bentuk serta dibandingkan dalam
bentuk lain, sehingga sebagian besar bahan komposit hijau menggunakan serat
sebagai penguat dapat dipergunakan untuk bahan pokok dan penunjang interior.
b.
Pembuatan Komposit, dalam pembuatan komposit
bermatriks polimer dapat dibuat dengan compression malding, injection malding.
Sementara komposit bermatriks keramik dengan infiltrasi, yakni dengan penyatuan
fasa penguat dengan matriks yang belum dikonsolidasikan kemudian diikuti dengan
pengkonsolidasian matriks.
c.
Sifat Komposit.
Selain mengikuti
serat, matriks mempunyai fungsi penting menstranfer beban yang diterima
komposit dengan serat. Sifat komposit yang dihasilkan bergantung pada sifat:
komponen dan susunan serat dalam matriks.
Komposit yang
berpenguat serat dan lembaran mempunyai sifat yang Isotropik dapat digunakan
penguat elemen interior yang berbentuk partikulasi.
B.
Produk Tekstil
Bahan isiolasi nabati,
bahan ini mengandung serabut atau tanaman selulosa, contohnya: rotan,
jerami, kapas, kain tekstil dan kayu gabus. Isolasi panas produk
tekstil didesain untuk gordyn dan vytrace pada jendela berbingkai kaca atau
bahkan sebagai pembatas ruangan atau pada jendela dan pintu yang langsung
berhubungan dengan eksterior. Penggunaan untuk penutup atau alas pada interior
dapat bermacam fungsi seperti untuk alas lantai, alas meja, dan penutup tempat
tidur atau bedcover. Sebagai bahan pendukung mebel termasuk untuk
penutup bantalan kursi atau sekedar bantal hias pada kursi tamu akan sangat
serasi bila didukung dengan dekorasi tekstil pada dinding. Bermacam dekorasi
tekstil pada dinding dapat dimodifikasi kerangka dari bahan rotan, bambu atau
kayu dengan kain bercorak dapat memberi suasana inteior menjadi alamiah ramah
lingkugan hidup. Penggunaan kain lurik atau corak batik dapat dipadukan dengan
desain bambu untuk dekorasi pada penurunan langit-langit agar memberi kesan
akrab kedaerahan.
Fungsi fisiologis produk tekstil
kebanyakan untuk melindungi terhadap perubahan ataupun beban bahang dari udara
sekeliling tubuh sangat terbatas, meskipun tubuh berada dalam ruangan bangunan
interior. Untuk dapat mengendalikan fungsi biologis tubuh terhadap perubahan
udara keliling yang lebih besar, ataupun penyesuaian tubuh terhadap perubahan
iklim sekelilingnya, manusia menggunakan pakaian, ruangan interior dan cara
ataupun perkakas lainnya.
Pakaian yang disebut dengan produk tekstil
dinyatakan sebagai pengendali iklim karena dengan berpakaian, anasir iklim di
sekeliling tubuh yang tidak serasi dengan persyaratan fisiologis yang
diperlukan dapat diredam oleh pakaian dan lapisan udara (atmosfir) antara tubuh
dengan pakaian. Akibatnya ialah dalam batas-batas tertentu atmosfir sekeliling
tubuh tetap terkendali, dan menjadi tetap akrab dengan persyaratan yang
diinginkan tubuh meskipun factor kenyamanan interior tercapai. Fenomena
atmosfiris antara tubuh dengan pakaian dalam kurun waktu hidupnya manusia akan
berpola tetap sesuai kenyamanan interior yang diinginkan oleh tubuh seseorang.
Selain berfungsi untuk melindungi tubuh
dari anasir cuaca atau iklim, pakaian berfungsi pula untuk melindungi tubuh
dari gangguan mekanis dan biologis yang sangat erat hubungannya dengan
kenyamanan fisiologis dalam ruangan bangunan interior. Pakaian juga dipakai
untuk memperoleh kepuasan individu atau fungsi pisiologis sosial yang berkaitan
dengan dekorasi, memupuk harga diri atau model. Fungsi pakaian yang terakhir
ini sering jauh melebihi fungsi utama pakaian sebagai pelindung tubuh.
Pakaian sebagai sarana pelindung tubuh
terhadap lingkungan atmosfiris sangat efektif dibandingkan dengan sarana
pengendali lingkungan atmosfiris yang lain, seperti pengkondisi udara (air conditioning),
pemanas, dehumidifier. Efektifitas
ini ditinjau dari lama waktu pengendalian, stabilitas pengendalian, dan
kemudahan untuk dipergunakan.
Proses hantaran bahang antara orang
berpakaian dengan udara sekeliling pada dasarnya sama dengan proses hantaran
bahang secara umum, yaitu melalui radiasi, konduksi, konveksi, evaporasi.
Terkadang para desainer tekstil berusaha memilih bahan yang
sesuai dengan kondisi lingkungan yang cocok, mereka sering mengalami
kebingungan, sehingga menurut (Mackenczie, 1991) diperlukan penetapan dampak
lingkungan dari tekstil senyatanya menghendaki
pemilihan bahan yang tepat dimana semua aspek dari produksi, pemakaian
dan penjualan produk materi dengan menghasilkan sisa yang dipertimbangkan
secara hati-hati.
Pakaian yang cocok untuk suatu kawasan
dengan kondisi lingkungan tertentu dalam praktek sehari-hari sangat sulit untuk
dicirikan secara rinci. Segala perhitungan dalam hal neraca bahang yang ideal
agar tubuh terlindung dari ketiak akraban klimatis (unsur-unsur iklim) harus
sejalan dengan pertimbangan psikologis, sosial, ekonomis dan juga kultural.
Persyaratan rancangbangun pakaian untuk
eko-interior kondisi tropis dapat disebutkan:
a) kondisi kering dan panas; b) tenunan yang
rapat (tertutup); c) warna cerah untuk memantulkan radiasi; d) ketebalan
sedang; tubuh tertutup secara baik dengan pelindung kepala; e) longgar; f)
diperlukan beberapa lapis pakaian dalam; g) kondisi basah (lembab) dan panas;
h) tenunan terbuka; i) faktor warna tidak penting; j) setipis mungkin; k)
penutupan minimum; l) potongan baik dan tepat; m) pakaian dalam yang minimum.
C. Bahan
Kulit
Penggunaan kulit pada interior bermanfaat terutama untuj
mebel seperti untuk bantalan kursi, penutup dan penghias meja counter, hiasan
untuk penutup lantai, dinding dan kombinasi pada langit-langit.
Proses pengolahan kulit supaya awet disebut dengan
penyamakan. Teknolgi penyamakan ini telah dipraktekkan sejak masa prasejarah,
prosesnya kebanyakan memanfaatkan substansi tumbuhan yang mengandung zat
tannin. Bahan yang diolah dari kulit binatang ada yang
disebut perkamen, kulit lentur dicuci tanpa disamak, lalu
dibentangkan pada suatu bingkai dapat untuk penyekat ruang alat material desain
interior, bahkan bisa untuk alat tulis. Bahan isolasi panas yang berasal dari
hewan, misalnya rambut-bulu dan wool adalah berasal dari kulit hewan. Limbah penyamakan kulit perlu diolah, selain
mencemari tanah dan air, juga sangat mencemari udara karena bau yang tida
sedap. Kulit yang dipasang pada elemen interior harus bagus pengolahan dan
finishingnya, karena bila tidak sempurna proses produksinya berefek pada bau di
dalam ruangan dan menyebabkan gatal-gatal bagi kulit penghuni atau pemakai
karya desain interior.
Penutup Lantai
1.
Karpet dan “Rug”
Karpet
terbuat dari bahan elastik merupakan anyaman, bagian teratas merupakan
bulu-bulu serat plastik. Penggunaan karpet sebaiknya tidak menutup seluruh muka
lantai, karena akan menyulitkan pembersihan debu di bawah karpet meskipun telah
ada alat penyedot debu.
2.
Karet
Karet alam dibuat
dari getah dari pohon karet yatiu Kalteks, yang dibersihkan, digulung, diperas
dan dikeringkan. Lembaran lateks di pak dalam bentuk bal yang siap
didistribusikan. Karet buatan atau sintesis dibuat dari minyak bumi, gas dan
batu bara.
3.
Lapis karpet dan lem
Lapis
karpet yang di lem mempunyai kelemahan tidak mudah diangkat untuk dicuci dan
dibersihkan. Kandungan debu lembut di bawah karpet semakin tebal dan
membahayakan terhadap gangguan pernapasan seperti penyakit asma dan bronchitis.
Alergi debu menjadikan pertumbuhan tidak normal dan konsentrasi terganggu,
akibatnya selain kesehatan menurun juga kualitas pikiran dan hasil kerja
menurun. Lebih baik pelapis karpet tanpa di lem dan tidak terlalu luas menutupi
seluruh ruangan, sebaiknya pada sebagian ruangan yang membuat karpet mudah
diangkat dan dibersihkan serta dicuci.
4.
Keramik, Batu,
Batu-bata dan bahan2 lain
Terkadang
untuk melapisi lantai dipergunakan semen diapakai sejak aman mezopotania untuk
membuat saluran kedap air. Kemudian digunakan dalam wujud mortel untuk
konstruksi batu bata. Orang Romawi membangun tembok dari sejenis semen keras
yang berasal dari tanah gunung api dicampur kapur, lalu diaduk dengan kerakal.
Seperti di Indonesia dibuat penganti semen dengan ada yang mempergunakan tanah
liat atau lempung (clay), tapi ada pula yang mencampur adukan semen
merah dari tumbukan bata merah (dari tanah liat yang dibakar) dicampur dengan
batu kapur (gamping bongkahan yang
direndam) dan pasir dengan perbandingan 1:3:5.
5.
Vinil dan Linolium
Bahan isolasi yang berasal dari mineral,
misalnya glaswool, rockwool, siagwool, asbestos, vermiculite dan logam
yang menyerap cahaya (bright metal foll). Bahan isolasi ini cocok untuk
penahan panas atau dingin, selain dapat juga dipergunakan untuk bahan akustik
suara secar berlapis tergantung spesipikasi teknis dan kegunaannya. Masing-masin
bahan isolasi ini mempunyai keistimewaan dalam penggunaannya. Sehingga
kesalahan pemilihan bahan dapat menghasilkan pengaruh lingkungan yang kuerang
baik, terutama pengaruh lingkungan terhadap kebisingan, panas atau dinginnya
suatu ruangan. Lebih baik dipergunakan standard yang diajurkan oleh pabrik
pembuat maupun standard keguanaan pada ruangan yang spesifik, atau memenuhi
kerangka acuan kerja yang diminta oleh pemberi tugas.
Cat dan Bahan Perekat
Di dalam lingkungan interior terdapat
pula timbal di dalam debu yang berasal dari dalam cat yang mengandung timbal.
Kandungan timbal di dalam cat bervariasi antara 6,2% sampai 52,4%. Cat yang
mengandung Timbal dan terlepas dari permukaan yang di cat dapat termakan
oleh anak-anak. Di negara maju, cat yang mengandung timbal telah dilarang.
Bahan perekat seperi lem kayu mapun lem
logam, lem kaca maupun lem kertas
juga mengandung zat yang berhahaya bagi pernapasan, mata maupun kulit. Lebih
baik berhati-hati dalam penggunaan bahan perekat, masker dan penutup mata bilamana
diperlukan apabila membahayakan.
D.
Macam Pelapis
Elemen Interior:
1.
Wallpaper
Pelapis dinding ini tebuat dari bahan elastik campuran karet
dan mempunyai motif hias yang menarik untuk dipasang di dinding. Permukaan
dinding harus halus sehingga ketika wallpaper ditempel dengan lem pada dinding
selalu dapat rata dan datar. Pemilihan motif hias dan warna maupun tektur
disesuaikan dengan finishing elemen pembentuk ruang serta perabotan yang ada.
2. Panil Akustik
Akustik merupakan perkembangan teknologi tentang gelombang
bunyi terutama mengenai transmisi, pantulan dan penyerapannya dalam bangunan.
Akustik sebagai pengatur atau dapat sebagai peredam bunyi,
dipasang pada sekitar speaker kecil atau speaker besar dolby stereo pada gedung
film yang diletakkan di ruangan di belakang layar. Perhitungan pantulan ada
hitungannya untuk memperoleh suara yang sempurna dan jernih. Demikian arah
kemiringan perletakan akustik sangat perlu memperhatikan arah bunyi dan
pantulan. Pada interior bergerak, peredam bunyi ada yang memakai pelat-pelat
untuk memperpanjang jarak tempuhgas yang dikeluarkan. Peredam bunyi langsung
yang tidak begitu mengurangi daya mesin diperlengkapi tabung berlubang-lubang,
yang diselubungi bahan penyerap bunyi.
3.
Logam
Terdapat tiga logam yang paling banyak digunakan yaitu: besi,
baja dan aluminium. Baik besi maupun aluminium adalah unsur logam, tetapi baja
adalah merupakan besi dan carbon. Campuran logam, atau campuran non-logam
dinamakan Aloi. Kebanyakan logam ditemukan dalam bentuk biji, bergabung dengan
unsur lain seperti oksigen dan sulfur.
Biji logam apabila dipanaskan maka biji tersebut akan terpisah dan menjadi
murni. Namun apabila tidak murni akan menjadi mengkilat, dapat ditempa, dan
ditarik menjadi kawat. Berbagai jenis logam tidak mudah rapuh, tetapi sering
kali agak lunak. Logam adalah penghantar arus listrik dan panas yang baik. Di
samping itu dapat digunakan sebagai isolasi panas maka fungsi logam menyerap
cahaya (bright metal foll).
Pencegahan karat pada logam seringkali diperlukan untuk logam
yang terkena pengaruh udara lembab atau bahan kimia yang menyebabkan karat.
Bahan pelindung karat antara lain cat khusus dan busa yang mengandung zat pencegah karat.
Konstruksi logam besar seperti saluran, interior bergerak seperti mobil, bus,
kereta api, kapal laut yang banyak menggunakan bahan logam dapat dilindungi
dengan melapiskan potensial listrik yang membatalkan terjadinya proses karat.
Pembersihan logam antara lain berupa proses pengasaman,
dimana komponen logam dibebaskan dari gemuk dan lapisan oksida dengan jalan
merendam atau mengoles dengan larutan asam, sebelum dilakukan penyepuhan
galvanic. Dalam pembersihan dengan proses sembur, logam disembur dengan
partikel keras yang menyingkirkan kotoran.
Material konstruksi yang dipergunakan untuk interior termasuk
dalam kelompok material komoditas. Penggunaannya mencakup jumlah besar dengan
dampak terhadap lingkungan juga tinggi. Pada kelompok material konstruksi untuk
interior sangat dianjurkan adalah membuat material itu berdampak lingkungan rendah
serta memiliki kemampuan daur ulang yang tinggi.
Kelompok ketiga dari pengembangan eco-materials adalah
material dengan efisiensi energi tinggi. Termasuk kelompok ini adalah material
yang digunakan dalam interior bergerak seperti kendaraan bermotor. Pemakaian
baja lembaran kekuatan tinggi dapat menjadikan “bodi” mobil keluaran tahun
terakhir lebih ringan dan mampu meredam benturan lebih baik.
Namun demikian para desainer interior perlu mempertimbangkan
apabila tiba-tiba saja kebutuhan besi baja dunia melonjak tajam. Pasokan
kurang, harga-pun naik tajam. Berbagai industri dan produksi karya desain
interior yang berbasis logam terpuruk. Kontrak-kontrak desain interior terancam
batal. Untuk itu. Para desainer dituntut menguasai informasi seperti diungkap
dalil ekologi Margalef (1968), “barang siapa menguasai arus informasi, baik
jenisnya, besarnya dan waktunya arus itu terjadi, dialah yang menguasai arus
materi dan energi. Dengan demikian rancangan karya desain interior perlu
mendasarkan pada analisis daur hidup (life cycle analysis) yang
bertujuan untuk mengelola arus materi dan energi dalam berkarya desain.
Berikut ini jenis logam yang erat hubungannya dengan
eko-interior.
a)
Timbal (Pb)
Timbal termasuk pula unsur yang tidak diinginkan keberadaannya bagi
eco-materials. Saat ini berbagai jenis suku cadang alat mesin logam masih
banyak mengandung timbal (Pb). Timbal
dalam paduan logam berfungsi sebagai pelumas untuk meningkatkan keakurasian
pemotongan dan permesinan. Ini karena Timbal relatif lunak dibandingkan dengan
logam lain, semisal Kuningan (paduan Cu-Zn). Pendekatan yang dilakukan adalah
mengantikan Timbal dengan unsur lain
atau dengan rekayasa tertentu sehingga mekanisme pelumasan dan tingkat
keakurasian permesinan dapat dipertahankan tanpa harus membahayakan lingkungan.
Bahaya timbal (Pb) yang diserap manusia
dan ditimbun di dalam tulang. Ketika perempuan mengandung, timbul
diremobilisasi dan masuk ke peredaran darah. Dari sini timbal masuk ke dalam
janin. Timbal menghambat perkembangan otak dan intelegensia anak. Apabila
kondisi lingkungan interior dan interior bergerak kandungan udaranya, lantai,
dapur, tercemar oleh timbal seperti kita alami kini, rata-rata tingkat
intelegensia (IQ) generasi berikut lebih rendah dari generasi sebelumnya. Hal
ini akan menunjukkan bahwa, kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhannya berkurang.
b) Besi atau Ferrum (Fe)
Besi (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan
dapat dibentuk. Di alam didapat sebagai hemalit. Di dalam air menimbulkan rasa,
warna (kuning), pengendapan pada dinding, pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan
kekeruhan. Besi sebenarnya diperlukan tubuh dalam pembentukan hemoglobin.
Banyaknya Fe di dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia
tidak dapat mengekresikan Fe. Karenanya mereka yang sering mendapat transfusi
darah secara tegas Sumirat (1996)
menyebutkan warna kulitnya dapat menjadi hitam karena akulmulasi Fe.
c) Baja
Baja sudah sejak tahun 1870 dibuat dan dikembangkan
penggunaannya. Produksi baja masih jauh dikalahkan produksi besi tuang (Fe) dan
tempa. Namun situasi tersebut berubah cepat berkat adanya dua penemuan, yaitu
Konvektor Bessemer dan Tanur Siemens. Masalah utama dalam pembuatan baja adalah
pengendalian cermat kadar carbonnya. Dengan tanur terbaru berhasil dicapai
dengan jalan menghembuskan udara langsung ke dalam atau di atas logam cair.
Dengannya karbon yang berlebih serta substansi lainnya yang tidak diperlukan
terbakar habis. Mulai tahun 1873 baja lunak, yaitu baja yang lebih keras
daripada besi tempa tetapi tidak serapuh besi tuang menjadi lebih murah biaya
pembuatannya dibandingkan dengan kedua jenis besi tersebut. Baja menjadi
semakin keras melalui proses Sepuhan Keras, dan proses pemanasan kembali yang
disusul pendinginan tiba-tiba. Produksi karya desain interior dan desain banyak alternatif dapat
dipergunakan dari bahan baja. Selain sekedar sebagai material pokok utama
sebuah karya desain interior atau
berfungsi sebagai struktur maupun konstruksi, juga untuk aksesoris karya,
bingkai, peti kemas (packhaging) mebel atau peran pembantu.
Pengembangan eco-materials adalah material dengan efisiensi
energi tinggi. Termasuk kelompok ini adalah material yang digunakan dalam
interior bergerak seperti kendaraan bermotor. Pemakaian baja lembaran kekuatan
tinggi menjadikan “bodi” mobil keluaran tahun terakhir lebih ringan dan mampu
meredam benturan lebih baik.
Baja lembaran konvensional
umumnya hanya mengandung Fasa Tunggal Ferit (p aduan Fe dan 0,02 persen Karbon). Adapun
baja lembaran berkekuatan tinggi memiliki Fasa Ganda yang terdiri dari Ferit
dan Martensit. Rekayasa struktur mikro dan Fasa paduan baja berperan penting di
situ. Melalui perlakuan panas dan mekanik tertentu, sebagian Fasa Ferit dapat
diubah menjadi Fasa Martensi t yang leb ih keras dan kuat. Kekuatan baja
lembaran ini meningkat sekitar 2 kali. Adapun ketebalan “bodi” interior
bergerak untuk kendaraan bermotor dapat dikurangi hingga 4 persen. Pengurangan
berat kendaraan itu setara dengan pengurangan emisi CO2 sebesar 1,2 Ton.
Data tahun 2003 populasi
kendaraan bermotor di Jakarta sekitar 4,1
juta, yang mana 1,2 juta diantaranya adalah mobil pribadi. Dapat dibayangkan
penurunan kadar emisi CO 2 jika baja
lembaran kekuatan tinggi digunakan pada interior mobil.
Baja tahan karat atau stainlesssteel kegunaan untuk
karya desain interior dan desain
beragam, terutama untuk sponing (pegangan) tangga, pagar teras atau pagar
halaman. Stainlessteel yang tahan noda dan karat, cocok untuk dijadikan
material desain, alat makan, dan perkakas kimia. Ketahan karat dan noda tersebut
dikarenakan disamping besi juga mengandung chrom, biasanya dengan campuran nikel dan
kadang-kadang juga molybdenum. Proses galvanisasi merupakan upaya
melapisi baja dengan seng agar tahan karat. Diciptakan tahun 1836 di Prancis,
waktu itu baja dicelupkan dalam seng lumer. Dalam proses galvanisasi modern,
seng diendapkan secara elektrolisa ke permukaan baja.
d)
Aluminium
(Al)
Aluminium adalah logam (metal) yang dapat dibentuk. Sumber alamiah Al
terutama adalah bauxit dan cryolit. Aluminium sangat luwes untuk berbagai
kelengkapan Desain Interior. Aluminium paling cocok dipakai jika diperlukan
sifat-sifat kuat, enteng dan kemampuan tinggi dalam menyalurkan panas atau arus
listrik. Pada bangunan diperuntukkan dinding, atap, pintu, kusen, krepyak, rolling
door, volding gate, sponing tangga, mebel, pagar, pigura lukisan dan foto,
bahkan dipergunakan panil prevab bagi pembangunan rumah murah secara cepat.
Aluminium mempunyai sifat ringan, tahan api, anti karat, tidak mudah pecah,
tidak perlu biaya pemeliharaan.
Ringan, kuat, daya tahan yang tinggi terhadap karat dan
pemantul panas yang sangat baik merupakan gabungan keuntungan yang menjadikan
aluminium dapat sebagai bahan utama elem interior. Keuntungan lainnya adalah
sifat homogin dari lembaran aluminium, dan untuk ketahanannya, permukaan tidak
perlu dilapisi.
Aluminium memiliki ketahanan berkat lapisan oksida yang
terdapat padanya secara alamiah, berbeda dengan sebagain besar logam lain.
Lapisan oksida pada aluminium merupakan lapisan yang tetap, keras dan melekat
dan melekat kuat diatas permukaannya. Lapisan itu mencegah logam aluminium dari
oksidasi selanjutnya dan terbentuk dengan sendirinya bila permukaannya dipotong
atau terkikiskan.
Permukaan aluminium (Mill finish) memantulkan 90 s.d.
95 % dari panas yang jatuh atas permukaannya, bahkan jika tertutup sedikit
dengan debu atau kotoran. Keadaan hawa, meskipun akan memburamkan permukaannya,
mengurangi hanya sedikit pemantulan panas dari aluminium terhadap radiasi
matahari. Pemantulan yang tinggi ini memastikan bahwa suatu tenaga matahari
yang maksimum dipantulkan, akibatnya bangunan-bangunan yang beratap atau
berdinding aluminium tetap nyaman pada musim panas atau di bawah cahaya
matahari tropis. Bantuan selanjutnya diberikan oleh rencahnya pemancaran aluminium,
sehingga bahkan ermukaan aluminium yang panas memantulkan hanya sedikit panas
ke dalam interior bangunan. Keseluruhan nilai isolasi dari suatu bahan biasanya
dinyaakan dalam istilah nilai konduksi panasnya –U- yaitu jumlah panas dalam
B.Th.U/sq.ft/hour, yang akan melalui konstruksi. Nilai U yang khas dari
aluminium dan lembar seng gelombang yang digalvisir diperhitungkan untuk
penggunaan rancang desain eko-interior.
Tabel
4: Perbandingan Nilai-nilai Isolasi
U =
B.Th.U/sq.ft./hr/0F
Instalasi
|
Nilau
U
|
SATU LAPIS atap atau dinding dari lembar
aluminium yang bergelombang
SATU LAPIS atap atau dinding dari seng
gelombang yang digalvanisir
|
0,8
1,4
|
Kekuatan tarik aluminium antara 12 s.d 13 ton per inci
persegi. Sebagai bahan elemen interior, aluminium bukanlah bahan yang mudah
terbakar, juga tidak akan mempercepat kebakaan, dan biar bagaimanapun tidak
akan membantu meluasnya kebakaran. Titik cairnya yang relatif rendah 6570 C,
berarti bahwa dalam kebakaran yang hebatpun bisa jadi yang mencair hanya
terbatas setempat saja. Dengan demikian gas dan asap yang panas dapat keluar,
dengan demikian berapa hal dapat mencegah menjalarnya kebakaran pada
permulaannya. Andaikan bangunan pendukung interior roboh, maka lembaran
aluminium yang ringan, digabung dengan kenyataan bahwa lembaran tersebut tidak
akan pecah atau menjadi rapuh, dengan demikian dapat mengurangi bahaya pada
penghuni interior seminimum mungkin.
Produksi aluminium secara komersial dari biji Bauksit dengan
proses elektrolisa harus menunggu dulu adanya arus listrik murah. Prosesnya
baru dimulai secara kecil-kecilan pada tahun 1880. Tetapi baru lima puluh tahun
kemudian aluminium dapat menjadi logam yang murah, yaitu ketika aluminium mulai
dimanfatkan secara besar-besaran untuk pembuatan pesawat terbang. Orang belum
yakin apakah Al ini beracun. Tetapi, dalam dosis tinggi dapat menimbulkan luka
pada usus. Aluminium yang berbentuk debu akan diakumulasi di dalam paru-paru
(3,20). Al juga dapat menyebabkan iritasi kulit, selaput lendir, dan saluran
pernapasan.
e)
Barium
(Ba)
Barium merupakan logam dasar untuk material Desain Interior
juga diproduksi di dalam industri gelas, keramik, textil, cat, plastik dan
sebagainya. Barium ini berwarna putih, sumber alamiahnya adalah BaSO4
dan BaCO3. Dalam bentuk debu Ba dapat berakumulasi di dalam
paru-paru, dan menyebabkan fibrosis, terkenal sebagai Baritosis. Barium yang
larut di dalam cairan tubuh seperti Barium Chlorida atau Sulfida bersifat toxis
(3,20). Ba merupakan stimulan jaringan otot, temasuk otot polos. Keracunan Ba
dapat mengehentikan otot-otot jantung dalam waktu satu jam. Pada fase akhir
keracunan biasanya terjadi juga kelumpuhan urat syaraf (20). Sampai saat ini
Ba-Sulfat yang tidak larut di dalam cairan tubuh masih dugunakan orang dalam
pembuatan foto kontras di rumah sakit.
f)
Seng
(Zn)
Seng adalah metal yang didapat pada industri alloy, keramik,
kosmetik, pigmen, dan karet. Kegunaannya untuk berbagai macm Desain Interior.
Akan tetapi mudah terkena korosi apabila langsung berhubungan O2 dan
air dengan keasaman tinggi. Untuk penutup atap dan dinding cocok pada daerah
pegunungan yang dingin, karena seng penghantar dan penyimpan panas yang baik.
Toxisitas Zn pada hakekatnya rendah. Tubuh memerlukan Zn untuk proses
metabolisme, tetapi dalam kadar tinggi dapat bersifat racun. Di dalam air minum
akan menimbulkan rasa kesat, dan dapat menimbulkan gejala muntaber. Seng
menyebabkan warna air menjadi opalescent, dan bila dimasak akan timbul endapat
seperti pasir.
g)
Tembaga
(Cu)
Tembaga dipergunakan untuk berbagai Desain Interior. Dapat
untuk patung, kap lampu, mebel, alat desain interior Jawa, alat dapur, dan
sebagainya. Sebetulnya Cu diperlukan bagi perkembangan tubuh manusia. Tetapi
dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GI, SSP, Ginjal, Hati, muntaber,
pusing kepala, lemah, anemia, kramp, konvulsi, shock, coma, dan dapat meninggal
dunia. Dalam dosis rendah menimbulkan rasa kesat, warna, dan korosi pada pipa,
sambungan, serta peralatan dapur.
h)
Perak
atau Argentum (Ag)
Perak adalah metal berwarna putih sebagai bahan baku kerajinan
perak untuk asesoris dan hiasan. Penggunaan untuk desain dapat bermacam-macam
elemen interior dan desain komunikasi visual dengan perpaduan material lain
yang serasi. Ag didapat pada industri alloy, keramik, gelas-kaca, fotografi,
cermin, dan cat rambut. Bila masuk ke dalam tubuh, Ag akan diakumulasi di
berbagai organ dan menimbulkan pigmentasi kelabu, disebut Argyria. Pigmentasi
ini bersifat permanen, karena tubuh tidak dapat mengeskresikannya. Sebagai
debu, senyawa senyawa Ag dapat menimbulkan iritasi kulit, dan menghitamkan
kulit (argyria). Bila terikat pada Nitrat, Ag akan menjadi sangat
korosif. Argyria sistemik dapat juga terjadi, karena perak diakumulasi di dalam
selaput lendir dan kulit (20,30).
E. Bahan
Kaca
Sebagai bahan pendukung interior yang dapat untuk menjaga
kenyamanan fisiologis pada ruangan, kaca juga dipergunakan untuk memperoleh
penerangan alami, memperoleh kesan perluasan ruangan, juga untuk cermin
pantulan. Bahan kaca sering dipergunakan juga untuk bahan mebel serta abahn
aksesoris lain pada interior. Kaca dapat disebut sebagai zat padat Amorf, yang
sebelumnya merupakan cairan lewat proses pendinginan dengan kekentalan yang
sangat tinggi. Kaca dibuat dengan mencampur dan melebur pasir Kuarsa (SiO2),
Soda (NaOH), dan Kapur (CaO). Susunan kaca dalam arti sempit mempunyai tiga
peramu, yakni Silika, Oksida, Logam Alkali Tanah. Hakekat ketiga jenis peramu
tersebut dalam proses pembuatan kaca harus tetap dipertahankan, meskipun ada
unsure lain seperti pembentuk, fluks atau pengubah, dan penstabil atau zat
antara. Pembentuk hampir semua susunan kaca adalah Silika (Silika dioksida, SiO2)
Disamping itu dapat digunakan sebagai pengganti atau tambahan oksidasi yaitu:
Rozon, Fosforus, Germanium, dan Arsen. Peramu ini menentukan sifat optis kaca,
misalnya indeks bias dan transmitans. Sedangkan Fluks menentukan titik leleh
Silika..
Perkembangan produksi kaca sebagai usaha industri dipercepat
abad ke-17 dengan adanya lembaran dan tabung kaca secara masal. Mutu kaca optik
sangat meningkat, dengan konsekuensi yang revolusioner di bidang pembuatan
instrumen yang mempergunakan lensa. Instrumen presisi kaca mulai popular yaitu
teleskop dan mikroskop, yang merupakan dua peralatan pertama dalam reolusi
ilmiah di abad 17. Perkembangan instrumen ini serta instrumen optik lainnya
melaju semasa akhir abad 18, ketika lensa gelas sudah bias dibuat hampir tanpa
cacat distorsi dan penguraian warna sinar di pinggirnya. Masa itu pula mulai
dipasang lensa pada pesawat kamera Obscura yang selama dua abad lebih banyak merupakan
alat permainan belaka. Namun mulai saat itu terjadi perkembangan cepat menjadi
kamera fotografi. Kaca bermutu tinggi juga dijadikan komponen alat presisi
seperti barometer dan termometer maupun Psichrometer (alat pengukur
kelembaban ruangan interior). Jumlah dan jenis instrumen serta mesin presisi
semakin bertambah, ketika tenaga listrik berhasil dikendalikan. Perkembangan
masa abada 18 ditandai dengan peristiwa seperti penemuan Galavnisme dan botol
Leiden.
Perkembangan penggunaan kaca untuk bebagai macam lukisan kaca
atau sekedar untuk bingkai lukisan maupun fotografi dan bingkai karya
desain interior lainnya yang kini
berkembang adalah kaca patri. Berbagai lukisan atau ornamen dengan kaca patri
yang berwarna warni cocok dipergunakan untuk dinding, pintu, jendela, penyekat
ruang mapun sebagai langit-langit.
Penggunaan untuk packhaging pada desain yang lain seperti
iklan dan etalase menjadi menarik keran produksi karya desain interior terlindung dan tembus pandang.
Berbagai ukuran dan jenis kaca menjadi menarik untuk pelindung panas karena
warna kaca yang gelap atau rayben. Pemakaian kaca cermin untuk memberi kesan
luas ruangan telah dipadukan dengan menambah pantulan cahaya yang dapat memberi
efek penyinaran. Selain untuk aksesoris lighting, maka kaca juga dipergunakan
untuk peredam bunyi pada studio televis atau pemancar radio apabila dipasang
doble dengan teknik hampa udara di tengahnya.
Penggunaan kaca tebal untuk lantai dengan hiasan akuarium di
bawahnya sebagai wujud pelestarian keanekaragaman ikan hias, disamping
penggunaan kaca untuk dinding dengan akuarium yang lebar juga dapat memberi
kesan luas pada ruangan. Penggunaan kaca untuk langit-langit selain untuk
keindahan dapat berfungsi untuk bukaan cahaya matahari. Pemasangan kaca
berwarna pada atap yang langsung berhubungan dengan interior merupakan skylight,
merupakan alternatif hemat energi untuk pencahayaan alamiah.
Eco-Cement
Eco-cement adalah semen yang diproduksi dengan
memanfaatkan abu tebang limbah tungku
pembakaran (incinerator) sampah kota sebagai bahan
baku selain b atu
kapur (limestone). Karakteristik abu terbang adalah memeliki
kandungan Klor yang tinggi, yaitu logam berat seperti Air Raksa (Hg), Timbal
(Pb), Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan senyawa organic beracun, dioxin. Bahan bakar-pun
memanfaatkan limbah pengilangan minyak bumi di samping limbah plastik, termasuk
PVC. Kadar Klor yan g tin ggi pada abu terbang dinetralisasi
dengan penambahan senyawa Alkali seperti NaOH. Logam berat diekstraksi ulang
sehingga bias menjadi bahan baku industri
logam. Adapun dioxin akan terurai karena proses pembakaran di atas 1.300
derajad Celcius.
Pemanfaatan abu terbang menghemat pemakaian batu
kapur sampai 25 persen dibandingkan dengan produksi semen Portland biasa, d i samping menekan pembuangan dan penimbunan limbah
abu tebang hasil pembakaran sampah kota. Emisi K arbon d ioksida
(CO2) dapat direduksi hngga 50 persen dengan konsumsi energi ditekan
lebih dari 80 persen. Dari 1 ton eco-cement yang dihasilkan, 250 Kg bahan bakunya
berasal dari limbah. Pendekatan ini memberikan alternatif solusi penanganan
sampah di perkotaan secara terpadu. Suatu hal yang layak dipertimbangkan bagi
kota besar se perti Jakarta memprodu ksi sampah hingga 6.500 Ton per hari.
Retarder adalah bahan kimia yang dipakai untuk mengurangi
pemakaian air dalam adukan beton. Hasilnya, beton sebagai elemen pembetuk
interior dapat menjadi lebih plastis serta memperlambat pengikatan awal dan
mencegah terjadinya keretakan pada beton.
Abu Batubara Limbah
untuk Eko-Interior
Abu adalah sisa yang
tinggal setelah suatu barang yang mengelami pembakaran lengkap. Demikian arti
abu sebagaimana tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Batubara adalah
bahan untuk Pembangkit Tenaga Listrik Uap (PLTU). Proses pembakaran batubara
dalam PLTU menghasilkan dua hasil tambahan (two by-products), yaitu fly
ash dan bottom ash. Disebut fly
ash dikarenakan abu batubara yang
terbawa ke atas dan terperangkap pada alat pengumpul atau electronic precipitators (ESP).
Sedangkan abu batubara yang butirannya lebih besar dan lebih berat terkumpul di
bawah disebut bottom ash. Baik fly ash maupun bottom ash dapat
dimanfaatkan.
Fly ash umumnya berwarna putih, ada juga yang warnanya
coklat dan hitam karena bertambahnya unsur karbon. Butiran fly ash sangat
halus, berukuran lebih kecil dari 0,1 mm, seperti silt dan mempunyai
berat jenis butir 0,8 s.d 1,0.
Komposisi fly ash
dari batubara bervariasi, tergantung dari sumber tambang dan penglohannya.
Terdapat fly ash yang mengandung
banyak calcium, sedikit besi dengan kadar kapur 15 s.d 30% yang dapat
menyebabkan fly ash menjadi aditif atau suplemen dari semen.
1) Pemanfaatan Abu
Batubara
Fly ash yang mempunyai sifat
fisika dan sifat kimia sejak tahun 1990 telah dimanfaatkan dalam bangunan
pembentuk elemen interior sebagai bahan subtitusi dan suplemen dalam produksi
beton berkualitas tinggi, dimana fungsinya adalah untuk menghindari hidrasi dan
kembang susut yang tinggi. Fly ash yang banyak dipakai oleh perusahaan ready
mix concrete dan industri kecil paving
block untuk ekterior penunjang lingkungan interior dapat dilakukan dengan
teknologi padat karya.
Pemanfaatan fly
ash berdasarkan penelitian Asosiasi Teknik Pembangkit Listrik Tenaga Atom
dan Air di Jepang meliputi: bidang industi semen 75%, bidang sipil 16%, bidang
pembuatan batuan 4%, bidang pertanian 2% dan lainnya 3%.
2)
Abu Batubara untuk Kontruksi Interior
Dengan digalakkannya masalah
kelestarian lingkungan hidup terutama dampak yang ditimbulkan limbah industri,
maka para desainner interior semakin dituntut untuk kreatif mengembangkan bahan limbah sebagai
bahan interior. Salah satu limbah
industri dari pusat pembangkit tenaga uap berupa abu terbang (fly ash),
bahan sisa berupa debu dan mengandung silika yang dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan dan mengganggu kesehatan bila tidak ditangani secara memadai.
Beton abutter/beton abu terbang (fly ash) adalah beton yang terbuat dari campuran semen Portland tipe 1, abutter (fly ash), agregat dan air.
Abuter
atau abu terbang (fly ash) adalah bagian dari hasil pembakaran batu bara yang
ber bentuk partikel halus, tidak porous serta bersifat pozzolanik.
Dengan sifat pozzolanik dimaksudkan fly ash bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan oleh semen pada waktu
proses hidrasi dan membentuk senyawa yang bersifat mengikat pada suhu kamar
dengan adanya air.
Pengaruh pemakaian
abuter (fly ash) terhadap mutu beton hasil penelitian Pustekim (1987),
bahwa pemakaian abutter sebanyak 20% dari berat semen tipe I yang digunakan
pada beton yang direncanakan untuk kuat teka karakteristik K 175, pada umur 90
hari dari percobaan yang dilakukan di laboratorium memberikan hasil kuat tekan
beton yang optimum (422,45 kg/cm2) atau 23,84% lebih besar dari kuat tekan
beton normal.
Selain itu pemakaian
abutter sebanyak 20 s.d. 40 % dari berat semen pada percobaan mortar di
laboratorium memberikan ketahanan yang lebih baik terhadap sulfat (larutan 3,5%
Na2SO4) disbanding dengan mortar tanpa abutter maupun
yang menggunakan abutter 10%.
Dari perhtungan analisa biaya
ternyata pemakaian abuter diharapkan dapat menghmat biaya pembuatan beton
antara 13,5 s.d 22% dibandingkan dengan yang menggunakan semen tipe 5.
Pemakaian abuter untuk campuran beton sebagai bahan konstruksi pada bangunan
interior sangat cocok dan menguntungkan pekerjaan beton massif dan untuk konstruksi
beton di lingkungan yang agresif (banyak mengandung sulfat).
Abuterbang atau Fly ash dapat
digunakan sebagai bahan aditif yang sangat baik berguna untuk campuran beton
agar beton menjadi lebih kuat, tahan lama, dan semen lebih mudah dalam
penggunaannya. Fly ash sangat mirip dengan debu vulkanik yang digunakan
pada produksi semen hidrolis sekitar 2.300 tahun yang lalu. Semen tersebut
dibuat dekat sebuah kota di Itali a yang bernama
Pozzuoli, yang ak hirnya
melahirkan istilah “pozzolan”. Sifat pozzolan ini apabila
dicampur dengan kapur dan air akan membentuk campuran semen. fly ash
dapat menggantikan pozzolan sebagai campuran semen. fly ash hampir
seluruhnya berbentuk bola yang memungkinkan dapat masuk dengan bebas ke dalam
campuran beton, sehingga efek dari “ball bearing” tersebut partikel fly
ash menimbulkan “lubricting
action” ketika beton masih dalam kondisi plastis.
3) Stabilisasi Buangan
Produk Air Kotor Interior
Penggunaan kapur dan
CaSO4 dalam membasmi hama penyakit
dan stabilisasi alkaline pada tempat pembuangan air kotor produk buangan dari
sanitasi interior. Ternyata apabila para Desainer Interior dapat
mempertimbangkan penggunaan fly ash untuk sanitasi tentu berguna untuk mengurangi
bakteri penyakit dan pencemaran bau busuk dalam pengelolaan sanitasi interior.
Para Desainer Interior perlu memahami bahwa, sifat kapur dalam fly ash
ternyata dapat dipergunakan untuk menetralisir cairan asam pada buangan air
kotor atau limbah yang berasal dari dapur maupun ruang makan.
F. Exposed
Concrete untuk Panel Ramah Lingkungan
Salah satu sumberdaya alam adalah kerikil
yang berasal dari sungai atau disebut kerikil sungai. Kerikil sebagai salah
satu bahan baku pembuata n
serta penggunaan Exposed Concrete, dapat juga diganti dengan bahan dari
batu pecah yang berasal dari batu gunung dengan perekat dipergunakan semen,
sehingga diperoleh bentuk tonjolan batu. Dengan demikian, exposed concrete
dapat diartikan sebagai beton normal dimana permukaan kerikil (agregat kasar)
pada permukaan beton diperlihatkan dengan jelas dan umumnya disebut dengan batu
muka.
Pada dasarnya pembuatan exposed
concrete ini bertujuan untuk memanfaatkan kerikil alam agar dapat
dimanfaatkan untuk lemen interior dengan biaya pembuatan relatif murah serta
cukup memenuhi standar kekuatan.
Proses pengerjaan
Exposed Concrete untuk panel interior adalah sebagai
berikut.
a)
cetakan
yang terbuat dari kayu berukuran 40x40x5 cm dapat dibongkar dan dipasang
kembali dengan beralaskan papan atau triplek dalam keadaan terpasang baik;
b)
ke
dalam cetakan dimasukkan adonan lempung dengan ketinggian kurang lebih 1 cm,
kemudian diratakan permukaannya;
c)
tanamkan
kerikil alam satu persatu secukupnya, sehingga merupakan suatu tanaman kerikil
yang teratur;
d)
masukkan
adonan beton yang terdiri dari pasir dan semen dengan komposisi tertentu dengan
w/c = 0,44 dan slump = 0 cm, ke dalam cetakanny yang telah diisi lempung (tanah
liat) dan kerikil ala;
e)
ratakan
permukaan beton dengan sendok tembok;
f)
biarkan
selama 24 jam; setalah periode waktu tertentu selesai, cetakan dibuka;
g)
sebagai
hasil, diperoleh suatu expose concrete yang sedikit kotor oleh sisa-sis tanah
liat yang menempel pada batu kerikil;
h)
cuci
permukaan beto dengan semprotan air dan pelan-pelan, disikat dengan sikat gigi
bekas sehingga tanah liat yang masih menempel dapat hilang larut terbawa air
pencuci;
i)
diperoleh
expose concrete yang bersih dan menarik dengan kondisi kerikil alam yang
tersusun rapi dan tertanam cukup kuat dalam beton.
Sebagai pengganti lempung dapat juga
dipakai pasir yang kering, namun hasilnya kurang bersih karena banyak partikel
pasir yang menempel pada permukaan beton..
Partcile Board dan
Plywood
Particle Board
mengeluarkan formaldehyde dari bus ureaformaldehide dapat
menimbulkan kanker. Penggunaan sangat cocok untuk dinding dan langit-langit,
terutama pada ruang pertemuan, ruang rapat, atau studio musik dan gedung
bioskop. Penggunaan bahan isolasi ini tidak perlu dilapisi dengan finishing cat
atau sejenis pernis maupun politur, karena bahan bakunya tidak tahan terhadap
air dan minyak. Bahkan, penyemprotan secara langsung wewangian ruangan interior
yang mengenai particle board atau plywood dapat membekas pada permukaan yang
tidak dapat dihilangkan begitu saja bekas busa semprotan wewangian. Namun,
apabila dikehendaki terdapat lukisan dinding atau pemberian aksen pada ruangan
dengan warna, maka anjurannya adalah diperbolehkan dengan konsisten.
Asbestos
Penggunaannya untuk langit-langit, dinding, dan penutup atap
pada interior. Pada penggunaan untuk dinding dikenal dengan panil sandwich atau
panil asbes rangkap dengan lapisan tengah berupa panil asbes bergelombang.
Asbes adalah sejenis mineral. Asbes tidak berat dan padat
seperti mineral yang lain, ia terbuat dari serabut yang lunak. Asbes bukan
penghantar panas yang baik dan tidak dapat terbakar, maka asbes sangat baik
digunakan sebagai bahan penyekat panas, untk melindungi benda dari panas dan
api.
Asbes dicampur ke dalam bahan pakaian yang dipakai oleh pemadam kebakaran. Asbes juga dipakai
sebagai campuran untuk membuat desain dapur, pada almari dapur dan dinding dapur
yang berdekatan dengan api.
Asbes sangat berbahaya untuk kesehatan dan berbagai usahaa
pencegahan yang ketat perlu ditaati di daerah tempat asbes diproses atau
digergaji, karena serbuknyalah yang paling berbahaya bila terhisap melalui
hidung. Jika debu asbes terhirup masuk hidung pada waktu bernapas, ia akan
menyebabkan penyakit paru-paru yang disebut asbestosis.
Serat asbestos diketahui dapat menyebabkan penyakit dengan
mortalitas tinggi, yaitu kanker paru-paru, mesothelioma pleura; peritoneum
dan pulmonary fibrosis. Serat
asbes ini biasanya dijumpai saat digergaji, sehingga perlu memakai masker
pelindung saat menggergaji. Peruntukan asbes pada elemen pembentuk ruang
sebaiknya difinishing dengan pelapis cat tembok, agar serat asbes tidak mudah
beterbangan. Bahan baku asbes ditambang di Kanada, Rusia, Cina, Italia dan
Afrika Selatan.
H.
Warna dalam Eko-Intrerior
Ruang adalah tempat bergerak
dalam tiga matra, ke kanan dan ke kiri kedepan dan ke belakang, ke atas dan ke
bawah.
Warna :
penampilan warna dapat diberikan dalam rona
(Hue), terang (Lightnees)
atau kecerlangan (Brightness), dan kejenuhan (Saturation) dari
benda atau sumber cahaya.
Ada 3 warna
primer yang bersifat adaftif : merah, hijau, dan biru. Warna-warna lain dapat
disusun dari ketiga warna ini (kadang dari warna primer).
Dari segi zat
warna dikenal tiga warna primer subtraktrip magenta (Merah kebiruan), kuning,
dan biru (Biru hijau).
Zat
warna magenta akan menyerap cahaya hijau dari dalam cahaya putih, zat kuning
manyerap cahaya biru, dan zat sian menyerap cahaya merah.
Komisi
Internasional Cahaya (CIE), menetatpkan warna cahaya siang sehingga kepadanan
dengan suhu warna 6.500 K; Putih kekuningan dengan 5.500 K dan putij kebiruan
dengan 7.500 K ini terutama berkaitan dengan lampu pijar pada interior. Lampu
Pendar diproduksi dengan cepat macam cahaya putih, putih hangat, putih, putih
sejuk, dan cahaya siang.
Warna
primer merupakan pengikat warna yang dapat menghasilkan warna lainnya apa saja
dengan mencampurkan warna primer inti. Semakin dicampura dua warna primer tidak
akan pernah menghasilkan warna primer inti.
Semakin campur dua warna primer
tidak dalam penuh menghasilkan unsur primer yang ke tiga. Dari segi psikologis
ada 4 macam warna: merah, kuning, hijau dan biru. Masing-masing tidak
mengandung corak yang lain. Dari segi cahaya ada 3 warna primer yang bersifat
adiftif: merah, hijau, dan biru. Warna-warna lain dapat disusun dari ketiga
warna ini (terkadang dari dua warna primer).
Dari
segi zat warna dikenal 3 warna primer subtraktif: magenta (merah kebiruan),
kuning, dan sian (biru-hijau). Zat warna magenta akan menyerap cahaya hijau
dari dalam cahaya putih, zat kuning menyerap cahaya biru, dan zat sian menyerap
cahaya merah. Cahaya zat magenta, kuning, dan sian (hijau-biru) dalam proporsi
yang tepat akan menyerap semua cahaya, sehingga memberikan warna hitam.
Benda
tanpa dengan warna tertentu karena benda itu menentukan atau meneruskan, sambil
menyerap warna tertentu cahaya yang datang dari sumber cahaya. Benda yang
menyerap secara tak-selelektif (menyerap cahaya putih dengan proporsi yang sama
pada tiap panjang gelombang) akan menghasilkan warna yang netral (akromatik)
bagian suatu rona yang dapat diperbedakan. Bila yang diserap sangat sedikit,
sisa cahaya putih dipantulkan atau diteruskan, dan benda itu akan tampak putih
atau bening. Sebaliknya, apabila sebagian besar diserap dan hanya sedikit
dipantulkan atau diteruskan, benda itu akan berwarna tua (hitam). Kasus
diantara kedua ekstrim ini akan menyebabkan benda tampak abu-abu, dengan terang
(lighness) berbeda, apakah abu-abu tua, abu-abu atau abu-abu muda
bergantung pada proporsi yang diserap.
Apabila
penyerapannya itu selektif, artinya ada warna yang relatif kurang diserap, maka
benda itu akan mempunyai warna. Apabila semua warna diserap, kecuali warna
biru, dan minimal 80% intensitas cahaya biru ini dpantulkan atau diteruskan,
benda itu tampak biru tua (biru dengan kejenuhan tinggi).
Bila
warna lain hanya sedikit diserap dan warna biru lebih sedikit lagi diserap,
benda itu akan hidup biru muda atau bening biru muda. Dapat dikatakan dengan
biru dengan kejenuhan rendah.
Permukaan
yang memantulkan cahaya dengan arah yang sama untuk semua, berkas itu akan
tampak mengkilat apapun warnanya. Bila arah pantulan berlainan menurut letak
jatuhnya berkas pada permukaan itu (ada diffusi), berkas akan tampak kusam. Hal
serupa berlaku untuk suspensi. Warna dalam hal hamburan (scattering)
warna-warna akan menjalani nasib yang berlainan. Debu di udara dan juga molekul
air, akan lebih menghamburkan warna biru daripada warna lain. Hal ini yang
menyebabkan langit berwarna biru dan cahaya matahari lebih kuning daripada
seharusna (sebelum masuk atmosfer).
Masih
ada beberapa gejala optik lain yang mempengaruhi atau menentukn warna benda,
antara lain pembiasan, difraksi, interferens, dan fluoresens. Disamping rona,
terang atau kecerlangan dan kejenuhan warna, ada beberapa faktor lain dari
benda yang akan menentukan warna benda itu, misalnya ukuran, bentuk, letak,
tekstur, kesilauan, adanya kedip-kedip, kelainan dan gemerlapan.
kepustakaan
Harjanto Sri Eng, 2003. Ramah Lingkungan dan Eco
Material, Departemen
Metalurgi dan Material, FT Universitas Indonesia, Jakarta, Kompas 19 Januari
2003.
Hufschmidt, et.al., 1981. “Benefit Cost
Analysis of Natural Systems and Environmental Quality Aspects of Development”, EPI.
Mackenzie Dorothy, et.al.
1991. Green Design: Design for The Environment. Laurence
King Ltd, China.
Murtadh o, E. Gumbira sa’id. 1 988.
Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Padat. Mediyatama Sarana Perkasa,
Jakarta.
Ritohardoyo, Su. 1995. Ekologi
Manusia dalam Pe mbangunan,
Bahan ceramah, F. Geografi . UGM, Yo gyakarta.
Johnson, R.A., Newell, WT., Vergin, R.G.
1974. Production and Operations Management; A System
Concept, Hougton Mifflin Company, Boston.
Soemarwoto Otto. 2001. Atur diri
Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan lingkungan Hidup. Gadjahmada University
Press, Yogyakarta.
Soemirat, Juli. 1996. Kesehatan
Lingkungan. Yogyakarta: Gadjahmada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar