Alcal-Modcoll

https://www.instagram.com/tv/B4DacHRBo6g/?igshid=5d41atgiqabw

Senin, 20 Mei 2013


1.     Pentingnya Kualitas Lingkungan Interior
Telah dibuktikan oleh WHO dengan penyelidikan di seluruh dunia, adanya angka kematian (mortality), angka perbandingan orang sakit (mobidity) yang tinggi serta seringnya terjadi epidemi, ada di tempat dimana terdapat hygine dan sanitasi lingkungan inteior yang buruk (Entjang, 1981). Kualitas lingkungan interior menjadi sangat penting sebagai suatu habitat untuk hidup manusia dan organisme, berinteraksi, juga dominan dalam menentukan status kesehatan, sumber kegiatan dan tempat melangsungkan kebutuhan biologis.
Dasar filosofis yang diberikan Prof. Winslow (1920) berkaitan dengan pentingnya kualitas lingkungan interior, yaitu penghuni hanya akan sehat apabila setiap manusia ikut-serta menyehatkan dirinya sendiri serta lingkungannya. Tanpa keterlibatan penghuni, kesehatan tidak akan tercapai (Soemirat, 1996). Filosofi inilah yang mendasari pentingnya keikutsertaan penghuni dalam peningkatan kualitas lingkungan interior.
Kajian Doxiadis (1978) ada dua unsure utama yang mempengaruhi kualitas lingkungan nterior, pertama adalah  Isi (the content) yaitu penghuni baik individu maupun kelompok; kedua wadah (the container) atau lingkungan fisikal (physical settlemen). Berangkat dari dua unsur utama tadi dapat dijabarkan lagi menjadi menjadi lima elemen dalam lingkungan interior, yaitu elemen alam (nature), manusia (man), kehidupan social (society), interior sebagai tempat tinggal/kegiatan (shells) dan system jaringan (networks). Dengan demikian kualitas lingkungan interior secara fisik (physical settlement) berupa bangunan interior dengan jaringan fasilitas dan lingkungan alamnya untuk menanmpung dan memenuhi keperluan aktivitas penghuninya (fisik dan non fisik).
Bertitik-tolak dari dua unsur utama yang mendukung interior tersebut tercipta elemen yang yang memungkinkan suatu keadaan manusia untuk menyelenggarakan kehidupannya. Elemen tersebut meliputi karya, marga, ruangan, suka dan penyempurna. Kelima unsur tersebut dianggap sebagai bagian dari subsistem yang masing-masing saling berhubungan dalam ujud hubungan aksial, interaksial, dependensial mapun interdependensial. Gangguan pada salah satu unsur dalam lingkungan interior akan menyebabkan gangguan pada unsur yang lain, dan sebaliknya perbaikan pada salah satu unsur interior akan mengakibatkan membaiknya unsur interior yang lain.
Mengacu pada pengertian kualitas lingkungan sebagai derajad kemampuan lingkungan untuk untuk memenuhi keperluan dasar manusia yang hidup dalam lingkungan itu (Soemarwoto, 1978). Dengan demikian kualitas lingkungan interior adalah derajad atau peringkat kemampuan lingkungan tersebut dalam memenuhi keperluan tinggal dalam ruangan bagi penghuninya.
Derajad kemampuan lingkungan interior menurut pengertian tersebut untuk mewadahi dan memenuhi keperluan hingga dapat dipergunakan sebagai ruang tempat tinggal penghuninya. Untuk memenuhi persyaratan kualitas lingkungan interior yang baik diperlukan kesesuaiana keberadaan manusia sebagai penghuninya dan kemampuan lingkungan fisik sebagai wadah. kualitas lingkungan interior erat hubungannya dengan kesehatan. Hal ini terungkap dalam definisi kesehatan yang secara ekspansif serta tertera dalam piagam organisasi kesehatan dunia dalam bukunya Eckhlom (1981), kesehatan merupakan suatu keadaan yang menjamin adanya kesejahteraan jasmani, rohani dan social yang utuh. Dalam tautan kesehatan dalam lingkungan interior, terdapat aspek derajad kesehatan dalam suatu wilayah sangat ditentukan oleh kualitas lingkungan interiornya, baik dalam skala individual maupun komunal. Menurut Achmadi (1992) “sehat merupakan resultante hubungan interaktif antara manusia dan lingkungannya secara seimbang. Bila terjadi perubahan lingkungan akan menyebabkan gangguan keseimbangan dan akan disusul oleh perubahan tingkat kesehatan masyarakatnya”.
Kualitas bangunan interior dapat dilihat dari segi: 1) bahan bangunan serta konstruksinya, 2) denah tata letak interior. Bahan bangunan dan kontruksi menentukan suatu interior mudah rusk, mudah terbakar, lembab, panas, mudah jadi sarang serangga pembawa penyakit, bising dan lain-lain. Denah tata letak interior menentukan cukup tidaknya jumlah ruang yang tersedia terhadap jumlah penghuni serta berbagai kegiatannya. Pemanfaatan bangunan interior yang tidak sesuai dengan peruntukannya, dapat terjadi gangguan kesehatan. Pemeliharaan bangunan interior mempengaruhi kesehatan penghuni, karena fasilitas yang tersedia tidak dipelihara dengan baik akan membantu terjadinya wabah penyakit.

2.     Ketidaknyamanan Interior
      Pada awal mulanya desain interior dibuat untuk melindungi manusia dari keamanan dan pengendalian lingkungan atmosfiris. Bangunan interior dapat dianggap sebagai bentuk seksama dari pengendalian suhu (thermomeregulator). Bangunan interior dapat melindungi anasir-anasir cuaca yang tidak diharapkan seperti angin kencang dan hujan, serta secara peka dapat menyediakan lingkungan dengan beban suhu yang rendah. Berarti dengan tinggal di dalam bangunan interior, maka mintakat upaya pengendalian suhu minimum dapat tercapai dengan keadaan suhu di luar interior berada di atas atau di bawah mintakat suhu tersebut.
      Neraca energi suatu interior tergantung pada neraca energi bagian eksterior bangunan, pemanasan antropogenik yang berlangsung pada bagian interior, dan fasilitas yang memungkinkan bagian dinding bangunan untuk dapat berinteraksi antara  bagian interior dan bagian eksterior bangunan.
      Pada saat siang hari pemuatan beban bahang melalui radiasi tatasurya secara intensif berlangsung di bagian eksterior bangunan. Akibatnya bagian eksterior bangunan menjadi lebih hangat dari bagian interior akan menerima fluks energi ke arah dalam. Pada waktu malam hari, dengan iradiasi lemah dari bagian eksterior, akan terjadi fluks energi ke arah luar.
      Bila bahan dan konstruksi bangunan interior memungkinkan untuk terjadinya pertukaran energi secara mudah antara bagian interior dan eksterior maka bangunan akan berfungsi sebagai  . Keadaan sebaliknya terjadi bila pertukaran bahang terhambat dan terjadi perbedaan suhu yang besar antara bagian dalam dan bagian luar bangunan.
Pertukaran bahang dalam bangunan interior sepertinya berlangsung melalui 3 cara, yaitu:
a.       Radiasi tatasurya masuk ke dalam interior melalui jendela/bukaan atau kaca. Perolehan bahang melalui proses ini tergantung pada ukuran dan orientasi bukaan, dan keadaan alami dari radiasi tatasurya yang datang dalam arti intensitasnya, dan watak arahnya.
b.      Bahang (heat) akan masuk dan meninggalkan bangunan interior sebagai akibat adanya ventilasi seperti jendela, pintu, retakan/celah, dan bukaan lainnya akan lebih cepat bila posisi ventilasi silang (cross ventilations).
c.       Bahang (heat) akan dikonduksikan melalui bahan-bahan bangunan pembentuk interior (dinding, langit-langit, lantai, kusen dan bahan pintu, jendela dll). Aliran ini akan tergantung pada watak termis dari bahan bangunan, dan kekuatan gradien suhu lingkungan interior. Dalam proses ini watak termis yang terpenting adalah ketebalan dan konduktifitas termal bahan, dan ketebalan lapisan keliling laminer yang menambah permukaan interior bangunan.
Rancang-bangun interior di lingkungan kawasan panas dan kering, pengendalian bahangnya dilakukan dengan empat cara:
a.       Masukan radiasi tatasurya harus dikurangi sebanyak mungkin dengan membuat celah atau bukaan sekecil mungkin dalam desain interior, dan menggunakan peneduh seperti beranda, pohon perindang maupun pohon yang berfungsi barier.
b.      Saling menaungi atau meneduhi diantara bangunan pembentuk interior dengan mengatur jarak antara bangunan.
c.       Menggunakan bahan bangunan interior yang mempunyai kapasitas bahang tinggi (seperti batu bata, tanah, breksi batu apung) sehingga perolehan bahang dari luar dapat diimbangi.
d.      Apabila dimungkinkan desain interior menanggulangi atau menahan radiasi panas ke dalam ruangan dengan memperhatikan diantara atap dam langit-langit, diantara elemen dinding dan penyekat ruangan untuk diteruskan aliran radiasi panasnya dengan ventilasi silang.

3.         Kenyamanan Fisiologis
Kenyamanan fisiologis biasanya berawal dari kepadatan penghuni di dalam bangunan interior dan tuntutan keperluan ruang dengan kemampuan terbatas menimbulkan permasalahan dalam eko-interior. Adanya tuntutan keperluan kualitas lingkungan interior mengakibakan terjadinya penambahan ruang  yang tidak terencana, penyelesaian akhir atau finishing interior yang kurang baik, sistem pembuangan limbah atau sanitasi yang kurang baik, sirkulasi udara terhambat, kecepatan angin berkurang, kelembaban dan suhu ruangan semakin tinggi. Kondisi ini memperlambat fase perubahan temperatur, karena temperatur udara dan kelembaban udara adalah faktor dominan yang mempengaruhi kenyamanan penghuni, maka kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap gairah kerja penghuni. Kerja dalam konteks ini, menurut Parkinson (1987) adalah mata rantai penghubung antara individu dan komunitasnya.
Gerak lancar udara (cross ventilation) mengurangi kelembaban dan suhu udara dalam ruangan. Suhu ruangan yang ideal adalah antara 200 s.d. 250 C, kelembaban udara antara 40% s.d. 50%. Gerak udara yang sedang antara 5 s.d 20 M/Detik atau volume pertukaran udara bersih antara 2- s.d. 30 CFM (Cubic Fip per Minute) untuk setiap orang yang berada di setiap ruangan (Ircham, 1992). Ukuran rasa nyaman ini bersifat subyektif, apabila ventilasi alamiah dalam ruangan kurang memenuhi syarat sehingga menyebabkan ruangan pengab (stuffiness) yang sering dipergunakan bantuan alat mekanis seperti AC yang tidak ramah lingkungan.
Kenyamanan (comfort) penghuni bangunan interior dalam melakukan segala aktivitas dinyatakan dengan ‘efisiensi kerja terganggu’, keletihan yang berlarut, timbulnya rasa malas dan depresi, tidur tidak nyenyak (Konigsberger, 1973). Faktor kenyamanan yang berpengaruh tehadap gairah kerja, selanjutnya akan selalu berkaitan dengan tinggi rendahnya keterlibatan penghuni interior dalam peningkatan kualitas lingkungan interior.
Kata “kelelahan” dalam eko-interior menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Menurut Singelton (1972), pengertian kelelahan ada dua macam, yaitu: 1) kelelahan fisiologik yang disebabkan oleh faktor fisik seperti suhu udara, kelembaban udara, dan bahan kimia, 2) kelelahan psikologis yang disebabkan oleh faktor psikologi.
Berkaitan dengan kenyamanan fisiologis dalam lingkungan bangunan interior dapat diukur dengan parameter kenyamanan fisiologis melalui pengukuran tingkat kelelahan. Telah diutarakan oleh Singelton (1972), sampai saat ini belum ada cara pengukuran kenyamanan fisiologis dan psikologis yang dapat dipakai secara sempurna, tetapi beberapa ahli telah mengembangkan pendapatnya tentang beberapa parameter kenyamanan fisiologis melalui pengukuran tingkat kelelahan, yaitu dengan cara:
1)          “Waktu reaksi”, yaitu reaksi sederhana atas rangsangan tunggal atau reaksi yang memerlukan koordinasi.
2)          Uji “Finger-Tapping”, yaitu pengukuran kecepatan maksimal ketukan jari tangan pada ukuran waktu tertentu.
3)          Uji “Fheker-fusion”, yaitu pengukuan terhadap kecepatan berkelipnya cahaya (lampu) yang secara bertahap ditingkatkan sampai pada kecepatan tertentu yang memperlihatkan cahaya nampak berbaur sebagai cahaya yang kontinyu.
4)          Uji “Bourdon Wiersma”, yaitu pengujian terhadap kecepatan bereaksi dan ketelitian.
5)          Pemeriksaan “Tremor” pada tangan.
6)          “Skala kenyamanan fisiologis” dari Industrial Fatique Research Committe (IFRC).
Penekanan Kenyamanan fisiologis dalam eko-interior secara sederhana dapat diterapkan dalam uji kenyamanan yang dilakukan dengan (a) skala kenyamanan fisiologis IFRC, dan (b) uji finger-tapping.

A.    Skala Kenyamanan Fisiologis
Skala kelelahan Industrial Fatique Research Committe (IFRC) mengandung 30 pertanyaan indikator (Suma’mur, 1980). Pertanyaan indikator kenyamanan fisiologis berhubungan dengan gejala kelelahan yang menujukkan gejala kenyamanan fisiologis atau dapat mempengaruhi “gairah kerja”.
Gejala kenyamanan fisiologis atau yang berkaitan dengan kelelahan disusun menjadi daftar pertanyaan. Daftar  pertanyaan digunakan untuk menjaring pertanyaan genjala kenyamanan fisiologis dari penghuni bangunan interior. Penghuni bangunan interior akan mengungkap pernyataan ini atas dasar pengalaman yang pernah diperoleh selama ia menghuni.

Tabel 1: Gejala kelelahan yang berkaitan dengan kenyamanan fisiologis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Perasaan berat di kepala.
Lelah di seluruh badan.
Kaki terasa berat
Sering menguap.
Pikiran jadi kacau.
Menjadi mengantuk.
Merasa adanya beban di mata.
Kaku dan canggung dalam bergerak.
Tidak seimbang dalam berdiri.
Ingin berbaring saja.




Pelemahan

11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Sukar berpikir.
Lelah kalau berbicara.
Menjadi gugup.
Tidak dapat berkonsentrasi.
Tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu.
Cenderung untuk menjadi lupa.
Kurang percaya terhadap diri sendiri.
Cemas terhadap sesuatu.
Tidak dapat mengontrol sikap.
Tidak dapat tekun dalam bekerja.




Motivasi


21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Membuat sakit kepala.
Kekakuan di bahu.
Rasa nyeri di pinggang.
Pernapasan tertekan.
Selalu haus.
Suara menjadi serak.
Pening kepala.
Kelopak mata tegang atau linu (spasme)
Gemetar (tremor) pada anggota badan.
Merasa kurang sehat.




Gambaran


Gejala nomor 1 sampai dengan nomor 10 sebagai indikator “pelemahan”; gejala nomor 11 sampai dengan 20 sebagai indikator “motivasi”; dan gejala nomor 21 sampai dengan nomor 30 disebut sebagai indikator “gambaran”.
Singelton (1972) menggunakan cara penilaian dengan menyediakan empat buah pertanyaan untuk setiap pertanyaan dari ke 30 indikator. Setiap pertanyaan mempunyai atribut dan nilai:
a.       TP, yang berarti   : tidak pernah,         nilai = 1
b.      KD, yang berarti  : kadang-kadang,    nilai = 2
c.       ST, yang berati     : sering terjadi,       nilai = 3
d.      SS, yang berarti   : sangat sering,        nilai = 4
Dengan cara menjumlah nilai setiap pernyataan dari 30 pernyataan indikator diperoleh nilai gabungan. Penjumlahan ini menghasilkan nilai kenyamanan fisiologis dalam eko-interior mulai dari 30 sampai 120. Skala Kenyamanan fisiologis didapat dengan memberikan kategori dari hasil penilaian tersebut.
a.  nilai rendah, 30 sampai dengan 80     : termasuk “nyaman”;
b.  nilai sedang, 61 sampai dengan 90     : termasuk “tidak nyaman”;
c.  nilai tinggi, 91 sampai dengan 120     : termasuk “sangat tidak nyaman”.

B.     Uji Finger-Tapping
Uji finger-tapping untuk mengukur kenyamanan fisiologis dalam eko-interior dilakukan dengan cara pengukuran kecepatan atau jumlah maksimal mengetukkan salah satu jari tangan selama 1 menit dengan menggunakan “hand-tally-counter” (Siahaan, 1982). Asumsi dasar dalam pengukuran ini ialah, semakin besar jumlah maksimal dalam mengetukkan salah satu jari tangan selama 1 (satu) menit, berarti semakin “nyaman”.
Hand tally counter dapat dipergunakan untuk mengukur kecepatan mengetukkan jari tangan, sebagai jawaban gejala fisik yang diterima.
Cara kerja dalam menggunakan alat uji fingger-tapping,  sebagai berikut.
(1)   alat dipegang tangan (digenggam) dengan posisi cincin masuk ke jari telunjuk dan ibu jari tangan diletakkan pada handle;
(2)   ibu jari tangan diketukkan pada handle berulang-ulang secepat kemampuan yang dimiliki;
(3)   saat dimulai dan diakhiri pengetukan ibu jari tangan ditentukan serta diukur dalam satuan waktu 1 (satu) menit;
(4)   jumlah ketukan tangan dapat dibaca langsung pada angka di alat ukur hand tally counter.
Alat pengukur waktu dapat dipergunakan jam tangan, jam meja atau bila diperlukan ketepatan maka dianjurkan dipergunakan stop-watch, untuk mengukur lamanya waktu 1 menit kemampuan jari tangan dalam pengukuran uji finger-tapping.
Pengukuran suhu udara yang digunakan dalam pengukuran kenyamanan fisiologis dalam eko-interior adalah menggunakan Index Suhu Basah dan Bola (ISBB). Menurut Harahap (1982), Wet Bulb Globe Temperatur Index (WBGT) di Indonesia dikenal dengan Index Suhu Basah dan Bola (ISBB). ISBB merupakan parameter sengatan panas untuk mengukur suhu udara yang berkaitan segi “fisiologis”. Pengukuran ISBB diketahui dengan menggunakan pendekatan rumus sebagai berikut.
(1)   Pengukuran parameter sengatan panas ISBB pada ruang terbuka, menggunakan rumus:
Text Box: ,7 sba + 0,2 sb + 0,1 sk  ......................................(1)

ISBB = 0

Keterangan :
Sba               = suhu basah alami,
Sb                 = suhu bola,
Sk                 = suhu kering,
0,7; 0,2; 0,1  = konstanta.
                                                                                                                  
(2)   Pengukuran parameter sengatan panas ISBB di dalam ruangan tertutup, menggunakan rumus:
Text Box: ,7 sba + 0,3 sb ............................................. (2)

IK = T –

Keterangan :
Sba         = suhu basah alami,
Sb          = suhu bola,
0,7; 0,3  = konstanta.

Suhu tubuh manusia sebagai penghuni bangunan interior tidak dapat dipakai sebagai ukuran kenyamanan, karena kenyamanan menyangkut pernyataan segi psikologis dan fisiologis. Kenyamanan dalam penghunian interior menunjukkan sifat yang sangat kualitatif dan sangat relatif. Index kenyamanan didapat atas dasar angka optimal dari keadaan lingkungan dan kenaikan stress, yang menunjukkan adanya perubahan keadaan lingkungan interior. Terjadinya perubahan lingkungan interior sangat dipengaruhi oleh variabel index suhu berupa udara dan kelembaban relatif. Kelemahan ini terjadi karena pada umumnya orang akan bergerak pada kondisi kelembaban yang berbeda, sehingga terjadi pemanasan tubuh dan pendinginan tubuh. Untuk dapat menyederhanakan dan mempermudah pengukuran secara kuantitatif hingga dapat dipergunakan, dalam praktek digunakan kriteria “index kenyamanan” (comfort index) dari The US  National Weather Services WHO (1969) dengan pendekatan rumus:
Text Box:  0,55 (1 – 0,01 KR) (T – 50) ................................ (3)

 EMBED

KKeterangan :
IK   = Indek Kenyamanan,
T     = Suhu udara dalam  {(ISBB x 1,8) + 32 }0  F,
Atau  T     = {(ISBB x 1,8) + 32 }0  F,
KR  = Kelembaban Relatif,
0,55; 1; 0,01; 50 = kontstanta

Kriteria skala indek kenyamanan dari The US National Weather Services  menggunakan skal interval indek kenyamanan sebagai indicator, dan jumlah (presentase) pernyataan dalam setiap kategori skala kenyaman sebagai indikasi.
Skala indek kenyaman tersebut adalah:
(1)       Indek kenyaman lebih kecil dari 70, berarti tidak ada yang dinyatakan “tidak nyaman”, atau 100 % dinyatakan “nyaman”.
(2)       Indek kenyamanan antara 70 sampai dengan 80 berarti 50 %   dapat dinyatakan “nyaman”, 50% dinyatakan “tidak nyaman” dan “sangat tidak nyaman”.
(3)       Indek kenyamanan lebih besar dari 80 berarti semua (100%) dinyatakan “idak nyaman”dan “sangat tidak nyaman”.
Perbandingan antara indek kenyamanan dan nilai kenyamanan dapat menunjukkan seberapa jauh pergeseran yang terjadi antara nyaman dan tidaknya bangunan interior  berdasarkan kenyataan yang ada dan nyaman atau tidaknya berdasar standar dari The US National Weather Services.



4.      Gairah Kerja Penghuni Interior
Kerja adalah merupakan bagian esensial dari kehidupan manusia karena aspek kehidupan yang memberikan status dan mengikat dirinya dengan masyarakat.  Apabila manusia tidak menyukai bekerja jika berada dalam bangunan interior, kesalahannya lebih mungkin terletak pada kondisi psikologis dan fisiologis serta lingkungan sosial dari pekerjaan dalam suatu ruangan, di samping pengaruh Desain Interior ataupun finishing interior. Kurangnya minat bekerja, apatis serta kemalasan disebabkan kurangnya energi, iklim yang melemahkan, diet yang tidak memadai, serta penyakit fisik dan mental. Kemalasan sering merupakan gabungan dari keletihan  dan kurangnya energi. Apabila seseorang tidak bekerja dengan bersemangat, yang pertama dan terutama, kesehatannya memerlukan perhatian. Kurang tidur dan kurang nafsu makan, akan secara serius merusak keefisienan semua orang (Parkinson, 1987).
Untuk mengetahui Kenyamanan fisiologis penghuni yang tinggal dalam bangunan interior dapat dilakukan dengan pertanyaan tentang pendapat dan sikap. Menyangkut tentang pernyataan gejala kenyaman fisiologis dari pengaruh tekanan panas suhu dan kelembaban udara yang diterima. Pernyataan ini merupakan penilaian diri yang meliputi gejala kelelahan fisik, pelemahan fisik dan motivasi yang berkaitan dengan gairah kerja penghuni bangunan interior. Pertanyaan kenyamanan fisiologis ini dapat diketahui melalui 30 butir pertanyaan indikator.
Eko-interior bukanlah tujuan dalam gairah kerja, sasaran utamanya kepuasan penghuni dalam bekerja dengan produktivitas yang lebih tinggi. Desain Interior yang ramah lingkungan menimbulkan kepuasan yang lebih besar kepada penghuni dalam bekerja untuk meningkatkan produktivitasnya. Michael Anggle dalam bukunya The Social Physchology of Work  menyimpulkan, pekerja yang bahagia bekerja lebih giat, dalam pengertian bekerja lebih cepat. Sebaliknya, bila kepuasan kerja tinggi, terjadilah penurunan angka kemangkiran yang disengaja (Parkinson, 1997).
Sumber “usaha” dalam pelaksanaan sesuatu perkejaan terdiri dari lima unsur, yakni: pikiran, tenaga, waktu, ruang dan benda (Gie, 1982). Cara bekerja efisien merupakan tanpa mengurangi  hasil kerja yang dharapkan dapat menunjukkan gairah kerja seseorang. Cara termudah bersangkutpaut dengan pikiran, cara teringan bertalian dengan tenaga; cara tercepat menyangkut waktu; cara terpendek menyangkut jarak; dan cara termurah menunjuk pada benda yang apabla dinilai menurut harganya dinyatakan dalam jumlah uang.
Gejala yang dianggap menjadi semacam satuan ukuran untuk menunjukkan tercapai atau tidaknya penghematan masing-masing sumber usaha ialah kepusingan, kelelahan, kelambatan, jarak, biaya (Gie, 1982). Besar atau kecilnya kelima gejala atau satuan ukuran itu menjadi pertanda tercapai atau tidaknya efisiensi kerja. Apabila diambil besar atau kecilnya ketiga gejala, yaitu kepusingan, kelelahan dan kelambatan adalah berkaitan erat dengan gairah kerja seseorang dalam menghuni bangunan interior. Besarnya kepusingan, kelelahan dan kelambatan berarti tidak tercapai gairah kerja dalam pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang dikerjakan dalam ruangan bangunan  hasil desain interior. Gairah kerja lebih erat berkaitan dengan cara termudah dan cara tercepat atau gabungan cara termudah dengan cara teringan dan tercepat. Berikut ini ketiga unsur gairah kerja yang sesuai untuk desain interior yang ramah lingkungan.

Tabel 2: Unsur Gairah Kerja dalam Eko Interior
No
Sumber Kerja
Ciri Perwujudan
Satuan Ukuran
1.
2.
3.
Pikiran
Tenaga
Waktu
Cara termudah
Cara teringan
Cara tercepat
Kepusingan
Kelelahan
Kelambatan
Sumber: Gie (1982) dimodifikasi untuk gairah kerja penghuni interior.
Gairah kerja menghasilkan “kegiatan” yang dilaksanakan selama menghuni ruangan dalam bangunan hasil desain interior. Kegiatan, didefinisikan sebagai apa yang dikerjakan oleh seseorang pada jarak waktu tertentu (Bachtel dan Zeisel, 1987). Lima unsur usaha dalam konsepsi efisiensi, diringkas menjadi empat konsepsi kegiatan. Kegiatan selalu mengandung empat hal pokok, yaitu pelaku, macam kegiatan, tempat dalam ruangan bangunan interior dan waktu berlangsungnya kegiatan.

5.      Suhu Udara
Suhu udara di dalam bangunan inteior dapat diukur dengan termometer ruangan yang sesuai dengan jenis dan peruntukannya.
(1)   Suhu Basah Alam, menggunakan alat ukur “Termometer Suhu Basah Alami” dalam satuan 0C;
(2)   Suhu Bola, menggunakan alat ukur “Termometer Bola” (Vernon Globe) dalam satuan  0C;
(3)   Suhu Kering dan Suhu Basah, menggunakan alat ukur “Psikrometer” dalam satuan  0C.
Dalam pelaksanaan pengukuran Suhu Basah Alami dan Suhu Bola digunakan rumus …(2), untuk mengetahui Indek Suhu Basah dan Bola (ISBB). Suhu Kering dan Suhu Basah dipergunakan bantuan Psychrometric Chart untuk mengetahui kelembaban relatif (relative humidity).



6.      Sistem dalam Eko Interior
Suatu sistem merupakan suatu rangkaian komponen-komponen yang dirancang untuk mencapai suatu obyektif tertentu sesuai dengan yang telah direncanakan (Johnson et al, 1974).
Komponen sistem mempunyai tiga bagian penting, yaitu:
a.       Suatu sistem harus mempunyai suatu maksud atau obyektif yang harus ditampilkan.
b.      Komponen sistem harus dirangkai atau disusun dalam bentuk  organisasi kegiatan tertentu.
c.       Masukan yang berupa informasi, energi dan bahan dijatahkan berdasarkan rencana operasi yang telah ditetapkan.
Ekosistem dalam eko-interior terbentuk oleh empat subsistem utama yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Keempat subsistem dalam eko-interior terdiri dari penghuni, organisasi, lingkungan dan teknologi. Penghuni interior tidak hanya menyangkut jumlahnya saja, tetapi juga aspek yang menyangkut pekerjaan, pendapatan dan pendidikan. Organisasi menyangkut struktur sosial yang mendukung penghuni untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan interior yang dihuni. Lingkungan interior merujuk pada semua gejala ekstenal penghuni interior termasuk sistem sosial. Teknologi merujuk pada artefak, alat dan teknologi yang digunakan oleh penghuni untuk meningkatkan kualitas lingkungan interior.

7.     Sistem dalam Produk Desain Interior
Sebagai input desain interior dalam proses pembuatannya meliputi bahan baku, bahan penolong, bahan pewarna, tenaga kerja, peralatan, mesin tenaga ahli atau tenaga kerja dan lain-lain.
Pilihan klasifikasi produksi karya desain  interior tergantung pada jenis bahan baku, sehingga pengelompokannya dapat dilakukan dengan mudah apakah suatu produksi karya desain  interior itu termasuk dalam kelompok industri primair, sekunder ataupun tertier. Untuk beberapa hal produk karya desain  interior primer dapat diidentifikasi sebagai industri hulu karena pada dasarnya produk karya desain  interior itu ada yang mengolah bahan baku menjadi bahan setengah jadi, seperti pengolahan keramik yang belum difinishing dengan warna atau lapisan permukaan.
                  INPUT                   PROSES                          OUTPUT               LIMBAH

  - Bahan Baku            - Industri Karya desain  interior/  -Produk Karya Utama - Nilai Ekonomis
                                      Karya Desain Primair
  - Tenaga Kerja          - Industri Karya desain  interior/  -Produk Sampingan    - Tidak  Bernilai
                                       Karya Desain Sekunder                                                          Ekonomis
  - Mesin & Peralatan  - Industri Karya desain  interior/                                      - Limbah
  - Limbah daur  ulang   Karya Desain Tertier

                                                                             -- feed back--
              Gambar 6 : Sistem  Sederhana dalam Produk Karya Desain Interior

Sebagai output produk karya desain  interior diklasifikasikan produk utama, sampingan dan limbah yang dapat diuraikan menjadi limbah bernilai ekonomis dan non-ekonomis.
Potensi sumber pencemaran dapat dilaksanakan pada input, proses maupun pada output-nya dengan melihat jenis dan spesifikasi limbah yang diproduksi. Pada bagan sistem sederhana dalam produksi karya desain  interior menggambarkan hubungan antara sub-kegiatan dengan kegiatan lain yang terdapat kemungkinan limbah diproduksi menjadi karya desain  interior yang lain.

 
















            
                 Gambar 7: Timbulnya Sisa Daur Ulang
                                     (Hufschmidt, 1988)

8.     Materi dan Energi
      Materi ialah sesuatu yang ada di suatu tempat pada suatu waktu tertentu. Perwujudannya seperti benda-benda yang ada misalkan:  tanah, lempung (clay), pasir, batu, kayu, bambu, air, udara dan sebagainya.
      Energi atau daya ialah sesuatu yang memberi kemampuan untuk menjalankan kerja. Alam semesta penuh dengan energi yang mengejawantah dalam berbagai bentuk seperti: cahaya dan radiasi panas, daya kinetik (gerak), daya potensial (posisi), daya kimia dan lain sebagainya. Energi dapat mengalami transformasi ke bentuk lain, cahaya ke panas, panas ke gerak, gerak ke listrik, dan seterusnya. Di dalam perubahan energi tersebut pada hakekatnya, tidak ada energi yang hilang meskipun tampaknya berkurang,
Daur ulang materi menurut Soemarwoto (2003) tidak terbatas pada lingkungan hidup fisik, melainkan mencakup pula lingkungan hidup hayati, bahkan juga manusia. Karena itu sebuah aspek penting dalam ekologi industri ialah untuk memandang industri sebagai komponen ekosistem sosio-biogeofisik.
Aplikasi ekologi industri bermula pada tahap rancangan (design). Dalam tahap ini direncanakan untuk sebanyak-banyaknya mengguna-ulang dan mendaur-ulang bahan sehingga terbentuk seminimal mungkin limbah yang harus diolah. Rancangan itu juga mencakup guna-ulang komponen-komponen pada akhir masa guna produk. Rancangan demikian membawa keuntungan ekonomi, karena mengurangi biaya pembelian bahan baku baru, pengolahan limbah dan pembuangan limbah ke TPA. Perusahaan beruntung, karyawan pun untung karena berkurangnya limbah, terutama limbah B3, memperbaiki lingkungan kerja para karyawan. Dengan perbaikan lingkungan kerja ini produktivitas kerja mereka naik sehingga menguntungkan perusahaan. Para konsumen pun beruntung, karena sebagian dari penghematan biaya produksi itu dinikmati oleh konsumen dalam bentuk penurunan harga produk.

9.     Eko-Efisiensi
Efisiensi berarti menggunakan sumberdaya dengan cara yang memaksimalkan kegunaannya dan meminimalkan sumberdaya yang terbuang. Karena itu dengan meningkatkan efisiensi lebih sedikit bahan dan energi diperlukan per unit produk sehingga akan menurunkan biaya produksi per unit produk yang selanjutnya akan meningkatkan potensi keuntungan. Bersamaan dengan itu jumlah limbah per unit produk berkurang sehingga akan menurunkan potensi dampak terhadap lingkungan hidup. Karena efek ganda ini, praktik itu disebut eko-efisiensi yang mengandung arti baik efisiensi ekonomi maupun efisiensi ekologi (Schmidheiny, 1992). Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi dan ekologi dapat digabung. Keduanya tidak perlu saling bertentangan, melainkan dengan usaha yang bijaksana tujuan keduanya dapat dicapai, bahkan keduanya dapat saling bersinergi.
Efisiensi adalah sebuah konsep dasar dalam ekonomi. Efisiensi berarti menggunakan sumber daya ekonomi seefektif mungkin untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang. Sumber daya yang terbuang adalah limbah. Dari segi bisnis naiknya efisiensi mengakibatkan lebih sedikit bahan dan energi yang terbuang sehingga lebih sedikit bahan dan energi yang dibutuhkan per unit produk. Dengan ini biaya produksi turun dan potensi profit naik. Dari segi lingkungan hidup berkurangnya limbah berarti menurunnya potensi dampak terhadap lingkungan hidup. Terjadilah perpaduan antara ekonomi dan ekologi dan tidak ada konflik antara keduanya. Bahkan keduanya saling memperkuat. Dengan demikian usahawan untung dan lingkungan juga untung. Masyarakat pun untung karena lingkungan hidupnya tidak tercemar dan harga barang yang dibelinya juga turun. Business Council for Sustainable Development menyebut konsep ini eko-efisiensi. Dalam konsep ini eko mempunyai arti efisiensi eko-nomi dan efisiensi eko-logi. Eko-efisiensi juga bertujuan untuk mengeliminasi atau paling sedikit meminimumkan emisi limbah B3 ke lingkungan hidup. Dengan eko-efisiensi para usahawan mendapatkan lebih banyak dari sumber daya yang lebih sedikit. Dengan modal yang lebih kecil baik kinerja lingkungan hidupnya, maupun kinerja ekonominya naik. Tidak ada dilema antara ekonomi dan ekologi. Dilema itu adalah semu belaka. Bahkan keduanya dapat bersinergi. 
Eko-efisiensi dan ekologi industri juga mengurangi intensitas materi dan energi per unit produk dan layanan (service) yang mengurangi biaya operasi para konsumen. Dari segi ekologi efek ekologi industri ialah memperpanjang daur guna (use cycle) materi sehingga mengurangi laju deplesi sumberdaya dan pencemaran lingkungan hidup (Richard dan Frosch, 1997). Pada waktu yang sama beban limbah pada lingkungan hidup berkurang.
Karena penghematan yang dapat dibuat, eko-efisiensi dan ekologi industri makin banyak diterapkan. Berkelakuan eko-efisiensi tidak hanya didasarkan pada teknologi, melainkan juga pada kebudayaan. Karena itu haruslah pula dikembangkan pendidikan budaya hidup eko-efisien.

10.  Ekologi industri
Dalam arti luas eko-efisensi berkembang menjadi ekologi industri. Sementara eko-efisiensi bergerak pada tataran teknologi, ekonomi dan lingkungan hidup fisik, konsep ekologi industri mencakup arti lebih luas, yaitu pada tataran teknologi, ekonomi serta lingkungan hidup biogeofisik dan sosial-budaya. Konsep ini menempatkan industri dalam ekosistem antropo-biogeofisik yang terdiri atas komponen masyarakat manusia dan komponen biogeofisik. Industri merupakan sebuah mata-rantai daur materi dan arus materi yang mengalir melalui ekosistem antropo-biogeofisik tersebut. Jelaslah, ekologi industri mencakup juga aspek sosial-budaya.
Ekologi industri adalah konsep yang ingin meniru alam yang tidak mengenal limbah. Limbah adalah konsep antroposentrik. Dalam alam sisa sebuah proses bukanlah limbah, melainkan merupakan bahan baku proses lain. Misalnya, dalam fotosintesis dihasilkan O2. O2 itu sebenarnya adalah limbah fotosintesis. Makhluk aerobik menggunakan O2 dalam pernafasannya dan menghasilkan CO2 sebagai hasil samping. CO2 itu adalah limbah proses pernafasan aerobik. Limbah CO2 itu merupakan bahan baku fotosintesis tumbuhan hijau. Oksigen dan CO2 mengalami daur.
Materi lain pun mengalami daur melalui rantai makanan, misalnya bangkai dimakan oleh hewan dan jasad renik pemakan bangkai. Daur juga terjadi melalui  kombinasi proses non-hayati dan hayati. Misalnya, karbon yang terikat dalam batuan kapur terlepas ke udara oleh proses kimia-fisik pelapukan batuan kapur. CO2 yang terlepas itu diikat kembali oleh organisme terumbu karang. Bersamaan dengan daur itu mengalir pula arus energi. Dalam banyak hal daur materi dan arus energi mencakup manusia, misalnya CO2 à fotosintesis tumbuhan à O2 à pernafasan manusia à CO2 à fotosintesis. Prinsip daur materi ini digunakan dalam ekologi industri, yaitu limbah sebuah industri digunakan lagi sebagai bahan baku oleh industri lain. Limbah itu didaur-ulang (recycle).
Ekologi industri malahan melangkah lebih maju, yaitu berusaha mengguna-ulang (re-use) sebanyak-banyaknya bahan dan suku cadang dalam komoditi yang telah habis masa gunanya. Proses dimulai dengan merancang produk dengan tujuan meminimumkan baik kebutuhan bahan dan energi, maupun terbentuknya limbah. Pertama, dikembangkan peningkatan efisiensi proses produksi sehingga kebutuhan materi dan energi dapat ditekan sampai seminimum mungkin. Misalnya, dengan penggunaan katalisator yang lebih baik. Kedua, limbah proses produksi dirancang untuk sebanyak-banyaknya didaur-ulang dan/atau menjadi produk samping dan/atau bahan untuk dijual kepada industri lain. Dengan demikian limbah yang tersisa (limbah residual) sangat minimal. Kadarnya dapat sampai di bawah baku mutu limbah yang ditentukan oleh peraturan pemerintah. Dalam hal ini tidak perlu dibuat instalasi pengolah limbah.
Ketiga, rancangan produk didasarkan pada Analisis Daur Hidup (ADH) atau Life Cycle Analysis (LCA). Prinsip ADH mengharuskan industri melihat ke arah hilir dan hulu. Ke arah hilir produk yang dihasilkan haruslah pula memenuhi persyaratan ramah lingkungan, misalnya bahan kemas yang minimal dan hemat energi dalam penggunaan. Dalam rancangan produk diusahakan pula agar pada akhir masa guna produk itu sebanyak mungkin komponen produk itu dapat diguna-ulang dan didaur-ulang, baik untuk digunakan dalam pabrik sendiri dan/atau dijual kepada pabrik lain. Dengan demikian produk itu menghasilkan limbah yang minimum pada waktu masa gunanya habis. Sisa produk itu tidak banyak membebani tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.
Ke arah hulu ADH mempunyai implikasi dalam pemilihan jenis masukan bahan dan energi. Pemasok (supplier) bahan dan energi dipilih yang memenuhi syarat telah berusaha ramah lingkungan dan meminimumkan arus materi dan energi. Dengan demikian eko-efisiensi dan ekologi industri mempunyai implikasi yang luas menyebar ke hilir dan ke hulu. Barangsiapa mengabaikannya akan menghadapi risiko terisolasi dan kehilangan pasar. Jelaslah makna bahwa sebuah perusahaan adalah komponen sebuah ekosistem yang terikat dalam jaring-jaring arus energi dan materi.
Arus daur materi dan arus energi difasilitasi oleh manusia yang mengelola berbagai industri dan hanya dapat berjalan baik, jika ada kerjasama yang harmonis antara industri dan masyarakat. Industri yang tidak sesuai (fit) dalam kerjasama itu akan terpinggirkan. Implikasinya ialah bahwa kelangsungan hidup industri bukan lagi survival of the fittest dalam arti kelangsungan hidup yang terkuat (fit = kuat), melainkan kelangsungan hidup yang paling sesuai (fit = sesuai, cocok). Jadi yang dapat menjaga kelangsungan hidupnya bukanlah yang mempunyai daya saing tertinggi dan dapat menyingkirkan lawannya, melainkan yang dapat menjalin kerjasama yang serasi dengan komponen-komponen lain dalam ekosistem tersebut. Dengan demikian kerjasama dengan komponen lain, meskipun yang lebih lemah, bukan merupakan tanggungjawab sosial, bukan pula belas-kasihan atau tindakan filantropik, melainkan kebutuhan untuk membangun kesesuaian dirinya di dalam ekosistemnya demi kelangsungan hidupnya. Jadi kerjasama yang serasi antara industri dengan masyarakat sekitarnya merupakan suatu conditio sine qua non. Salah satunya ialah mengintegrasikan UKM sebagai mata-rantai dalam daur materi dan arus energi ekositem antropo-biogeofisik masyarakat-industri.
Nampaklah perbedaan yang besar antara teknologi akhir-pipa dengan teknologi eko-efisiensi dan ekologi industri. Eko-efisiensi dan ekologi industri mengurangi intensitas arus materi dan energi melalui ekositem antropo-biogeofisik dan memperpanjang daur-guna (use cycle) materi. Dengan demikian, di samping mengurangi pencemaran, juga mengurangi laju deplesi sumber daya. Penurunan laju deplesi sumber daya dan pencemaran merupakan sifat pembangunan ramah lingkungan hidup. Pembangunan ramah lingkungan membutuhkan biaya yang lebih kecil, sementara kinerja ekonominya ditingkatkan. Tujuan ini dapat dicapai dengan maksimal, jika efisiensi, guna-ulang dan daur-ulang dijadikan parameter rancangan pada waktu produk dirancang. Jika dilakukan terlambat, usaha itu akan bersifat tambal-sulam, mahal dan tidak cost effective.
Implementasinya seyogyanya dimulai dengan yang mudah, yaitu yang disebut “buah tergantung rendah” (low hanging fruits). Buah tergantung rendah mudah dipetik dan dimanfaatkan tanpa memerlukan banyak biaya dan teknologi. Pertama ialah perbaikan pengelolaan rumah tangga (better house-keeping). Contohnya ialah perbaikan administrasi keluar-masuk bahan sehingga tak ada bahan yang kadaluwarsa; penyimpanan yang baik agar bahan tak rusak; penanganan bahan dengan  baik (better handling) agar tak berceceran; memperbaiki kran air yang bocor; mematikan lampu dalam ruangan yang tak digunakan; mengatur AC agar tak terlalu dingin dan mematikannya di ruangan yang tidak digunakan. Contoh lain ialah melakukan audit air, kertas dan energi dan menggunakan hasilnya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air, kertas dan energi di dalam kantor, operasi pabrik dan transpor. Misalnya, menggunakan kertas di kedua belah sisinya, mengguna-ulang kertas untuk pembuatan konsep dan mengguna-ulang amplop untuk korespondensi intern; menampung air hujan dengan talang dan menyimpannya dalam bak untuk memenuhi keperluan sehari-hari, seperti di kamar mandi dan menyiram taman. Memang efek individual masing-masing usaha adalah kecil, namun pepatah mengatakan sedikit-sedikit menjadi bukit. Pengelolaan rumah tangga yang baik juga akan meningkatkan kenikmatan lingkungan hidup tempat kerja. Efek selanjutnya ialah meningkatkan kinerja para karyawan.
Contoh yang membutuhkan investasi kecil ialah penanaman pohon di halaman yang akan mengurangi kesilauan dan menurunkan suhu karena efek peneduhan dan evapotranspirasi. Investasi yang agak tinggi dapat digunakan untuk memasang alat fotovoltaik sebagai pembangkit listrik di atap gedung-gedung. Di tempat yang banyak anginnya dapat dibangun kincir angin untuk keperluan yang sama. Sumber energi fotovoltaik dan angin bersifat terperbarukan dan disediakan dengan gratis oleh alam. Biaya operasinya hanyalah perawatan alat-alat itu. Jelaslah, banyak sekali kesempatan untuk mengimplementasikan ISO-14001 tanpa harus menggunakan modal besar.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimum semua karyawan seyogyanya mengetahui dan menyadari arti ISO 14001. ISO 14001 memang sangat mementingkan komunikasi, pendidikan dan latihan sehingga masing-masing karyawan mengetahui peranan apa yang harus dilakukannya untuk mensuksekan ISO 14001.       


11.      ISO 14000 dan Protokol Kyoto
Protokol Kyoto ialah persetujuan internasional untuk implementasi Kerangka Konvensi Perubahan Iklim (Framework Convetnion on Climate Change) yang didisetujui di KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brasil, dalam tahun 1992. Salah satu butir Protokol Kyoto ialah Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) atau Clean Development Mechanism (CDM). MPB mengatur perdagangan reduksi gas rumah kaca (GRK). Dalam rangka MPB sebuah negara atau sebuah badan yang mereduksi emisi GRK-nya dapat mendapatkan sertifikat untuk reduksi emisinya itu. Reduksi Emisi berSertifikat (RES) atau Certified Emission Reduction (CER) dapat diperdagangkan di pasar global. Dengan demikian perusahaan yang memiliki sertifikat ISO 14001 dapat mendapatkan RES dari reduksi emisi GRK sebagai akibat penggunaan teknologi eko-efisiensi dan ekologi industri. Ini merupakan tambahan manfaat pelaksanaan ISO 14001 dengan baik.

12.      Kendala
Uraian di atas menunjukkan bahwa dengan menerapkan pembukuan lingkungan hidup beserta eko-efisiensi dan ekologi industri dapat sekaligus dicapai peningkatan kinerja ekonomi dan kinerja ekologi. Kendalanya ialah masih berlakunya banyak peraturan pemerintah yang kaku yang tidak memberi kebebasan kepada para usahawan untuk memilih teknologi yang cost effective. Dengan demikian dapat terjadi bahwa sebuah industri masih harus membangun sebuah IPAL, misalnya, meskipun IPAL itu sebenarnya tidak diperlukan karena teknologi yang digunakan telah meminimalkan limbah sampai di bawah baku mutu limbah. Dengan demikian ISO 14000 hanya dapat memacu pertumbuhan dan pengembangan industri, jika pemerintah bersedia untuk memasukkan lebih banyak unsur ADS ke dalam kebijakan pengelolaan lingkungan hidup.
Pada lain pihak diperlukan adanya perasaan tanggungjawab yang lebih besar pada pihak industri untuk dapat mengawasi diri-sendiri. Mekanisme pengawasan diri-sendiri yang efektif perlu dikembangkan, antara lain, oleh asosiasi yang dapat dipercaya (credible). Asosiasi itu perlu mengembangkan kode praktik pengelolaan lingkungan hidup sukarela. Sebuah contoh ialah Responsible Care seperti telah disebut di atas.
Masyarakat pun perlu mengembangkan kemampuannya untuk ikut melakukan pengawasan secara konstruktif. Sikap konstruktif ini dapat lebih mudah berkembang, jika masyarakat menjadi bagian integral ekosistem antropo-biogeofisik sehingga mendapatkan bagian yang wajar dan adil dari manfaat industri dan bukannya hanya risikonya saja. Dengan pembagian manfaat dan risiko yang adil, masyarakat bahkan akan ikut menjaga kelangsungan hidup industri karena ini adalah juga untuk kepentingannya sendiri.
Peranserta masyarakat dalam pengawasan, terutama para cendekiawan dan LSM, dapat berjalan lebih baik, apabila ada peraturan pemerintah yang mengharuskan dapat diaksesnya data pemantauan lingkungan hidup oleh publik, yaitu apa yang disebut right to know. Walaupun tersedianya data pemantauan itu dapat digunakan oleh pihak tertentu untuk memukul industri, namun keuntungannya ialah bahwa kritik dapat berpindah dari opini yang tidak didasarkan pada data ilmiah ke diskusi yang ilmiah. Manakala ada pihak yang tidak setuju dengan data tertentu, haruslah ia menyajikan data alternatifnya yang sudah barang tentu harus memenuhi kriteria teknis-ilmiah. Kritik itu menjadi masukan penting bagi industri.

13.          Era Baru Eco Interior
ISO 14000 mengantar kita ke era baru pengelolaan lingkungan hidup, yaitu Atur-Diri-Sendiri. ADS dengan instrumen administrasi finansial berupa pembukuan lingkungan hidup serta instrumen teknologi eko-efisiensi dan ekologi industri menginternalkan pengelolaan lingkungan hidup ke dalam pengelolaan bisnis. Hasilnya ialah hilangnya konflik antara ekonomi dan ekologi, bahkan terjadi sinergi antara keduanya. Terjadilah peningkatan baik kinerja ekonomi maupun kinerja ekologi. Karena ekologi industri juga mencakup aspek sosial-budaya, kinerja sosial-budaya industri pun meningkat. Tercapailah apa yang disebut the triple bottomline is black, yaitu menguntungkan, bukannya red yang merupakan simbol warna rugi. Untuk mencapai tujuan ini seyogyanya ISO 14001 diukuti oleh penerapan ISO 14031. Bonus potensialnya ialah mendapatkan RES yang dapat dijual di pasar global berdasarkan Protokol Kyoto. Sayangnya, banyak usahawan yang menganggap ISO 14001 hanya sebagai sarana untuk meningkatkan citra lingkungan hidupnya sehingga manfaat ISO 14001 tidak terwujud. Investasi untuk mendapatkan sertifikat ISO 14001 menjadi mubazir.
Pada pihak pemerintah seyogyanya ISO 14000 ditanggapi dengan tindakan deregulasi dalam pengelolaan lingkungan hidup. Dengan deregulasi itu dunia bisnis dapat memanfaatkan ISO 14000 semaksimum mungkin untuk mempertinggi daya saing kita dalam perdagangan global. Dengan demikian dunia bisnis dapat melakukan peranannya dengan lebih baik untuk memutar kembali roda ekonomi kita dengan sekaligus meningkatkan kinerja lingkungan hidupnya.


14.    Hukum Termodinamika
      Hukum termodinamika membicarakan bermacam ketentuan hukum alam menjadi sangat penting karena memuat pengertian bagaimana mahluk hidup dan ekosistem berfungsi di lingkungan. Hukum termodinamika membicarakan tentang energi yang dikelompokkan menjadi 2 kategori:
a.       Energi Kinetik atau energi aktif, yaitu energi yang bergerak atau menimbulkan aksi seperti: matahari, radiasi, panas, gerakan putaran roda kincir, listrik.
b.      Energi potensial atau energi berkapasitas, contoh air terjun penggerak turbin listrik, energi kimia di dalam baterai dan bahan bakar fosil, bahan peledak, kayu bakar.
      Hukum alam tertinggi menyatakan bahwa, energi itu tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi hanya dapat dirubah dari satu bentuk ke bentuk lain. Pertambahan entropy dalam alam semesta menunjukkan ke arah mana waktu mengalir. Bertambah kekacauan berkat dengan adanya waktu kemudian.
      Ketika pabrik membuat barang, tampaknya hokum kedua tadi dilanggar, tetapi kekacauan baru yang ditimbulkan di tempat lain selalu lebih besar dari pada ketertiban baru yang tercipta. Sebagai akibat menambang bahan mentah dan pembangkit energi untuk menghasilkan barang, dan seterusnya.

15.  Hukum Termodinamika I
      Membicarakan kekekalan energi atau konservasi energi (The law of energy conservation) dinyatakan “energi yang berasal dari energi sinar matahari itu sesampai di bumi tidak pernah habis dipakai, yang terjadi adalah perubahan energi sinar surya menjadi bentuk energi lain.
      Energi hanya pindah tempat, tidak dapat dirusak atau diperbaharui (Hukum Kekelan Energi)

16.  Hukum Termodinamika II
      Setiap pemakaian suatu bentuk atau unit energi tidak pernah tercapai efisiensi 100%. Dalam suatu proses tertentu perubahan satu bentuk energi menjadi energi lain selalu menghasilkan sisa yang tidak terpakai pada proses itu.
      Sisa energi yang tidak terpakai itu disebut Entropi (The law of energy entropy). Karena entropi itu tidak terpakai pada suatu proses, sisa yang terbuang tersebut disebut limbah. Pada umumnya kegiatan poduksi karya desain  interior menghasilkan limbah. Limbah yang tidak bermanfaat dibuang, limbah yang masih dapat dimanfaatkan lagi di daur ulang sebagai bahan baku produk karya desain  interior. Pandangan ini disebut suistanable atau berkelanjutan.
      Sampah adalah sisa energi yang tidak terpakai pada suatu proses perubahan pemakaian suatu bentuk energi lainnya. Jadi sampah masih mengandung energi, atau daya guna untuk proses (karya desain  interior) lainnya.
      Pencemaran selalu terjadi dan tidak dapat dihindari  karena adanya entropi.
      Pencemaran dapat diperkecil karena sesungguhnya entropi itu adalah sumber energi bagi proses lain.

17.    Analisa Siklus Kehidupan (Life Cycle Chart).
      Produk dan material yang digunakan dari sumber daya alam disebut “hijau” karena tidak memberi kontribusi dalam polusi udara. Artinya, tidak ada  material  yang berkompromi terhadap kesehatan dan pada saat yang sama dalam proses produksi bermanfaat dan dijual karena hanya berpengaruh kecil terhadap kerusakan lingkungan secara umum. Alat yang sangat menolong untuk mengevaluasi  dampak dari produk dan material dalam lingkungan yang global adalah Analisa Siklus Kehidupan (Life Cycle Chart).
      Proses berkarya desain interior dimulai dengan merancang produk dengan tujuan meminimumkan kebutuhan bahan dan energi, maupun terbentuknya limbah. Dikembangkan peningkatan efisiensi proses berkarya sehingga kebutuhan materi dan energi dapat ditekan sampai seminimum mungkin. Limbah proses berkarya dirancang untuk sebanyak-banyaknya didaur ulang atau menjadi produk samping bahkan dapat dipergunakan untuk karya lain. Rancangan produk didasarkan pada Analisis Daur Hidup (Life Cycle Analysis) yang bertujuan untuk meminimalkan arus materi dan energi dalam berkarya.

  Transportation              Gambar 3: Life Cycle Chart
                                (Sumber: Pilatowicz,1954)

Prinsip Analisis Daur Hidup mengharuskan dalam berkarya desain melihat ke arah hilir dan hulu. Ke arah hilir karya yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan ramah lingkungan, misalnya bahan kemas (packaging) yang minimal dan hemat energi dalam penggunaannya. 
Dalam rancangan produksi karya diusahakan agar pada akhir masa guna produk itu sebanyak mungkin komponen produk dapat didaur-guna dan didaur-ulang. Dengan demikian produk karya desain interior menghasilkan buangan atau limbah yang minimum pada waktu masa gunanya habis. Di samping itu desain juga merancang produk yang mempunyai masa guna yang panjang. Desainer dapat menjadi alat dalam menciptakan pasar yang cukup untuk produk aman lingkungan. dapat meyakinkan klien bahwa desain yang sensitif secara lingkungan akan memperbaiki kualitas hunian dari kehidupan, kenyamanan, dan produktivitas, serta juga menghemat biaya operasi.  Sepintas dalam proses berkarya ini akan mengurangi volume tawar terhadap hasil karya. Tetapi dengan konsumen yang makin sadar terhadap lingkungan, produk yang mempunyai masa guna yang panjang akan semakin disukai oleh konsumen.
Ke arah hulu proses berkarya mempunyai implikasi dalam pemilihan jenis masukan bahan dan energi. Pemasok bahan dan energi dipilih yang memenuhi syarat telah berusaha ramah lingkungan dan meminimumkan arus materi dan energi. Dengan demikian eko efisiensi dan eko produksi Desain Interior mempunyai implikasi yang luas menyebar ke hilir dan ke hulu. Diharapkan dengan eko-efisiensi para desain  interior mendapatkan lebih banyak dari sumber daya yang lebih sedikit.
Konsep sinergis ekologi berkarya desain  interior pada tataran teknologi, ekonomi serta lingkungan hidup fisik dan sosial budaya. Implikasi konsep ini ialah kelangsungan hidup produksi Desain Interior bukan lagi pada survival of the fittest  dalam arti kelangsungan hidup yang terkuat (fit=kuat), melainkan kelangsungan hidup yang paling sesuai (fit=sesuai, cocok). Dalam konteks ini, yang dapat menjaga kelangsungan hidupnya bukanlah yang mempunyai daya saing tertinggi dan menyingkirkan lawannya, melainkan yang dapat menjalin kerjasama yang serasi dengan komponen-komponen lain dalam ekosistemnya.
Teknologi preventif yang cost effective dengan memperkecil limbah pada sumbernya, adalah salah satu pendorong untuk berlaku ramah lingkungan hidup dalam desain interior. Teknologi itu umumnya berdasarkan eko-efisiensi sehingga teknologi ini harus mendapat rangsangan untuk berkembang pada setiap proses desain interior.
Jelaslah makna bahwa desain  interior adalah komponen sebuah ekosistem yang terikat dalam jaring-jaring arus energi dan materi. Arus daur materi dan arus materi difasilitasi oleh manusia yang berkarya desain interior serta hanya dapat berjalan baik, jika ada kerjasama antara desain  interior yang saling ketergantungan secara sinergis.

140
120
100
80
60
40
20
                      0
         Wood      Brick    Concrete  Plastic      Glass        Steel     Aluminium   
      
Gambar 4:
Embodied energy in various materials in relation to wood’s
639 kilowatt-hours per ton
( Source: Ramsey and Sleeper, 1993 diambil dari  Pilatowicz,1954)

18.    Sumberdaya sebagai In-Put    
        “Sumberdaya” adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri dari sumberdaya manusia, sumberdaya alam hayati, sumberdaya alam non-hayati dan sumberdaya buatan. Konservasi sumberdaya alam adalah pengelolaan sumberdaya alam yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan bagi sumberdaya terbaharui menjamin kesinambungan persediaan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.
        Akal budi, akal pikiran dan ajaran agama sebagai sumberdaya perlu berada dalam keseimbangan yang baik agar menjadi modal pokok bagi pengelolaan lingkungan hidup yang makin baik dan makin sehat.
        Menurut Cutter (1965) sumberdaya adalah sesuatu benda yang memiliki manfaat. Sedangkan sumberdaya alam adalah benda atau barang yang terbentuknya dari proses atau sistem alam dan keberadaannya terlepas dari kegiatan manusia.
        Sumberdaya dapat dibagi antara lain manusia dengan segala sifat dan perilakunya, mineral, tumbuhan, hewan, mikroba dan ilmu pengetahuan serta teknologi yang dikembangkan oleh manusia. Berbeda dengan sumberdaya lainnya, maka sumberdaya manusia merupakan sumberdaya yang memiliki dimensi dan gatar yang paling unik. Manusia sebagai sumberdaya dapat berperan dalam mengelola lingkungan sekaligus merupakan pihak yang akan terkena akibat dari tindakan pengelolaan tersebut. Sehingga kedudukan manusia dalam sistem sumberdaya sangat penting.
        Sementara itu Katili (1979) menyebutkan bahwa sumberdaya merupakan faktor produksi yang dimobilisasi dalam suatu proses produksi atau lebih umum dalam suatu aktivitas ekonomi. Sumberdaya sebagai faktor produksi dapat diberikan contoh dalam produksi karya desain  interior dan produksi karya desain ialah produksi furniture, produksi kerajinan keramik, produksi kriya kayu (ukiran kayu), produksi kriya kayu maupun yang dimodifikasi dengan logam atau kulit, produksi patung dan aksesoris secara massal, produksi karya grafis secara massal, produksi desain komunikasi visual berupa poster, baliho, packaging produksi bingkai karya lukis dan sebagainya. Di samping itu terdapat sumberdaya alam hayati misalnya tumbuhan dan hewan yang dimanfaatkan pada kegiatan pengusahaan hutan.

Tabel 1 : Sumberdaya Lingkungan
Golongan
Macam
Sifat

Fisik
(Abiotik)
a.   Udara
b.   Air
c.   Tanah; Ruang
d.   Mineral

- Hampir tak terbatas; dapat didaur ulang
- Terbatas; dapat didaur ulang
- Sangat terbatas; tak dapat didaur ulang
- Terbatas, dapat didaur ulang; ada yang berbahaya bagi manusia


Hayati
(Biotik)

   e. Tumbuhan;
       Vegetasi
f.     Hewan termasuk
    manusia
g.  Jasad perombak
Mineral
- dapat terbatas; dapat diperbaharui;  dapat punah; ada yang berbahaya bagi manusia
- dapat terbatas; dapat diperbaharui
- dapat punah; ada yang berbahaya bagi manusia
- dapat terbatas; dapat diperbaharui; dapat punah; ada yang berbahaya bagi manusia




Sosial-Budaya
(Culture)

h. Ilmu     pengetahuan
     teknologi
i.  Tenaga kerja
j.    Nilai sosial
     Budaya,
     Karya desain     
     interior
k.  Akal budi,
     akal pikiran
l.   Agama,
    Kepercayaan
Mineral
- terbatas; dapat berkembang
  terbatas; dapat disalahgunakan manusia
- terbatas, dapat berkembang
- tak terukur; dapat berkembang
- sangat menentukan motivasi; dapat berkembang




- spiritual; dapat berperan menentukan
        Sumber: Suryani (1985) dimodifikasi.

19.    Pembangunan Berkelanjutan
Menurut Komisi Sedunia Lingkungan Hidup dan Pembangunan (WCED) pembangunan berkelanjutan ialah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan kita sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk mencapai tujuan ini disyaratkan pertama, meningkatkan potensi produksi dengan cara yang ramah lingkungan hidup dan kedua, menjamin terciptanya kesempatan yang merata dan adil bagi semua orang. Syarat kedua pada hakekatnya ialah ramah lingkungan hidup sosial-ekonomi budaya. Dengan pembanguna berkelanjutan kualitas lingkungan hidup biofisik dan sosial-ekonomi budaya akan ditingkatkan.
Namun pembanguna berkelanjutan berjalan dengan tersendat-sendat. Salah satu sebab utamanya ialah tidak adanya tolok ukur untuk PB. Berbeda dengan pembangunan ekonomi yang dengan jelas dapat diukur dengan GNP. Karena hanya yang dapat diukurlah yang dilaksanakan, pembangunan ekonomi telah  dilaksanakan dengan gencar. Tetapi karena PB tidak dapat diukur, pembanguna berkelanjutan hanya bersifat retorik dan sloganisme belaka. Karena itu harus dicari jalan agar pembanguna berkelanjutan dapat diukur secara kuantitatif.

20.            Sumber Daya Energi
Definisi energi sebagai kemampuan untuk dapat menjadikan segala sesuatu, tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Pada Interior rumah penggunaan energi untuk memasak, menyediakan cahaya serta panas di dalam rumah. Energi itu biasanya diperoleh dari api dengan cara membakar kayu (wood), minyak atau lilin. Batu bara (brick) mulai  digunakan, kemudian pembangkit listrik dapat untuk berbagai keperluan selain penerangan. Sebaiknya eko-efisiensi dimulai dengan memperbaiki pengelolaan rumah tangga (house keeping) yang terdiri atas kegiatan yang mudah dilakukan dan tidak memerlukan banyak biaya.
Konsep eko-efisiensi telah diperluas menjadi ekologi industri. Konsep ini pada prinsipnya ingin meniru alam. Dalam alam limbah sebuah proses digunakan sebagai bahan baku untuk proses lain.
a.      Energi Pengganti
Peruntukan energi untuk berbagai keperluan, namun sebenarnya banyak masalah yang ditimbulkan oleh penggunaan bahan bakar fosil dengan jumlah sebanyak yang digunakan dewasa ini. Masalah energi ini dapat diatasi dengan dua cara: Pertama, orang dapat lebih menghemat pasok bahan bakar fosil dengan mempunyai keborosan. Kedua, orang dapat memanfaatkan energi yang berasal dari sumber pengganti. Salah satu  pengganti bahan fosil adalah energi nuklir, tetapi penggunaannya masih menimbulkan masalah tersendiri. Energi surya, energi hidroelektrik, energi geothermal adalah contoh sumber energi yang dapat diperbarui, atau tidak dapat habis, berbeda dengan bahan bakar fosil yang persediaannya semakin menipis.
Bank Dunia (1994) melaporkan berdasar hasil sebuah sigi sekitar 70 berjenis industri di Indonesia bahwa tanpa biaya tambahan energi dapat dihemat dengan 8% dan dengan investasi yang ringan penghematan energi dapat ditambah dengan 15% sehingga penghematan total mencapai 23%. Penghematan ini ekivalen dengan 2,5 juta barrel-oil-equivalent BBM. Dengan teknologi yang lebih canggih dapat dicapai penghematan yang lebih besar, sudah barang tentu dengan biaya yang lebih tinggi. Eko-efisiensi mempunyai potensi untuk menurunkan biaya produksi dan bersamaan dengan itu juga menurunkan pencemaran.
Alternatif yang logis ialah dengan membangkitkan energi dari biomasa, air, matahari dan angin. Dengan menggunakan sumber energi ini dapat dihasilkan energi dari sumber setempat untuk desa-desa, bahkan untuk sebuah rumah secara individual, sehingga tidak tergantung dari sistem grid PLN. Dengan cara ini juga tidak banyak energi yang terbuang pada waktu distribusinya. Majalah Economist (2000) menyebutnya sebagai revolusi energi mikro.
Dengan adanya ancaman pemanasan global, energi terperbarukan sering disebut “energi hijau“, karena tidak menambah emisi gas rumah kaca (GRK) CO2. Dengan demikian pengembangan energi terperbarukan mempunyai potensi besar untuk menarik dana melalui Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) dalam kerangka Protokol Kyoto dan sumber dana lain. Dana yang didapatkan dari MPB dapat dinikmati oleh penduduk yang membangkitkan energi terperbarukan. Dengan demikian penduduk mendapatkan insentif ekonomi, yaitu dari pendapatan kunjungan wisata atau usaha lain dan dari dana MPB, untuk membangkitkan dan memelihara instalasi energi terperbarukan itu. Instalasi energi terperbarukan itu merupakan investasi untuk usahanya, bukan untuk keperluan konsumtif belaka.

b.      Mini mikro-hidro energi
Energi terbarukan air potensi dikembangkan di daerah berkontur dengan kemiringan lahan, untuk memutar generator pembangkit listrik. Mini mikro-hidro listrik sangat potensial untuk digunakan pada skala rumah tangga, misalnya untuk energi pada interior dan industri kecil rumah tangga.
Dengan memperhatikan geohidrologi dan sosial ekonomi masyarakat, maka para Desainer Interior dapat bekerja-sama dengan ahli elektrikal dan mekanikal untuk mengembangkan mini mikro-hidro yang ramah lingkungan, disamping dapat mendukung pengembangan wisata energi, agro dan industri kecil di suatu kawasan.
Pembangkit listrik mini mikro-hidro dapat digerakkan oleh derasnya air irigasi. Perhitungan sederhana dapat dilakukan seandainya panjang saluran irigasi sepanjang 56,6 m yang turun dengan kemiringan 120, terjunan air (head) 11, 5 m dengan debit rata-rata 6 m3/detik, maka dapat diperoleh daya sebesar 1000 x 6 x 9,8 x 11,5 = 676.200 Watt atau 676,2 kW.
Apabila efisiensi keseluruhan dari bangunan air hingga pembangkit = 50%, maka daya listik yang dihasilkan dapat mencapai 338 kW.
Lebih pendek saluran irigasi, tetapi mempunyai kemiringan yang terjal, maka dapat dilakukan perhitungan terjunan air (head) 3m debit air rata-rata 3 m3/detik, maka diperoleh daya 1000 x 2 x 9,8 x 3 = 58.800 Watt atau 58,8 kW. Tetapi apabila efisiensi keseluruhan dari bangunan air hingga pembangkit 50% , maka daya listrik yang dihasilkan 29,4 kW.
Tenaga listik yang bersumber dari pemabngkit listrik tenaga mini mikro-hidro dapat bermanfaat bagi pemenuhan keperluan listrik bagi masayarakat di suatu kawasan bahkan samapi tingkat wilayah  kecamatan. Selian dapat dipergunakan untuk enrgi listrik pada bangunan interior, dapat untuk pengembangan industri kecil seperti kerajinan, makanan atau industi pengolahan hasil-hasil pertanian dan perkebunan, juga dapat membantu pengembangan peternakan sapi serta peternakan unggas.

c.       Energi Angin
Sejak krisis minyak pada permulaan tahun 1970-an tumbuhlah perhatian penggunaan energi angin untuk menggantikan BBM. Sejak tahun 1980-an penelitian dan pengembangan energi angin mendapat dorongan baru dengan adanya isu pemanasan global.
Dewasa ini pengetahuan tentang pembangkitan listrik dari energi angin mengalami kemajuan yang pesat. Kincir angin untuk pembangkitan listrik telah dibangun dalam skala kecil dan besar.
Angin di Indonesia lebih lemah daripada di wilayah iklim sedang, misalnya Belanda dan Inggris, penelitian khusus harus dilakukan untuk merancang kincir angin yang efektif dalam kondisi kecepatan angin yang rendah.
Modal yang diperlukan untuk pemanfaatan energi angin ialah pertama-tama untuk konstruksi menara dan kincir anginnya. Pada tahap operasional tdak diperlukan modal untuk bahan bakar, karena angin disediakan oleh alam secara gratis. Modal hanya diperlukan untuk pemeliharaan. Karena “bahan bakar”nya berupa angin yang disediakan oleh alam, kincir angin pada operasinya tidak menimbulkan pencemaran udara. Tetapi ada pencemaran kebisingan sehingga harus dibangun agak jauh dari areal pemukiman. Kehati-hatian juga perlu diambil agar kincir angin tidak mengganggu satwa liar, misalnya migrasi burung.
Pemanfaatan energi angin akan menciptakan lapangan kerja, mulai dari litbang kincir angin, pembangunan dan pemeliharaan kincir angin, sampai pada lapangan pekerjaan yang ditimbulkan dari pemanfaatannya.
d.      Energi Surya
Pembangkit listrik tenaga surya berasal dari energi cahaya matahari yang prinsipnya merupakan energi listrik yang dihasilkan dari perubahan cahaya matahari dalam bentuk gelombang elektro magnetik oleh sel-sel matahari dalam bentuk Sistem Listrik Surya yang terbuat dari bahan semi konduktor yaitu silikon enjadi energi listrik.
Prinsip kerjanya energi surya yaitu, sebuah sel surya terdiri atas sejumlah lapisan silisium yang terbagi atas dua lapisan. Lapisan atas penuh dengan elektron dan lapisan bawah miskin elektron. Ketika sinar Matahari mengenai lapisan sel, elektron di lapisan atas akan berpindah ke bawah, sehingga timbullah muatan positif dan negatif. Dari situ mengalirlah arus listrik.
Penelitian energi surya juga terdorong oleh krisis minyak pada tahun 1970-an dan isu pemanasan global. Energi surya dapat digunakan untuk mengeringkan hasil produksi pertanian dan perikanan, pemanasan air, memasak dan membangkitkan listrik. Seperti halnya dengan energi angin, biaya diperlukan pada tahap konstrulksi dan untuk pemeliharaan. “bahan bakarnya”-nya, yaitu cahaya matahari, diberikan gratis oleh alam.   Energi surya tidak menimbulkan pencemaran udara maupun pencemaran kebisingan.
Teknologi pemanfaatan energi surya untuk memasak, mengeringkan hasil pertanian dan pemanasan air sederhana sehingga dapat dilakukan oleh tenaga lokal dengan latihan yang tidak berat. Produksi, perdagangan dan pelayanan alat-alat ini akan menciptakan kesempatan kerja baru.
Pengetahuan mengenai photovoltaik (PV), yaitu alat pembangkit listrik dari cahaya matahari, juga berkembang pesat dan lisrik yang dihasilkan telah dapat bersaing dengan listrik konvensional. PV dapat digunakan untuk memasok listrik di perumahan di kota  ataupun untuk melayani daerah yang terisolir.
Selain membangkitkan listrik untuk penerangan, listrik juga dapat digunakan untuk kulkas untuk menyimpan makanan dan menyajikan minuman dingin. Dengan adanya kulkas, risiko penyakit infeksi dari makanan basi dapat dikurangi. Kulkas berguna juga untuk menyimpan vaksin dan obat tertentu di puskesmas desa. Energi surya juga dapat digunakan untuk menyediakan layanan air panas untuk mandi . Pemanas air surya dan listrik untuk kulkas meningkatkan layanan pada Lingkungan interior dengan menyediakan air panas untuk mandi dan minuman dingin.
Energi Surya dapat untuk pendingin dan pemanas ruangan interior. Semakin cerah Matahari, semakin dingin temperatur dalam sebuah ruangan. Kejadian seperti itu bisa dialami mereka yang berkantor di Freiburg, barat daya Jerman. Di sinilah AC pertama Jerman yang bekerja berdasarkan sinar Matahari. Udara luar yang lembab dan panas diserap dan dikeringkan dengan unsur silikat-granulat yang mengikat air. Udara ini kemudian "didinginkan", yang kemudian dihembuskan ke dalam luar ruangan. Digunakan silikat-granulat, karena unsur ini mengeluarkan panas bila dilembabkan.
Peran sinar Matahari mengeringkan silikat-granulat yang kuyup oleh air, serta mempersiapkan siklus dingin berikutnya. "AC bertenaga surya memiliki potensi ekonomi yang besar," kata Carsten Hindenburg dari Frauenhofer-Institut. Kala musim panas, gedung berkaca besar di Freiburg tentunya membutuhkan energi yang besar untuk mendinginkan ruangan di dalamnya.
Selain mendinginkan, tentunya bisa pula memanaskan ruangan. Ketika musim dingin, peran pemanas sangat vital. Sayang, sinar Matahari di musim dingin tak segalak musim panas. Tapi berkat silikat-granulat itu, persoalan sebuah tanki hampa udara. Di musim dingin, sinar Matahari yang lemah cukup untuk menguapkan air di tanki hampa udara dalam suhu rendah. Bila uap itu mengenai unsur kering silikat-granulat, panas ini akan dilepaskan dan memanaskan air di alat pemanas.
Loteng bervolume 12 m3 dan bidang pengumpul sinar Matahari berukuran 35 m2 cukup untuk sebuah rumah menengah.
Berbicara soal pengaturan suhu ruangan, Cina sedang mengupayakan cara lain. Sejumlah peneliti di Universitas Tongji, Shanghai, mengembangkan warna yang peka terhadap panas. Rumah-rumah di musim panas akan menjadi sejuk dan di musim dingin akan menjadi hangat. Kuncinya ada pada cat rumah yang mengandung pigmen lakton ungu kristal.
Pada suhu di bawah 20oC, pigmen itu akan berwarna gelap dan menyerap sinar Matahari, sehingga ruangan menjadi hangat karena temperatur bisa naik sampai 4oC. Sebaliknya, pada suhu di atas 20oC pigmen itu menjadi cerah dan secara otomatis membiaskan sinar Matahari. Udara akan menjadi sejuk, karena temperatur bisa turun hingga 8oC.
Sayangnya, warna ajaib tidaklah awet. Hanya bertahan empat tahun, dan kemudian dinding perlu dicat lagi. Tapi, setidaknya membuktikan bahwa sinar Matahari bisa diberdayakan, tidak sekadar sebagai penerang kala siang hari saja.

e.           Energi Gelombang Laut
Penelitian yang aktif di dunia internasional telah menghasilkan kemampuan untuk memanfaatkan gelombang dan arus laut untuk pembangkitan listrik. Akan tetapi untuk masa kini listrik dari energi gelombang dan arus laut belum dapat bersaing dengan listrik konvensional. Mungkin baru untuk masa jangka menengah, katakanlah 10-15 tahun lagi. Yang menarik ialah jika energi gelombang dan arus laut dapat dimanfaatkan dengan biaya yang dapat bersaing dengan energi konvensional.
Salah satu temuan teknologi sederhana hak patennya Zamrisyaf seorang lulusan STM di Padang telah dapat dikembangkan pembangkit listrik tenaga gelombang laut dengan sistem bandulan, yang tidak memerlukan bahan bakar minyak (BBM) dengan ketersediaan energi primer gelombang laut. Sistem bandulan yang digerakkan gelombang laut ini memliki banyak keunggulan, yakni praktis dan efisien, tidak memerlukan lahan khusus, mudah dioperasikan, akrab lingkungan karena tidak menghasilkan limbah, cocok untuk daerah kepulauan, portable, kapasitas daya menjanjikan, dan juga investasi bersaing. Ide sistem bandulan untuk energi yang digerakkan oleh gelombang laut dari kapal besar yang diombang-ambingkan oleh gelombang laut, sehingga adanya energi yang luar biasa yang dapat diubah menjadi energi kinetik. Perangkatnya dipasang di atas perahu ponton yang dipasang tiang besi tempat bandulan dengan rantai ke roda transmisi, dirangkai dengan kabel ke satu atau dua roda bergerigi, untuk selanjutnya dihubungkan ke dinamo yang akan memproduksi listrik. Perangkat ini dapat ditaruh di bibir pantai yang gelombangnya tidak begitu besar, mampu menghasilkan daya listrik sekitar 3 kilowatt dapat menerangi 20 rumah.

f.       Gas Kepingan Kayu (Biomasa)
Biomasa adalah nama tumbuhan yang energinya dimanfaatkan oleh manusia. Misalnya kayu (wood) yang digerakkan untuk menghidupkan sebagai biomassa. Kepingan kayu dimasukkan dalam tangki tempat akan diproduksi gas. Gas  ini dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk mengeluarkan energinya. Kayu dapat digunakan sebagai bahan bakar, tetapi gas lebih mudah diangkat daripada kayu. Semua energi yang tersimpan dalam kepingan kayu berasal dari matahari dan disimpan melalui fotosintesis.
Biomasa adalah sumber energi yang paling banyak digunakan di Indonesia. Tidak kurang dari 38% dari jumlah energi yang dikonsumsi berasal dari biomasa (FAO). Di desa-desa lebih dari 90% rumah tangga menggunakan biomasa untuk memasak dan di kota 35% (BPS, 1992). Biomasa terutama digunakan untuk memasak dan untuk industri rumah tangga. Banyak energi yang terbuang, karena banyak dapur tidak mempunyai ventilasi yang baik, pencemaran udara di dapur dapat mencapai tingkat yang tinggi. Yang menjadi korban ialah para wanita yang memasak dan balita mereka yang mengikuti mereka di dalam dapur yang menyesakkan nafas (Atistiani, 1997). Asap yang berasal dari pembakaran biomasa mengandung banyak bahan beracun yang dapat menyebabkan penyakit ISPA kronis, serangan jantung dan kanker, terutama paru-paru dan nasopharynx, dan bayi yang lahir prematur (Panday, 1997). Risiko dapat dikurangi dengan penggunaan ventilasi yang baik dalam dapur dan menggunakan tungku masak yang disempurnakan yang hemat energi dan menghasilkan sedikit asap. Teknologi tungku demikian sudah tersedia. Keuntungannya ialah efisiensinya tinggi sehingga daapt menghemat bahan bakar dan asapnya sedikit sehingga pecemaran dalam dapur menurun.
Penggunaan bahan bakar biomasa per unit energi menciptakan 20 kali lebih banyak lapangan pekerjaan daripada energi dari BBM. Nampaklah penggunaan energi terperbarukan biomasa dengan menggunakan tungku hemat energi adalah pro-lingkungan hidup, pro-miskin, pro-perempuan dan pro-lapangan pekerjaan yang merupakan empat pilar pembangunan berkelanjutan..
Telah ditunjukkan bahwa fungsi hidro-orologi daerah hutan yang rusak dapat diperbaiki dengan cepat, sekalipun tanpa penghutanan kembali, apabila wilayah itu tetap tidak diganggu (Coster, 1938, Lembaga Ekologi, 1980). Oleh sebab itu yang penting adalah menjaga agar wilayah tersebut dapat dijaga dari gangguan. Ini dapat dicapai, apabila ketergantungan penduduk pada hutan diminimalisasi dan mereka dapat memperoleh manfaat yang besar dari lahan. Ketergantungan pada hutan dapat diminimalkan dengan terciptanya kesempatan kerja baru di luar sektor pertanian yang dapat memberikan penghasilan yang memadai. Hal ini memberikan petunjuk bahwa dana untuk reboasasi dapat lebih efektif untuk pembangunan masyarakat daripada untuk reboasasi. Apabila dilakukan reboasasi, reboasasi itu harus diselenggarakan berdasarkan pembangunan masyarakat.
Untuk masyarakat yang memiliki lahan kritis, model penghutanan kembali Wanagama dapat digunakan untuk menanami lahannya dengan pohon-pohonan yang bernilai ekonomi. Tetapi karena lahan milik rakyat sangat sempit, keuntungan ekonomi yang didapat tidak mencukupi untuk mendukung kebutuhan keluarga sehari-hari sehingga mereka masih harus mencari tambahan lain, biasanya ke kota atau ke hutan. 
Rencana potensi lainnya yang dapat menguntungkan pemilik lahan dan yang tidak mempunyai lahan adalah perdagangan karbon dalam kerangka Protokol Kyoto. Pada dasarnya cara ini ialah mengikat karbon oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis, dalam hal ini fotosintesis tanaman reboasasi, sehingga kadar karbon dalam atmosfer turun. Pelaksanaannya dilakukan dengan apa yang disebut Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) atau Clean Development Machanism (CDM), seperti disebut di atas. Jumlah karbon yang diikat dapat dihitung dan dijual di pasar internasional dan memperoleh devisa. Dengan mengajak masyarakat setempat sebagai pemegang saham dalam MPB, mereka juga mendapat bagian dari devisa yang dihasilkan. Dengan mendapatkan manfaat ekonomi ini, masyarakat akan menjaga tanaman hasil reboasasi, karena merusak tanaman reboasasi berarti merusak sumber penghasilan mereka sendiri. Apabila penanaman kembali dilakukan dengan jenis tanaman yang bernilai ekonomi seperti pohon buah, keuntungan ekonomi dari tanaman ini akan memberikan penghasilan tambahan. Dapat juga ditanam tanaman untuk produksi bahan bakar biomasa yang digunakan dalam industri, misalnya untuk membangkitkan listrik. Panenan kayu untuk bahan bakar diperhitungkan dalam jumlah karbon yang terikat.
 
















Gambar 5: Model Keluaran Kualitas Lingkungan
                  (Hufschmidt, 1988)

g.     Energi Biogas
Pemanfaatan biogas menggunakan tungku, dmanfaatkan guna membantu industri kecil, tujuannya dapat untuk penerangan rumah dan untuk memasak juga untuk mengurangi biaya produksi sekaligus meningkatkan skala usaha masyarakat.
Biogas yang dihasilkan, dapat dimasukkan ke dalam tabung-abung gas untuk dimanfaatkan sendiri ataupun dijual sebagai lapangan usaha baru.
Biogas yang berasal dari kotoran hewan, limbahnya dapat untuk pupuk organic yang mempunyai kualitas cukup baik, karena pupuk bersifat matang sehingga bakteri kecil yang terkandung di dalam kotoran ternak umumnya telah mati dengan reduksi kurang lebih 80%. Pupuk organic ini sangat baik untuk membantu dalam pertumbuhan dan pengembangan pertanian dan perkebunan.
h.     
21.            Eko-material
“Eko-material: merupakan singkatan dari environmentally-coscious materials, ecologically-oriented materials, atau ecologically-benign materials, yaitu material sadar lingkungan, material berorientasi pada ekologi, atau material ramah lingkungan. Konsep ini lahir setahun sebelum diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Sumit ) di Rio de Janiero, Brasil, tahun 1992. Dipelopori oleh ilmuwan Jepang, selanjutnya berkembang di negara–negara Eropa, Amerika Serikat, serta negara–negara lainnya.
Teori George Clark (dengan bukunya Elements of Ecology) menyatakan elemen ekologi adalah organisme, tumbuhan di dalam dunia floranya, hewan dengan dunia faunanya, serta manusia sebagai mahluk tertinggi, temasuk factor eko-interior yang ebrsifat fisis, chemis, dan mekanis. Diantara elemen dengan factor eko-interior terdapat berbagai sebagai suatu inter-relationship yang bersifat mutual dan crucial. Masing-masing elemen pada eko-interior memiliki serta terpust pada berbagai ekosistem.
Konsep material dan pemprosesannya ini merupakan buah kesadaran para ilmuwan bidang material terhadap lingkungan global. Kesadaran holistik akan interaksi aktivitas berbagai sistem yang meliputi human–system, geo–system, dan bio–system. Dua sistem terakhir ini dikenal dengan ecosphere.
Pemprosesan material tradisional selama ini masih berfokus hanya pada dua sistem pertama. Manusia memproduksi material dari bahan baku yang berasal dari alam. Memprosesnya menggunakan teknologi yang ada maupun baru, untuk selanjutnya digunakan guna memenuhi keperluan hidup serta dalam rangka peningkatan kenyamanan. Eco-materials berusaha mengaitkan ketiga system itu secara menyeluruh. Menurut Harjanto (2003) terpenuhinya kebutuhan hidup dan kenyamanan manusia dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Sebagai sebuah bidang ilmu, eco-materials dikembangkan dengan menyandarkan pada tiga hal pokok yang saling berkaitan erat.
Pertama, pengembangan eco-materials merupakan salah satu bentuk pengembangan teknologi baru yang dapat meluaskan batas pengetahuan manusia. Hal ini sejalan dengan pengembangan mateial tradisional dengan meningkatkan fungsinya secara fisika, kimia maupun panas.
Kedua, eco-materials dikembangkan dengan meminimalisasi kerusakan lingkungan alam. Pengurangan konsumsi material dan energi, emisi gas beracun dan limbah akibat pemrosesan material, menjadi perhatian utama dalam rangka mengurangi dampak terhadap lingkungan.
Ketiga, melalui optimalisasi teknologi dan infrastuktur dalam menciptakan hidup sehat serta harmonis dengan alam. Keramahan material diukur tidak saja kepada manusia penggunanya, tetapi juga alam.
Dengan demikian, pengembangan eco-materials dapat diuji dan didekati, diantaranya dengan pertanyaan-pertanyaan berikut.
a.       Bagaimana memproduksi eko material dengan sifat dan karakteristik yang memenuhi syarat penggunaan dengan sekecil mungkin dampak terhadap lingkungan.?
b.      Bagaimana memperoleh kinerja maksimum eko material dengan seminimal mungkin konsumsi bahan baku dan energi? 
c.       Bagaimana sifat daur ulang eko material dapat lebih ditingkatkan?.
Penelitian dan pengembangan eco-materials relatif sangat actual, ditandai dengan baru dilaksanakannya empat konferensi internasional sejauh ini. Satu hala yang dapat membuka peluang bagi negara lain untuk mengejar perkembangan teknologi ini. Ada tiga bidang/kelompok eco-materials yang gencar diteliti dan dikembangkan, yaitu bidang/kelompok material konsumer, material komoditas dan material transmisi energi serta transportasi.

Beragam Jenis Eco-materials
Material konsumer adalah material hasil produksi massal yang digunakan untuk keperluan sehari-hari. Penggunaannya sangat dekat dengan manusia. Terhadap material ini, justru yang digunakan adalah menggantikan senyawa-senyawa berbahaya material tradisional dengan senyawa baru yang lebih aman. Tujuan akhirnya adalah mengurangi beban lingkungan dari senyawa itu. Material bebas senyawa berbahaya.
Plastik kemasan dibuat lebih “ramah” dengan mengantikan unsure klor (Cl) di dalam rantai polimernya. Klor adalah unsur utama pembentuk dioksin (Polychlororinated dibenzo diaxins, PCDD) yang termasuk golongan endocrine disruptor.  Salah satu senyawa organic beracun yang bias mengakibatkan kegagalan fungsi hormonal pada tubuh manusia. Pembentukannya tidak serta merta terjadi. Pemicunya adalah jika plastic yang mengandung klor itu terbakar pada temperature sekitar 200-400 derajad Celcius. Menciptakan plastic bebas klor adalah lahan garapan peneliti di bidang ini.
Timbal termasuk pula unsure yang tidak diinginkan keberadaannya bagi eco-mateials.

A.    yu:
1.  Kayu Gelondong
Hutan sebagai salah satu penentu ekosistem, pengolahannya ditingkatkan secara terpadu dan berwawasan lingkungan untuk menjaga dan memelihara fungsi tanah, air, udara, iklim dan lingkungan hidup serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat. Inventarisasi dan penatagunaan hutan ditingkatkan untuk menetapkan status kawasan hutan, memanfaatkan hutan konversi bagi penyediaan lahan untuk kepentingan pembangunan serta untuk melestarikan manfaat ekosistem dan keserasian tata lingkungan.
Sesuai dengan fungsinya, semua jenis hutan telah dikelola dengan hasil yang beraneka ragam. Ada hutan yang menghasilkan jasa wisata dan lingkungan  sebagai menghasilkan kayu atau produksi non kayu. Dari eksploitasi hutan produksi tetap ini dapat dihasilkan kayu olahan dengan nilai export.
Sangat ironis apabila industri karya desain interior berbasis kayu menghadapi ketidakberlanjutan karena kekurangan kayu. Sebagian karena hutan sudah hampir habis dibabat. Sebagian lagi karena kayu diselundupkan ke luar negeri.. Hutan rusak karena dirambah untuk pembangunan yang tidak rasional, seperti permukiman di daerah puncak pegunungan.









                                                          Keluaran
                                                        
                                                             Lain                                                   



Keluaran
Sisa Lain
Dampak
        Gambar 8:  Hasil Yang Bisa Diperoleh dari Pengelolaan Hutan
                              (Hufshmidt, 1988)

Eksploitasi hutan dengan menggunakan sistem Tebang Pilih Taman Indonesia (TPTI) telah menghasilkan kayu untuk mendukung beroperasinya industri kayu. Namun ternyata antara kapasitas pabrik yang ada dengan kebutuhan kayu bulat tidak seimbang.
Kegunaan hasil produk untuk karya desain  interior dan desain dapat beragam, dan luwes. Namun yang perlu diingat sisa potongan kayu atau limbah gergajian sebenarnya masih dapat difungsikan lagi. Namun tidak kalah pentingnya dalam hal kualitas ekspor hasil karya desain  interior dan desain perlu memperhaikan perolehan sertifikat ecolabeling  maupun ISO yang ditentukan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan maupun kesepakatan dunia internasional.

Tabel 2: Kebutuhan Bahan Baku Kayu Glondongan.

No
 
Jenis Industri
Jumlah
Unit
Kapasitas
(per Tahun)
Kebutuhan Kayu Bulat
(M3/Tahun)
1

Saw-mill

1.973
17.894.693
35.608.218
2
Ply-wood
115
9.459.485
17.503.047
3
Black-Board
114
1.926.688
1.177.421
4
Particle-Board
80
6.769.420
-
5
Chip-mill
19
4.093.522
4.293.552
6
Pulp-will
3
630.000
3.150.000
7
Pancil-Slat
6
86.045
139.272
8
Chapstick
75
4.156.570
664.091
9
Korek api
9
16.506.000
214.578
Jumlah
2.394
75.216.423
62.747.549
           Sumber: Ditjen Pengusahaan Hutan (1990)

2.   Produk Kayu Bangunan
Kualitas bangunan dapat dilihat dari segi 1) bahan bangunan serta konstruksinya dan 2) tata letak atau keberhasilan desain interior. Bahan bangunan dan konstruksi menentukan suatu bangunan mudah rusak, mudah terbakar, lembab, panas, mudah jadi sarang serangga pembawa penyakit, panas, bising dan sebagainya.
Kayu olahan, merupakan bahan kayu yang telah diolah dari kayu gelondong.
Tidak semua kayu gelondong dipotong dalam bentuk papan. Ada yang dikupas dengan pisau tajam sehingga potongannya menjadi tipis yang disebut lapisan kayu halus, terkelupas. Beberapa lapisan kayu halus dapat di lem disatukan untuk dijadikan tripleks, dengan spesifik baru lebih kuat, lebih murah daripada kayu padat dengan ketebalan yang sama.
Lapisan kayu halus yang berasal dari kayu gelondong masih langka dan mahal, namun kegunaan dalam interior dapat ditempelkan pada kayu atau papan tipis yang lebih jelek mutunya seperti untuk finishing permukaan meja, kursi,  almari, serta peralatan dapur. Papan blok mempunyai jenis olahan kayu lain, sering dipakai untuk pintu. Blok kayu lunak di lem menjadi satu diantara dua potong lapisan kayu halus. Papan blok lebih menyerupai lapisan kayu. Sistem daur ulang yang dianjurkan untuk eko-interior, supaya tidak ada sedikitpun serbuk gergaji dan potongan kecil dari kayu terbuang dari tempat penggergajian. Potongan kecil kayu dipotong menjadi keeping kecil bersama dengan serbuk gergaji, ditaburi lem dan ditekan menjadi lembaran untuk dibuat papan tipis.

3.   Furnitur
Furnitur lebih akrab disebut perabot, merupakan hasil karya Desain Interior sebagai pengisi ruangan. Bahan baku utama perabot bias terbuat dari bermacam bahan alami maupun buatan, seperti kayu, bambu, rotan, besi, baja, keramik tanah liat, aluminium, plastik, kaca, maupun fiber dan sebagainya sesuai fungsi dan peruntukannya. Furniture kualitas ekspor perlu memperhatikan standar mutu seperti ISO atau Ecolabeling. Apabila tidak memenuhi persyaratan secara global maka produkfurnitur tidak dapat berkompetisi dalam kancah ekspor dunia. Model, gaya dan konstruksi untuk masing-masing perabot mempunyai teknik secara spesifik. Hanya saja persaingan secara global mensyaratkan material utama furniture harus ramah lingkungan dari sejak pengambilan bahan baku sampai perawatannya.
a.  Peluang Ekspor Mebel
Peningkatan nilai ekspor mebel hasil karya Desain Interior dapat meningkat apabila pihak Departemen Kehutanan memprioritaskan jatah tebangan hutan alam untuk bahan baku industri mebel. Apabila ditargetkan ada kenaikan nilai ekspor produk mebel, akan dapat tercapai kalau penggunaan jatah tebangan hutan alam betul-betul dimanfaatkan untuk mebuat produk mebel yang bernilai tambah.
Dari catatatn Asosiasi Industi Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), nilai ekspor produk mebel tahun 2003 mencapai 1,64 miliar dolar AS. Tahun 2002, nilai ekspornya sebesar 1,47 miliar dolar AS. Pengaruh kebijakan Menteri Perindustrian dan Perdagngan diharapkan memprioritaskan penggunaan jatah tebangan hutan alam untuk bahan baku industri mebel daripada indsutri perkayuan lainnya. Kebijakan pemerintah tersebut jelas  sangat berpengaruh terhadap naiknya nilai ekspor industri mebel. Misalnya, rencana pemerintah untuk melarang ekspor rotan mentah. Hal ini dapat dipahami, karena dengan ekspor rotan lebih dapat meningkatkan produksi dan nilai tambah.
Rotan mentah selama ini memang diekspor, baik secara resmi, dengan memanipulasi administrasi dokumen, maupun menyelundup. Manipulasi administrasi dokumen dilakukan dengan cara merendahkan harga patokan ekspor (HPE) rotan dan pajak ekspor sebesar 15 persen. HPE rotan berkisar 0,55 dolar AS per kg sampai 2 dolar AS per kg. Untuk itu para Desainer Interior harap memahami apabila eksportir nakal menggunakan patokan HPE yang rendah meskipun seharusnya membayar dengan HPE 2 dolar AS.
Pihak Departemen Kehutanan perlu memprioritaskan penggunaan jatah tebangan hutan untuk bahan baku industri mebel. Sebagai contoh, kalau satu kayu gelondongan dimanfaatkan untuk produk mebel, nilai tambah akan lebih tinggi. Nilai tambah menjadi berkurang kalau kayu bulat tadi hanya dimanfaatkan untuk produk kayu lapis (plywood) atau kayu gergajian. Salah satu kendala yang membuat daya saing produk mebel kurang adalah adanya  ekspor kayu secara ilegal.
Kayu ilegal dimanfaatkan negara lain dan memproduksi produk mebel. Bahkan pengusaha mebel dari negara lain, seperti Malaysia, juga memanfaatkan tanaga kerja Indonesia (TKI) untuk memproduksi produk mebel. Kondisi buruk tersebut apabila tidak segera diperbaiki akan berdampak pada keterpurukan peran Desain Interior untuk memproduksi mebel. Sebagai ilustrasinya, nilai ekspor produk mebel tahun 2004 sebesar 200 juta dolar AS sampai 300 juta dolar AS berpotensi hilang karena produsen mebel tidak dapat memenuhi pesanan dari pembeli. Pesanan tidak dapat dipenuhi produsen karena adanya pembatasan jatah tebangan hutan alam tahun 2004 sebesar 5,5 juta meter kubik.
b.   

4.  Veneer dan Finishing Kayu
Sebagai penutup atau fisnishing interior sering dipergunakan secara tidak alami ialah bahan pelapis veneer dan finishing kayu. Bahan baku veneer berupa plastik dan karet sehingga akan menmbulkan kelembaban pada dinding karena tidak mempunyai pori-pori yang terbuka lebar untuk penguapan.
Finishing kayu dapat bermacam dan berbagai jenis produk yang beredar di pasaran. Faktor efisiensi dalam pelapisan finishing kayu serta kemudahan perawatan menjadi pertimbangan untuk sifat eko efisiensi.

Plastik
Bahan plastik kini banyak ragamnya, bahkan serat benang untuk pakaianpun terbuat dari plastik. Padahal bahan plastik yang utama, adalah Seluloida, baru tercipta sekitar satu abad yang silam. Bahan mentah dalam produksi plastik umumnya datang dari industri minyak bumi, berupa gas organic atau persenyawaan organic lain yang termasuk sederhana strukturnya. Bahan mentah plastik ini disebut monomer. Misalnya gas etilen adalah monomer dari polietilen. Sedangkan monomer vinichlorida yang terutama dihasilkan dari etilen, merupakan monomer dari bahan plastik polivinil chlorid, atau lebih dikenal dengan singkatan PVC.
Dalam proses polimerisasi, molekul monomer yang sederhana saling disambungkan dengan bantuan suatu katalisator, membentuk molekul-molekul polimer yang panjang seperti rantai. Berlainan halnya dengan monomer asalnya, polimer ini dilihat dari segi kimiawi merupakan zat padat yang lamban sekali bereaksi. Kestabilan kimiawi merupakan sifatnya yang paling berharga.. Tetapi segi buruknya ada juga. Plastik tidak bisa membusuk sehingga menimbulkan masalah polusi.
Dari segi fisika, bahan baku plastik berbeda kelenturan dan keadaannya apabila dipanaskan. Adanya perbedaan ini menyebabkan plastik polimer diklasifikasikan ke dalam golongan zat Termoplastik dan zat Termoset. Perbedaan ini disebabkan oleh jumlah dan jenis ikatan kimia yang terjadi antara masing-masing molekul polimer saat berlangsung polimerisasi. Umumnya polimer yang teguh ikatan molekulnya lebih kaku dan tidak begitu gampang berubah bentuk, jika dibandingkan dengan yang iakatan molekulnya lebih jarang.
Sifat fisik suatu golongan polimer lainnya, yaitu Elastomer, juga bias dijelaskan dari sikap masing-masing molekul terhadap sesamanya. Bahan ini lebih dikenal sebagai karet sintetik, dan merupakan polimer yang serbaguna.  Misalnya saja komponen utama ban kendaraan. Sedangkan polimer lainnya dari jenis ini adalah karet Silikon, dipakai sebagai protese dalam tubuh karena sifatnya yang tidak gampang berubah. Kestabilan strukturnya pada suhu tinggi, dimanfaatkan dalam pembuatan pesawat ruang angkasa.
Penggunaan plastik berkembang begitu pesat dan majunya dengan berbagai macam kegunaan. Bahan dasar plastik yang diolah menghasilkan karyaseni dan karya desain dengan tampilan sesuai fungsi dan kegunaannya. Pada interior bangunan, dimulai dari aksesoris kecil, tangkai pisau, komponen kontak listrik, mebel, sampai elemen utama interior dipergunakan untuk lantai, dinding, langit-langit, atap dan sky light, profil, kusen, pintu dan jendela. Penggunaan pintu plastik (PVC) dapat menggantikan posisi pintu kayu kamar mandi yang tidak tahan air dan kelembaban. Meskipun tahan air, sifat plastik atau PVC adalah sangat tidak ahan panas dan api karena sifatnya yang sintetis
Dengan demikian, plastik termasuk bahan kerja atau material dasar untuk berkarya desain  interior. Untuk berbagai keperluan, plastik sudah menggantikan peranan kayu dan logam. Lain halnya dengan bahan-bahan alam, maka plastik takkan langka selama cukup tersedia energi untuk membuatnya secara sintetik. Kursi dapat dibuat dari polypropilen, suatu bahan termoplastik dengan proses cetak injeksi. Propilen, gas atau bahan mentah monomer yang mengalami polimerisasi untuk dijadikan bahan plastik merupakan produk industri minyak bumi. Bahan isolasi panas dari hasil buatan, yaitu dari karet sintetis dan plastik busa seperti polytyrene dan polyurethanefoams.
Plastik kemasan dibuat lebih “ramah” dengan menggantikan unsur klor (Cl) di dalam rantai polimernya. Klor adalah unsur utama pembentuk dioxin (polychlorinated dibenzo diaoxins, PCDD) yang temasuk golongan endrocine disruptor.  Salah satu senyawa organic beracun yang dapat mengakibatkan kegagalan fungsi hormonal pada tubuh manusia. Pembentukannya tidak serta-merta terjadi. Pemicunya adalah jika plastik yang mengandung klor itu terbakar pada temperatur sekitar 200-400 derajad Celcius. Menciptakan plastik bebas Klor adalah lahan garapan peneliti di bidang itu untuk material interior yang ramah lingkungan.

Biokomposit, Komposit Hijau
Karya Desain Interior sangat haus material, terkadang perlu bahan tahan lama serta terdegradasi bila tidak lagi diperlukan. Plastik yang diperkuat dengan bahan alami, khususnya yang berasal dari tanaman, sehingga dapat menggerakkan revolusi material interior abad ini.
Plastik Polipropilen yang diperkuat dengan serat “rami”. Substitusi serat gelas juga dilakukan khususnya untuk komponen interior benda bergerak seperti mobil. Keuntungan pemakaian biokomposit, mempunyai sifat lebih baik dalam hal akustik, keramahan pada pengguna dan ramah lingkungan, kemudahan pemasangan serta pemeliharaan, dan rendahnya biaya produksi.
Bahan komposit terdiri atas dua atau lebih bahan yang secara fisik kimia berbeda, tersusun secara terdistribusi dengan antar muka memasukkannya. Bahan komposit terdiri atas fasa ruah yang kontinu disebut matriks dan yang terdispensi disebut dengan istilah Penguat, biasanya lebih kuat dan lebih keras.
a.       Konsep bahan komposit hijau, adalah mengkombinasikan bahan yang berbeda untuk menghasilkan bahan baru dengan kuncinya yang tidak dapat dicapai oleh masing-masing komponen. Contohmya beton bertulang yang diperkuat dengan kawat baja dan besi beton.
      Matriks menerima beban dan menstransfernya ke penguatnya yang lebih kuat untuk meningkatkan kekuatan komposit. Matriks komposit dapat berupa polimer, logam serat atau partikel gelas, carbon, bahan organic, boron, keramik ataupun logam.
      Penguat komposit tidaklah harus berbentuk serat yang panjang. Penguat komposit dapat berupa partikel, whisher (serat sangat kecil mirip rambut dengan kekuatan tarik yang sangat besar tumbuh dalam kristal logam, paduan dan sebaainya), serat yang tidak kontinu, lembaran dan sebagainya.
      Walaupun sebagian besar bahan akan lebih keras dan kuat dalam bentuk serta dibandingkan dalam bentuk lain, sehingga sebagian besar bahan komposit hijau menggunakan serat sebagai penguat dapat dipergunakan untuk bahan pokok dan penunjang interior.
b.      Pembuatan Komposit, dalam pembuatan komposit bermatriks polimer dapat dibuat dengan compression malding, injection malding. Sementara komposit bermatriks keramik dengan infiltrasi, yakni dengan penyatuan fasa penguat dengan matriks yang belum dikonsolidasikan kemudian diikuti dengan pengkonsolidasian matriks.
c.       Sifat Komposit.
      Selain mengikuti serat, matriks mempunyai fungsi penting menstranfer beban yang diterima komposit dengan serat. Sifat komposit yang dihasilkan bergantung pada sifat: komponen dan susunan serat dalam matriks.
      Komposit yang berpenguat serat dan lembaran mempunyai sifat yang Isotropik dapat digunakan penguat elemen interior yang berbentuk partikulasi.
   
B.     Produk Tekstil
Bahan isiolasi nabati, bahan ini mengandung serabut atau tanaman selulosa, contohnya: rotan, jerami, kapas, kain tekstil dan kayu gabus. Isolasi panas produk tekstil didesain untuk gordyn dan vytrace pada jendela berbingkai kaca atau bahkan sebagai pembatas ruangan atau pada jendela dan pintu yang langsung berhubungan dengan eksterior. Penggunaan untuk penutup atau alas pada interior dapat bermacam fungsi seperti untuk alas lantai, alas meja, dan penutup tempat tidur atau bedcover. Sebagai bahan pendukung mebel termasuk untuk penutup bantalan kursi atau sekedar bantal hias pada kursi tamu akan sangat serasi bila didukung dengan dekorasi tekstil pada dinding. Bermacam dekorasi tekstil pada dinding dapat dimodifikasi kerangka dari bahan rotan, bambu atau kayu dengan kain bercorak dapat memberi suasana inteior menjadi alamiah ramah lingkugan hidup. Penggunaan kain lurik atau corak batik dapat dipadukan dengan desain bambu untuk dekorasi pada penurunan langit-langit agar memberi kesan akrab kedaerahan.
Fungsi fisiologis produk tekstil kebanyakan untuk melindungi terhadap perubahan ataupun beban bahang dari udara sekeliling tubuh sangat terbatas, meskipun tubuh berada dalam ruangan bangunan interior. Untuk dapat mengendalikan fungsi biologis tubuh terhadap perubahan udara keliling yang lebih besar, ataupun penyesuaian tubuh terhadap perubahan iklim sekelilingnya, manusia menggunakan pakaian, ruangan interior dan cara ataupun perkakas lainnya.
Pakaian yang disebut dengan produk tekstil dinyatakan sebagai pengendali iklim karena dengan berpakaian, anasir iklim di sekeliling tubuh yang tidak serasi dengan persyaratan fisiologis yang diperlukan dapat diredam oleh pakaian dan lapisan udara (atmosfir) antara tubuh dengan pakaian. Akibatnya ialah dalam batas-batas tertentu atmosfir sekeliling tubuh tetap terkendali, dan menjadi tetap akrab dengan persyaratan yang diinginkan tubuh meskipun factor kenyamanan interior tercapai. Fenomena atmosfiris antara tubuh dengan pakaian dalam kurun waktu hidupnya manusia akan berpola tetap sesuai kenyamanan interior yang diinginkan oleh tubuh seseorang.
Selain berfungsi untuk melindungi tubuh dari anasir cuaca atau iklim, pakaian berfungsi pula untuk melindungi tubuh dari gangguan mekanis dan biologis yang sangat erat hubungannya dengan kenyamanan fisiologis dalam ruangan bangunan interior. Pakaian juga dipakai untuk memperoleh kepuasan individu atau fungsi pisiologis sosial yang berkaitan dengan dekorasi, memupuk harga diri atau model. Fungsi pakaian yang terakhir ini sering jauh melebihi fungsi utama pakaian sebagai pelindung tubuh.
Pakaian sebagai sarana pelindung tubuh terhadap lingkungan atmosfiris sangat efektif dibandingkan dengan sarana pengendali lingkungan atmosfiris yang lain, seperti pengkondisi udara (air conditioning), pemanas, dehumidifier.  Efektifitas ini ditinjau dari lama waktu pengendalian, stabilitas pengendalian, dan kemudahan untuk dipergunakan.
Proses hantaran bahang antara orang berpakaian dengan udara sekeliling pada dasarnya sama dengan proses hantaran bahang secara umum, yaitu melalui radiasi, konduksi, konveksi, evaporasi.
Terkadang para desainer tekstil berusaha memilih bahan yang sesuai dengan kondisi lingkungan yang cocok, mereka sering mengalami kebingungan, sehingga menurut (Mackenczie, 1991) diperlukan penetapan dampak lingkungan dari tekstil senyatanya menghendaki  pemilihan bahan yang tepat dimana semua aspek dari produksi, pemakaian dan penjualan produk materi dengan menghasilkan sisa yang dipertimbangkan secara hati-hati.  
Pakaian yang cocok untuk suatu kawasan dengan kondisi lingkungan tertentu dalam praktek sehari-hari sangat sulit untuk dicirikan secara rinci. Segala perhitungan dalam hal neraca bahang yang ideal agar tubuh terlindung dari ketiak akraban klimatis (unsur-unsur iklim) harus sejalan dengan pertimbangan psikologis, sosial, ekonomis dan juga kultural.
Persyaratan rancangbangun pakaian untuk eko-interior kondisi tropis dapat disebutkan:
a)      kondisi kering dan panas; b) tenunan yang rapat (tertutup); c) warna cerah untuk memantulkan radiasi; d) ketebalan sedang; tubuh tertutup secara baik dengan pelindung kepala; e) longgar; f) diperlukan beberapa lapis pakaian dalam; g) kondisi basah (lembab) dan panas; h) tenunan terbuka; i) faktor warna tidak penting; j) setipis mungkin; k) penutupan minimum; l) potongan baik dan tepat; m) pakaian dalam yang minimum.

C.    Bahan Kulit
Penggunaan kulit pada interior bermanfaat terutama untuj mebel seperti untuk bantalan kursi, penutup dan penghias meja counter, hiasan untuk penutup lantai, dinding dan kombinasi pada langit-langit.
Proses pengolahan kulit supaya awet disebut dengan penyamakan. Teknolgi penyamakan ini telah dipraktekkan sejak masa prasejarah, prosesnya kebanyakan memanfaatkan substansi tumbuhan yang mengandung zat tannin. Bahan yang diolah dari kulit binatang ada yang disebut perkamen, kulit lentur dicuci tanpa disamak, lalu dibentangkan pada suatu bingkai dapat untuk penyekat ruang alat material desain interior, bahkan bisa untuk alat tulis. Bahan isolasi panas yang berasal dari hewan, misalnya rambut-bulu dan wool adalah berasal dari kulit hewan.  Limbah penyamakan kulit perlu diolah, selain mencemari tanah dan air, juga sangat mencemari udara karena bau yang tida sedap. Kulit yang dipasang pada elemen interior harus bagus pengolahan dan finishingnya, karena bila tidak sempurna proses produksinya berefek pada bau di dalam ruangan dan menyebabkan gatal-gatal bagi kulit penghuni atau pemakai karya desain interior.

Penutup Lantai
1.      Karpet dan “Rug”
      Karpet terbuat dari bahan elastik merupakan anyaman, bagian teratas merupakan bulu-bulu serat plastik. Penggunaan karpet sebaiknya tidak menutup seluruh muka lantai, karena akan menyulitkan pembersihan debu di bawah karpet meskipun telah ada alat penyedot debu.
2.      Karet
      Karet alam dibuat dari getah dari pohon karet yatiu Kalteks, yang dibersihkan, digulung, diperas dan dikeringkan. Lembaran lateks di pak dalam bentuk bal yang siap didistribusikan. Karet buatan atau sintesis dibuat dari minyak bumi, gas dan batu bara.
3.      Lapis karpet dan lem
      Lapis karpet yang di lem mempunyai kelemahan tidak mudah diangkat untuk dicuci dan dibersihkan. Kandungan debu lembut di bawah karpet semakin tebal dan membahayakan terhadap gangguan pernapasan seperti penyakit asma dan bronchitis. Alergi debu menjadikan pertumbuhan tidak normal dan konsentrasi terganggu, akibatnya selain kesehatan menurun juga kualitas pikiran dan hasil kerja menurun. Lebih baik pelapis karpet tanpa di lem dan tidak terlalu luas menutupi seluruh ruangan, sebaiknya pada sebagian ruangan yang membuat karpet mudah diangkat dan dibersihkan serta dicuci.
4.      Keramik, Batu, Batu-bata dan bahan2 lain
      Terkadang untuk melapisi lantai dipergunakan semen diapakai sejak aman mezopotania untuk membuat saluran kedap air. Kemudian digunakan dalam wujud mortel untuk konstruksi batu bata. Orang Romawi membangun tembok dari sejenis semen keras yang berasal dari tanah gunung api dicampur kapur, lalu diaduk dengan kerakal. Seperti di Indonesia dibuat penganti semen dengan ada yang mempergunakan tanah liat atau lempung (clay), tapi ada pula yang mencampur adukan semen merah dari tumbukan bata merah (dari tanah liat yang dibakar) dicampur dengan batu kapur  (gamping bongkahan yang direndam) dan pasir dengan perbandingan 1:3:5.
5.      Vinil dan Linolium
      Bahan isolasi yang berasal dari mineral, misalnya glaswool, rockwool, siagwool, asbestos, vermiculite dan logam yang menyerap cahaya (bright metal foll). Bahan isolasi ini cocok untuk penahan panas atau dingin, selain dapat juga dipergunakan untuk bahan akustik suara secar berlapis tergantung spesipikasi teknis dan kegunaannya. Masing-masin bahan isolasi ini mempunyai keistimewaan dalam penggunaannya. Sehingga kesalahan pemilihan bahan dapat menghasilkan pengaruh lingkungan yang kuerang baik, terutama pengaruh lingkungan terhadap kebisingan, panas atau dinginnya suatu ruangan. Lebih baik dipergunakan standard yang diajurkan oleh pabrik pembuat maupun standard keguanaan pada ruangan yang spesifik, atau memenuhi kerangka acuan kerja yang diminta oleh pemberi tugas.

Cat dan Bahan Perekat
        Di dalam lingkungan interior terdapat pula timbal di dalam debu yang berasal dari dalam cat yang mengandung timbal. Kandungan timbal di dalam cat bervariasi antara 6,2% sampai 52,4%. Cat yang mengandung Timbal dan terlepas dari permukaan yang di cat dapat termakan oleh anak-anak. Di negara maju, cat yang mengandung timbal telah dilarang. Bahan perekat seperi lem kayu mapun lem  logam,  lem kaca maupun lem kertas juga mengandung zat yang berhahaya bagi pernapasan, mata maupun kulit. Lebih baik berhati-hati dalam penggunaan bahan perekat, masker dan penutup mata bilamana diperlukan apabila membahayakan.

D.        Macam Pelapis Elemen Interior:
1.                           Wallpaper
Pelapis dinding ini tebuat dari bahan elastik campuran karet dan mempunyai motif hias yang menarik untuk dipasang di dinding. Permukaan dinding harus halus sehingga ketika wallpaper ditempel dengan lem pada dinding selalu dapat rata dan datar. Pemilihan motif hias dan warna maupun tektur disesuaikan dengan finishing elemen pembentuk ruang serta perabotan yang ada.
2.  Panil Akustik
Akustik merupakan perkembangan teknologi tentang gelombang bunyi terutama mengenai transmisi, pantulan dan penyerapannya dalam bangunan.
Akustik sebagai pengatur atau dapat sebagai peredam bunyi, dipasang pada sekitar speaker kecil atau speaker besar dolby stereo pada gedung film yang diletakkan di ruangan di belakang layar. Perhitungan pantulan ada hitungannya untuk memperoleh suara yang sempurna dan jernih. Demikian arah kemiringan perletakan akustik sangat perlu memperhatikan arah bunyi dan pantulan. Pada interior bergerak, peredam bunyi ada yang memakai pelat-pelat untuk memperpanjang jarak tempuhgas yang dikeluarkan. Peredam bunyi langsung yang tidak begitu mengurangi daya mesin diperlengkapi tabung berlubang-lubang, yang diselubungi bahan penyerap bunyi.
3.      Logam
Terdapat tiga logam yang paling banyak digunakan yaitu: besi, baja dan aluminium. Baik besi maupun aluminium adalah unsur logam, tetapi baja adalah merupakan besi dan carbon. Campuran logam, atau campuran non-logam dinamakan Aloi. Kebanyakan logam ditemukan dalam bentuk biji, bergabung dengan unsur  lain seperti oksigen dan sulfur. Biji logam apabila dipanaskan maka biji tersebut akan terpisah dan menjadi murni. Namun apabila tidak murni akan menjadi mengkilat, dapat ditempa, dan ditarik menjadi kawat. Berbagai jenis logam tidak mudah rapuh, tetapi sering kali agak lunak. Logam adalah penghantar arus listrik dan panas yang baik. Di samping itu dapat digunakan sebagai isolasi panas maka fungsi logam menyerap cahaya (bright metal foll).
Pencegahan karat pada logam seringkali diperlukan untuk logam yang terkena pengaruh udara lembab atau bahan kimia yang menyebabkan karat. Bahan pelindung karat antara lain cat khusus dan  busa yang mengandung zat pencegah karat. Konstruksi logam besar seperti saluran, interior bergerak seperti mobil, bus, kereta api, kapal laut yang banyak menggunakan bahan logam dapat dilindungi dengan melapiskan potensial listrik yang membatalkan terjadinya proses karat.
Pembersihan logam antara lain berupa proses pengasaman, dimana komponen logam dibebaskan dari gemuk dan lapisan oksida dengan jalan merendam atau mengoles dengan larutan asam, sebelum dilakukan penyepuhan galvanic. Dalam pembersihan dengan proses sembur, logam disembur dengan partikel keras yang menyingkirkan kotoran.
Material konstruksi yang dipergunakan untuk interior termasuk dalam kelompok material komoditas. Penggunaannya mencakup jumlah besar dengan dampak terhadap lingkungan juga tinggi. Pada kelompok material konstruksi untuk interior sangat dianjurkan adalah membuat material itu berdampak lingkungan rendah serta memiliki kemampuan daur ulang yang tinggi.
Kelompok ketiga dari pengembangan eco-materials adalah material dengan efisiensi energi tinggi. Termasuk kelompok ini adalah material yang digunakan dalam interior bergerak seperti kendaraan bermotor. Pemakaian baja lembaran kekuatan tinggi dapat menjadikan “bodi” mobil keluaran tahun terakhir lebih ringan dan mampu meredam benturan lebih baik.
Namun demikian para desainer interior perlu mempertimbangkan apabila tiba-tiba saja kebutuhan besi baja dunia melonjak tajam. Pasokan kurang, harga-pun naik tajam. Berbagai industri dan produksi karya desain interior yang berbasis logam terpuruk. Kontrak-kontrak desain interior terancam batal. Untuk itu. Para desainer dituntut menguasai informasi seperti diungkap dalil ekologi Margalef (1968), “barang siapa menguasai arus informasi, baik jenisnya, besarnya dan waktunya arus itu terjadi, dialah yang menguasai arus materi dan energi. Dengan demikian rancangan karya desain interior perlu mendasarkan pada analisis daur hidup (life cycle analysis) yang bertujuan untuk mengelola arus materi dan energi dalam berkarya desain.
Berikut ini jenis logam yang erat hubungannya dengan eko-interior.
a)      Timbal (Pb)
Timbal termasuk pula unsur  yang tidak diinginkan keberadaannya bagi eco-materials. Saat ini berbagai jenis suku cadang alat mesin logam masih banyak mengandung timbal (Pb).  Timbal dalam paduan logam berfungsi sebagai pelumas untuk meningkatkan keakurasian pemotongan dan permesinan. Ini karena Timbal relatif lunak dibandingkan dengan logam lain, semisal Kuningan (paduan Cu-Zn). Pendekatan yang dilakukan adalah mengantikan  Timbal dengan unsur lain atau dengan rekayasa tertentu sehingga mekanisme pelumasan dan tingkat keakurasian permesinan dapat dipertahankan tanpa harus membahayakan lingkungan.
Bahaya timbal (Pb) yang diserap manusia dan ditimbun di dalam tulang. Ketika perempuan mengandung, timbul diremobilisasi dan masuk ke peredaran darah. Dari sini timbal masuk ke dalam janin. Timbal menghambat perkembangan otak dan intelegensia anak. Apabila kondisi lingkungan interior dan interior bergerak kandungan udaranya, lantai, dapur, tercemar oleh timbal seperti kita alami kini, rata-rata tingkat intelegensia (IQ) generasi berikut lebih rendah dari generasi sebelumnya. Hal ini akan menunjukkan bahwa, kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya berkurang.
b)      Besi atau Ferrum (Fe)
Besi (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Di alam didapat sebagai hemalit. Di dalam air menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding, pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Besi sebenarnya diperlukan tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe di dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengekresikan Fe. Karenanya mereka yang sering mendapat transfusi darah  secara tegas Sumirat (1996) menyebutkan warna kulitnya dapat menjadi hitam karena akulmulasi Fe.
c)      Baja
Baja sudah sejak tahun 1870 dibuat dan dikembangkan penggunaannya. Produksi baja masih jauh dikalahkan produksi besi tuang (Fe) dan tempa. Namun situasi tersebut berubah cepat berkat adanya dua penemuan, yaitu Konvektor Bessemer dan Tanur Siemens. Masalah utama dalam pembuatan baja adalah pengendalian cermat kadar carbonnya. Dengan tanur terbaru berhasil dicapai dengan jalan menghembuskan udara langsung ke dalam atau di atas logam cair. Dengannya karbon yang berlebih serta substansi lainnya yang tidak diperlukan terbakar habis. Mulai tahun 1873 baja lunak, yaitu baja yang lebih keras daripada besi tempa tetapi tidak serapuh besi tuang menjadi lebih murah biaya pembuatannya dibandingkan dengan kedua jenis besi tersebut. Baja menjadi semakin keras melalui proses Sepuhan Keras, dan proses pemanasan kembali yang disusul pendinginan tiba-tiba. Produksi karya desain  interior dan desain banyak alternatif dapat dipergunakan dari bahan baja. Selain sekedar sebagai material pokok utama sebuah karya desain  interior atau berfungsi sebagai struktur maupun konstruksi, juga untuk aksesoris karya, bingkai, peti kemas (packhaging) mebel atau peran pembantu.
Pengembangan eco-materials adalah material dengan efisiensi energi tinggi. Termasuk kelompok ini adalah material yang digunakan dalam interior bergerak seperti kendaraan bermotor. Pemakaian baja lembaran kekuatan tinggi menjadikan “bodi” mobil keluaran tahun terakhir lebih ringan dan mampu meredam benturan lebih baik.
Baja lembaran konvensional umumnya hanya mengandung Fasa Tunggal Ferit (paduan Fe dan 0,02 persen Karbon). Adapun baja lembaran berkekuatan tinggi memiliki Fasa Ganda yang terdiri dari Ferit dan Martensit. Rekayasa struktur mikro dan Fasa paduan baja berperan penting di situ. Melalui perlakuan panas dan mekanik tertentu, sebagian Fasa Ferit dapat diubah menjadi Fasa Martensit yang lebih keras dan kuat. Kekuatan baja lembaran ini meningkat sekitar 2 kali. Adapun ketebalan “bodi” interior bergerak untuk kendaraan bermotor dapat dikurangi hingga 4 persen. Pengurangan berat kendaraan itu setara dengan pengurangan emisi CO2  sebesar 1,2 Ton.
Data tahun 2003 populasi kendaraan bermotor di Jakarta sekitar 4,1 juta, yang mana 1,2 juta diantaranya adalah mobil pribadi. Dapat dibayangkan penurunan kadar emisi CO2 jika baja lembaran kekuatan tinggi digunakan pada interior mobil.
Baja tahan karat atau stainlesssteel kegunaan untuk karya desain  interior dan desain beragam, terutama untuk sponing (pegangan) tangga, pagar teras atau pagar halaman. Stainlessteel yang tahan noda dan karat, cocok untuk dijadikan material desain, alat makan, dan perkakas kimia. Ketahan karat dan noda tersebut dikarenakan disamping besi juga mengandung chrom, biasanya  dengan campuran nikel dan kadang-kadang juga molybdenum. Proses galvanisasi merupakan upaya melapisi baja dengan seng agar tahan karat. Diciptakan tahun 1836 di Prancis, waktu itu baja dicelupkan dalam seng lumer. Dalam proses galvanisasi modern, seng diendapkan secara elektrolisa ke permukaan baja.
d)      Aluminium (Al)
Aluminium adalah logam (metal)  yang dapat dibentuk. Sumber alamiah Al terutama adalah bauxit dan cryolit. Aluminium sangat luwes untuk berbagai kelengkapan Desain Interior. Aluminium paling cocok dipakai jika diperlukan sifat-sifat kuat, enteng dan kemampuan tinggi dalam menyalurkan panas atau arus listrik. Pada bangunan diperuntukkan dinding, atap, pintu, kusen, krepyak, rolling door, volding gate, sponing tangga, mebel, pagar, pigura lukisan dan foto, bahkan dipergunakan panil prevab bagi pembangunan rumah murah secara cepat. Aluminium mempunyai sifat ringan, tahan api, anti karat, tidak mudah pecah, tidak perlu biaya pemeliharaan.
Ringan, kuat, daya tahan yang tinggi terhadap karat dan pemantul panas yang sangat baik merupakan gabungan keuntungan yang menjadikan aluminium dapat sebagai bahan utama elem interior. Keuntungan lainnya adalah sifat homogin dari lembaran aluminium, dan untuk ketahanannya, permukaan tidak perlu dilapisi.
Aluminium memiliki ketahanan berkat lapisan oksida yang terdapat padanya secara alamiah, berbeda dengan sebagain besar logam lain. Lapisan oksida pada aluminium merupakan lapisan yang tetap, keras dan melekat dan melekat kuat diatas permukaannya. Lapisan itu mencegah logam aluminium dari oksidasi selanjutnya dan terbentuk dengan sendirinya bila permukaannya dipotong atau terkikiskan.
Permukaan aluminium (Mill finish) memantulkan 90 s.d. 95 % dari panas yang jatuh atas permukaannya, bahkan jika tertutup sedikit dengan debu atau kotoran. Keadaan hawa, meskipun akan memburamkan permukaannya, mengurangi hanya sedikit pemantulan panas dari aluminium terhadap radiasi matahari. Pemantulan yang tinggi ini memastikan bahwa suatu tenaga matahari yang maksimum dipantulkan, akibatnya bangunan-bangunan yang beratap atau berdinding aluminium tetap nyaman pada musim panas atau di bawah cahaya matahari tropis. Bantuan selanjutnya diberikan oleh rencahnya pemancaran aluminium, sehingga bahkan ermukaan aluminium yang panas memantulkan hanya sedikit panas ke dalam interior bangunan. Keseluruhan nilai isolasi dari suatu bahan biasanya dinyaakan dalam istilah nilai konduksi panasnya –U- yaitu jumlah panas dalam B.Th.U/sq.ft/hour, yang akan melalui konstruksi. Nilai U yang khas dari aluminium dan lembar seng gelombang yang digalvisir diperhitungkan untuk penggunaan rancang desain eko-interior.

Tabel 4: Perbandingan Nilai-nilai Isolasi
U = B.Th.U/sq.ft./hr/0F
Instalasi
Nilau U
SATU LAPIS atap atau dinding dari lembar aluminium yang bergelombang
SATU LAPIS atap atau dinding dari seng gelombang yang digalvanisir
0,8

1,4

Kekuatan tarik aluminium antara 12 s.d 13 ton per inci persegi. Sebagai bahan elemen interior, aluminium bukanlah bahan yang mudah terbakar, juga tidak akan mempercepat kebakaan, dan biar bagaimanapun tidak akan membantu meluasnya kebakaran. Titik cairnya yang relatif rendah 6570 C, berarti bahwa dalam kebakaran yang hebatpun bisa jadi yang mencair hanya terbatas setempat saja. Dengan demikian gas dan asap yang panas dapat keluar, dengan demikian berapa hal dapat mencegah menjalarnya kebakaran pada permulaannya. Andaikan bangunan pendukung interior roboh, maka lembaran aluminium yang ringan, digabung dengan kenyataan bahwa lembaran tersebut tidak akan pecah atau menjadi rapuh, dengan demikian dapat mengurangi bahaya pada penghuni interior seminimum mungkin.
Produksi aluminium secara komersial dari biji Bauksit dengan proses elektrolisa harus menunggu dulu adanya arus listrik murah. Prosesnya baru dimulai secara kecil-kecilan pada tahun 1880. Tetapi baru lima puluh tahun kemudian aluminium dapat menjadi logam yang murah, yaitu ketika aluminium mulai dimanfatkan secara besar-besaran untuk pembuatan pesawat terbang. Orang belum yakin apakah Al ini beracun. Tetapi, dalam dosis tinggi dapat menimbulkan luka pada usus. Aluminium yang berbentuk debu akan diakumulasi di dalam paru-paru (3,20). Al juga dapat menyebabkan iritasi kulit, selaput lendir, dan saluran pernapasan.
e)      Barium (Ba)
Barium merupakan logam dasar untuk material Desain Interior juga diproduksi di dalam industri gelas, keramik, textil, cat, plastik dan sebagainya. Barium ini berwarna putih, sumber alamiahnya adalah BaSO4 dan BaCO3. Dalam bentuk debu Ba dapat berakumulasi di dalam paru-paru, dan menyebabkan fibrosis, terkenal sebagai Baritosis. Barium yang larut di dalam cairan tubuh seperti Barium Chlorida atau Sulfida bersifat toxis (3,20). Ba merupakan stimulan jaringan otot, temasuk otot polos. Keracunan Ba dapat mengehentikan otot-otot jantung dalam waktu satu jam. Pada fase akhir keracunan biasanya terjadi juga kelumpuhan urat syaraf (20). Sampai saat ini Ba-Sulfat yang tidak larut di dalam cairan tubuh masih dugunakan orang dalam pembuatan foto kontras di rumah sakit.
f)       Seng (Zn)
Seng adalah metal yang didapat pada industri alloy, keramik, kosmetik, pigmen, dan karet. Kegunaannya untuk berbagai macm Desain Interior. Akan tetapi mudah terkena korosi apabila langsung berhubungan O2 dan air dengan keasaman tinggi. Untuk penutup atap dan dinding cocok pada daerah pegunungan yang dingin, karena seng penghantar dan penyimpan panas yang baik. Toxisitas Zn pada hakekatnya rendah. Tubuh memerlukan Zn untuk proses metabolisme, tetapi dalam kadar tinggi dapat bersifat racun. Di dalam air minum akan menimbulkan rasa kesat, dan dapat menimbulkan gejala muntaber. Seng menyebabkan warna air menjadi opalescent, dan bila dimasak akan timbul endapat seperti pasir.
g)      Tembaga (Cu)
Tembaga dipergunakan untuk berbagai Desain Interior. Dapat untuk patung, kap lampu, mebel, alat desain interior Jawa, alat dapur, dan sebagainya. Sebetulnya Cu diperlukan bagi perkembangan tubuh manusia. Tetapi dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GI, SSP, Ginjal, Hati, muntaber, pusing kepala, lemah, anemia, kramp, konvulsi, shock, coma, dan dapat meninggal dunia. Dalam dosis rendah menimbulkan rasa kesat, warna, dan korosi pada pipa, sambungan, serta peralatan dapur.
h)     Perak atau Argentum (Ag)
Perak adalah metal berwarna putih sebagai bahan baku kerajinan perak untuk asesoris dan hiasan. Penggunaan untuk desain dapat bermacam-macam elemen interior dan desain komunikasi visual dengan perpaduan material lain yang serasi. Ag didapat pada industri alloy, keramik, gelas-kaca, fotografi, cermin, dan cat rambut. Bila masuk ke dalam tubuh, Ag akan diakumulasi di berbagai organ dan menimbulkan pigmentasi kelabu, disebut Argyria. Pigmentasi ini bersifat permanen, karena tubuh tidak dapat mengeskresikannya. Sebagai debu, senyawa senyawa Ag dapat menimbulkan iritasi kulit, dan menghitamkan kulit (argyria). Bila terikat pada Nitrat, Ag akan menjadi sangat korosif. Argyria sistemik dapat juga terjadi, karena perak diakumulasi di dalam selaput lendir dan kulit (20,30).

E.     Bahan Kaca
Sebagai bahan pendukung interior yang dapat untuk menjaga kenyamanan fisiologis pada ruangan, kaca juga dipergunakan untuk memperoleh penerangan alami, memperoleh kesan perluasan ruangan, juga untuk cermin pantulan. Bahan kaca sering dipergunakan juga untuk bahan mebel serta abahn aksesoris lain pada interior. Kaca dapat disebut sebagai zat padat Amorf, yang sebelumnya merupakan cairan lewat proses pendinginan dengan kekentalan yang sangat tinggi. Kaca dibuat dengan mencampur dan melebur pasir Kuarsa (SiO2), Soda (NaOH), dan Kapur (CaO). Susunan kaca dalam arti sempit mempunyai tiga peramu, yakni Silika, Oksida, Logam Alkali Tanah. Hakekat ketiga jenis peramu tersebut dalam proses pembuatan kaca harus tetap dipertahankan, meskipun ada unsure lain seperti pembentuk, fluks atau pengubah, dan penstabil atau zat antara. Pembentuk hampir semua susunan kaca adalah Silika (Silika dioksida, SiO2) Disamping itu dapat digunakan sebagai pengganti atau tambahan oksidasi yaitu: Rozon, Fosforus, Germanium, dan Arsen. Peramu ini menentukan sifat optis kaca, misalnya indeks bias dan transmitans. Sedangkan Fluks menentukan titik leleh Silika..
Perkembangan produksi kaca sebagai usaha industri dipercepat abad ke-17 dengan adanya lembaran dan tabung kaca secara masal. Mutu kaca optik sangat meningkat, dengan konsekuensi yang revolusioner di bidang pembuatan instrumen yang mempergunakan lensa. Instrumen presisi kaca mulai popular yaitu teleskop dan mikroskop, yang merupakan dua peralatan pertama dalam reolusi ilmiah di abad 17. Perkembangan instrumen ini serta instrumen optik lainnya melaju semasa akhir abad 18, ketika lensa gelas sudah bias dibuat hampir tanpa cacat distorsi dan penguraian warna sinar di pinggirnya. Masa itu pula mulai dipasang lensa pada pesawat kamera Obscura yang selama dua abad lebih banyak merupakan alat permainan belaka. Namun mulai saat itu terjadi perkembangan cepat menjadi kamera fotografi. Kaca bermutu tinggi juga dijadikan komponen alat presisi seperti barometer dan termometer maupun Psichrometer (alat pengukur kelembaban ruangan interior). Jumlah dan jenis instrumen serta mesin presisi semakin bertambah, ketika tenaga listrik berhasil dikendalikan. Perkembangan masa abada 18 ditandai dengan peristiwa seperti penemuan Galavnisme dan botol Leiden.
Perkembangan penggunaan kaca untuk bebagai macam lukisan kaca atau sekedar untuk bingkai lukisan maupun fotografi dan bingkai karya desain  interior lainnya yang kini berkembang adalah kaca patri. Berbagai lukisan atau ornamen dengan kaca patri yang berwarna warni cocok dipergunakan untuk dinding, pintu, jendela, penyekat ruang mapun sebagai langit-langit.
Penggunaan untuk packhaging pada desain yang lain seperti iklan dan etalase menjadi menarik keran produksi karya desain  interior terlindung dan tembus pandang. Berbagai ukuran dan jenis kaca menjadi menarik untuk pelindung panas karena warna kaca yang gelap atau rayben. Pemakaian kaca cermin untuk memberi kesan luas ruangan telah dipadukan dengan menambah pantulan cahaya yang dapat memberi efek penyinaran. Selain untuk aksesoris lighting, maka kaca juga dipergunakan untuk peredam bunyi pada studio televis atau pemancar radio apabila dipasang doble dengan teknik hampa udara di tengahnya.
Penggunaan kaca tebal untuk lantai dengan hiasan akuarium di bawahnya sebagai wujud pelestarian keanekaragaman ikan hias, disamping penggunaan kaca untuk dinding dengan akuarium yang lebar juga dapat memberi kesan luas pada ruangan. Penggunaan kaca untuk langit-langit selain untuk keindahan dapat berfungsi untuk bukaan cahaya matahari. Pemasangan kaca berwarna pada atap yang langsung berhubungan dengan interior merupakan skylight, merupakan alternatif hemat energi untuk pencahayaan alamiah.
Eco-Cement
Eco-cement adalah semen yang diproduksi dengan memanfaatkan abu tebang   limbah tungku pembakaran (incinerator) sampah kota sebagai bahan baku selain batu kapur (limestone). Karakteristik abu terbang adalah memeliki kandungan Klor yang tinggi, yaitu logam berat seperti Air Raksa (Hg), Timbal (Pb), Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan senyawa organic beracun, dioxin. Bahan bakar-pun memanfaatkan limbah pengilangan minyak bumi di samping limbah plastik, termasuk PVC. Kadar Klor yang tinggi pada abu terbang dinetralisasi dengan penambahan senyawa Alkali seperti NaOH. Logam berat diekstraksi ulang sehingga bias menjadi bahan baku industri logam. Adapun dioxin akan terurai karena proses pembakaran di atas 1.300 derajad Celcius.
Pemanfaatan abu terbang menghemat pemakaian batu kapur sampai 25 persen dibandingkan dengan produksi semen Portland biasa, di samping menekan pembuangan dan penimbunan limbah abu tebang hasil pembakaran sampah kota. Emisi Karbon dioksida (CO2) dapat direduksi hngga 50 persen dengan konsumsi energi ditekan lebih dari 80 persen. Dari 1 ton eco-cement yang dihasilkan, 250 Kg bahan bakunya berasal dari limbah. Pendekatan ini memberikan alternatif solusi penanganan sampah di perkotaan secara terpadu. Suatu hal yang layak dipertimbangkan bagi kota besar seperti Jakarta memproduksi sampah hingga 6.500 Ton per hari.
Retarder adalah bahan kimia yang dipakai untuk mengurangi pemakaian air dalam adukan beton. Hasilnya, beton sebagai elemen pembetuk interior dapat menjadi lebih plastis serta memperlambat pengikatan awal dan mencegah terjadinya keretakan pada beton.
Abu Batubara Limbah untuk Eko-Interior
Abu adalah sisa yang tinggal setelah suatu barang yang mengelami pembakaran lengkap. Demikian arti abu sebagaimana tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Batubara adalah bahan untuk Pembangkit Tenaga Listrik Uap (PLTU). Proses pembakaran batubara dalam PLTU menghasilkan dua hasil tambahan (two by-products), yaitu fly ash dan  bottom ash. Disebut fly ash  dikarenakan abu batubara yang terbawa ke atas dan terperangkap pada alat pengumpul atau  electronic precipitators (ESP). Sedangkan abu batubara yang butirannya lebih besar dan lebih berat terkumpul di bawah disebut bottom ash. Baik fly ash maupun bottom ash dapat dimanfaatkan.
Fly ash  umumnya berwarna putih, ada juga yang warnanya coklat dan hitam karena bertambahnya unsur karbon. Butiran fly ash sangat halus, berukuran lebih kecil dari 0,1 mm, seperti silt dan mempunyai berat jenis butir 0,8 s.d 1,0.
Komposisi fly ash dari batubara bervariasi, tergantung dari sumber tambang dan penglohannya. Terdapat fly ash  yang mengandung banyak calcium, sedikit besi dengan kadar kapur 15 s.d 30% yang dapat menyebabkan fly ash menjadi aditif atau suplemen dari semen.
1)      Pemanfaatan Abu Batubara
Fly ash yang mempunyai sifat fisika dan sifat kimia sejak tahun 1990 telah dimanfaatkan dalam bangunan pembentuk elemen interior sebagai bahan subtitusi dan suplemen dalam produksi beton berkualitas tinggi, dimana fungsinya adalah untuk menghindari hidrasi dan kembang susut yang tinggi. Fly ash yang banyak dipakai oleh perusahaan ready mix concrete  dan industri kecil paving block untuk ekterior penunjang lingkungan interior dapat dilakukan dengan teknologi padat karya.
Pemanfaatan fly ash berdasarkan penelitian Asosiasi Teknik Pembangkit Listrik Tenaga Atom dan Air di Jepang meliputi: bidang industi semen 75%, bidang sipil 16%, bidang pembuatan batuan 4%, bidang pertanian 2% dan lainnya 3%.
2)      Abu Batubara untuk Kontruksi Interior
Dengan digalakkannya masalah kelestarian lingkungan hidup terutama dampak yang ditimbulkan limbah industri, maka para desainner interior semakin dituntut untuk  kreatif mengembangkan bahan limbah sebagai bahan interior. Salah  satu limbah industri dari pusat pembangkit tenaga uap berupa abu terbang (fly ash), bahan sisa berupa debu dan mengandung silika yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan mengganggu kesehatan bila tidak ditangani secara memadai.
Beton abutter/beton abu terbang (fly ash) adalah beton yang terbuat dari campuran semen Portland tipe 1, abutter (fly ash), agregat dan air.
Abuter atau abu terbang (fly ash) adalah bagian dari hasil pembakaran batu bara yang berbentuk partikel halus, tidak porous serta bersifat pozzolanik. Dengan sifat pozzolanik dimaksudkan fly ash bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan oleh semen pada waktu proses hidrasi dan membentuk senyawa yang bersifat mengikat pada suhu kamar dengan adanya air.
Pengaruh pemakaian abuter (fly ash) terhadap mutu beton hasil penelitian Pustekim (1987), bahwa pemakaian abutter sebanyak 20% dari berat semen tipe I yang digunakan pada beton yang direncanakan untuk kuat teka karakteristik K 175, pada umur 90 hari dari percobaan yang dilakukan di laboratorium memberikan hasil kuat tekan beton yang optimum (422,45 kg/cm2) atau 23,84% lebih besar dari kuat tekan beton normal.
Selain itu pemakaian abutter sebanyak 20 s.d. 40 % dari berat semen pada percobaan mortar di laboratorium memberikan ketahanan yang lebih baik terhadap sulfat (larutan 3,5% Na2SO4) disbanding dengan mortar tanpa abutter maupun yang menggunakan abutter 10%.
Dari perhtungan analisa biaya ternyata pemakaian abuter diharapkan dapat menghmat biaya pembuatan beton antara 13,5 s.d 22% dibandingkan dengan yang menggunakan semen tipe 5. Pemakaian abuter untuk campuran beton sebagai bahan konstruksi pada bangunan interior sangat cocok dan menguntungkan pekerjaan beton massif dan untuk konstruksi beton di lingkungan yang agresif (banyak mengandung sulfat).
Abuterbang atau Fly ash dapat digunakan sebagai bahan aditif yang sangat baik berguna untuk campuran beton agar beton menjadi lebih kuat, tahan lama, dan semen lebih mudah dalam penggunaannya. Fly ash sangat mirip dengan debu vulkanik yang digunakan pada produksi semen hidrolis sekitar 2.300 tahun yang lalu. Semen tersebut dibuat dekat sebuah kota di Italia yang bernama Pozzuoli, yang akhirnya melahirkan istilah “pozzolan”. Sifat pozzolan ini apabila dicampur dengan kapur dan air akan membentuk campuran semen. fly ash dapat menggantikan pozzolan sebagai campuran semen. fly ash hampir seluruhnya berbentuk bola yang memungkinkan dapat masuk dengan bebas ke dalam campuran beton, sehingga efek dari “ball bearing” tersebut partikel fly ash  menimbulkan “lubricting action” ketika beton masih dalam kondisi plastis.

3)      Stabilisasi Buangan Produk Air Kotor Interior
Penggunaan kapur dan CaSO4 dalam membasmi hama penyakit dan stabilisasi alkaline pada tempat pembuangan air kotor produk buangan dari sanitasi interior. Ternyata apabila para Desainer Interior dapat mempertimbangkan penggunaan fly ash  untuk sanitasi tentu berguna untuk mengurangi bakteri penyakit dan pencemaran bau busuk dalam pengelolaan sanitasi interior. Para Desainer Interior perlu memahami bahwa, sifat kapur dalam fly ash ternyata dapat dipergunakan untuk menetralisir cairan asam pada buangan air kotor atau limbah yang berasal dari dapur maupun ruang makan.

F.     Exposed Concrete untuk Panel Ramah Lingkungan
Salah satu sumberdaya alam adalah kerikil yang berasal dari sungai atau disebut kerikil sungai. Kerikil sebagai salah satu bahan baku pembuatan serta penggunaan Exposed Concrete, dapat juga diganti dengan bahan dari batu pecah yang berasal dari batu gunung dengan perekat dipergunakan semen, sehingga diperoleh bentuk tonjolan batu. Dengan demikian, exposed concrete dapat diartikan sebagai beton normal dimana permukaan kerikil (agregat kasar) pada permukaan beton diperlihatkan dengan jelas dan umumnya disebut dengan batu muka.
Pada dasarnya pembuatan exposed concrete ini bertujuan untuk memanfaatkan kerikil alam agar dapat dimanfaatkan untuk lemen interior dengan biaya pembuatan relatif murah serta cukup memenuhi standar kekuatan.
Proses pengerjaan Exposed Concrete untuk panel interior adalah sebagai berikut.
a)      cetakan yang terbuat dari kayu berukuran 40x40x5 cm dapat dibongkar dan dipasang kembali dengan beralaskan papan atau triplek dalam keadaan terpasang baik;
b)      ke dalam cetakan dimasukkan adonan lempung dengan ketinggian kurang lebih 1 cm, kemudian diratakan permukaannya;
c)      tanamkan kerikil alam satu persatu secukupnya, sehingga merupakan suatu tanaman kerikil yang teratur;
d)     masukkan adonan beton yang terdiri dari pasir dan semen dengan komposisi tertentu dengan w/c = 0,44 dan slump = 0 cm, ke dalam cetakanny yang telah diisi lempung (tanah liat) dan kerikil ala;
e)      ratakan permukaan beton dengan sendok tembok;
f)       biarkan selama 24 jam; setalah periode waktu tertentu selesai, cetakan dibuka;
g)      sebagai hasil, diperoleh suatu expose concrete yang sedikit kotor oleh sisa-sis tanah liat yang menempel pada batu kerikil;
h)      cuci permukaan beto dengan semprotan air dan pelan-pelan, disikat dengan sikat gigi bekas sehingga tanah liat yang masih menempel dapat hilang larut terbawa air pencuci;
i)        diperoleh expose concrete yang bersih dan menarik dengan kondisi kerikil alam yang tersusun rapi dan tertanam cukup kuat dalam beton.
Sebagai pengganti lempung dapat juga dipakai pasir yang kering, namun hasilnya kurang bersih karena banyak partikel pasir yang menempel pada permukaan beton..

Partcile Board dan Plywood
Particle Board mengeluarkan formaldehyde dari bus ureaformaldehide dapat menimbulkan kanker. Penggunaan sangat cocok untuk dinding dan langit-langit, terutama pada ruang pertemuan, ruang rapat, atau studio musik dan gedung bioskop. Penggunaan bahan isolasi ini tidak perlu dilapisi dengan finishing cat atau sejenis pernis maupun politur, karena bahan bakunya tidak tahan terhadap air dan minyak. Bahkan, penyemprotan secara langsung wewangian ruangan interior yang mengenai particle board atau plywood dapat membekas pada permukaan yang tidak dapat dihilangkan begitu saja bekas busa semprotan wewangian. Namun, apabila dikehendaki terdapat lukisan dinding atau pemberian aksen pada ruangan dengan warna, maka anjurannya adalah diperbolehkan dengan konsisten.
Asbestos
Penggunaannya untuk langit-langit, dinding, dan penutup atap pada interior. Pada penggunaan untuk dinding dikenal dengan panil sandwich atau panil asbes rangkap dengan lapisan tengah berupa panil asbes bergelombang. 
Asbes adalah sejenis mineral. Asbes tidak berat dan padat seperti mineral yang lain, ia terbuat dari serabut yang lunak. Asbes bukan penghantar panas yang baik dan tidak dapat terbakar, maka asbes sangat baik digunakan sebagai bahan penyekat panas, untk melindungi benda dari panas dan api.
Asbes dicampur ke dalam bahan pakaian yang dipakai  oleh pemadam kebakaran. Asbes juga dipakai sebagai campuran untuk membuat desain dapur, pada almari dapur dan dinding dapur yang berdekatan dengan api.
Asbes sangat berbahaya untuk kesehatan dan berbagai usahaa pencegahan yang ketat perlu ditaati di daerah tempat asbes diproses atau digergaji, karena serbuknyalah yang paling berbahaya bila terhisap melalui hidung. Jika debu asbes terhirup masuk hidung pada waktu bernapas, ia akan menyebabkan penyakit paru-paru yang disebut asbestosis.
Serat asbestos diketahui dapat menyebabkan penyakit dengan mortalitas tinggi, yaitu kanker paru-paru, mesothelioma pleura; peritoneum dan pulmonary fibrosis.  Serat asbes ini biasanya dijumpai saat digergaji, sehingga perlu memakai masker pelindung saat menggergaji. Peruntukan asbes pada elemen pembentuk ruang sebaiknya difinishing dengan pelapis cat tembok, agar serat asbes tidak mudah beterbangan. Bahan baku asbes ditambang di Kanada, Rusia, Cina, Italia dan Afrika Selatan.

H.    Warna dalam Eko-Intrerior
Ruang adalah tempat bergerak dalam tiga matra, ke kanan dan ke kiri kedepan dan ke belakang, ke atas dan ke bawah.
Warna : penampilan warna dapat diberikan dalam rona  (Hue), terang  (Lightnees) atau kecerlangan (Brightness), dan kejenuhan (Saturation) dari benda atau sumber cahaya.
Ada 3 warna primer yang bersifat adaftif : merah, hijau, dan biru. Warna-warna lain dapat disusun dari ketiga warna ini (kadang dari warna primer).
Dari segi zat warna dikenal tiga warna primer subtraktrip magenta (Merah kebiruan), kuning, dan biru (Biru hijau).
Zat warna magenta akan menyerap cahaya hijau dari dalam cahaya putih, zat kuning manyerap cahaya biru, dan zat sian menyerap cahaya merah.
Komisi Internasional Cahaya (CIE), menetatpkan warna cahaya siang sehingga kepadanan dengan suhu warna 6.500 K; Putih kekuningan dengan 5.500 K dan putij kebiruan dengan 7.500 K ini terutama berkaitan dengan lampu pijar pada interior. Lampu Pendar diproduksi dengan cepat macam cahaya putih, putih hangat, putih, putih sejuk, dan cahaya siang.  
Warna primer merupakan pengikat warna yang dapat menghasilkan warna lainnya apa saja dengan mencampurkan warna primer inti. Semakin dicampura dua warna primer tidak akan pernah menghasilkan warna primer inti.  Semakin campur  dua warna primer tidak dalam penuh menghasilkan unsur primer yang ke tiga. Dari segi psikologis ada 4 macam warna: merah, kuning, hijau dan biru. Masing-masing tidak mengandung corak yang lain. Dari segi cahaya ada 3 warna primer yang bersifat adiftif: merah, hijau, dan biru. Warna-warna lain dapat disusun dari ketiga warna ini (terkadang dari dua warna primer).
Dari segi zat warna dikenal 3 warna primer subtraktif: magenta (merah kebiruan), kuning, dan sian (biru-hijau). Zat warna magenta akan menyerap cahaya hijau dari dalam cahaya putih, zat kuning menyerap cahaya biru, dan zat sian menyerap cahaya merah. Cahaya zat magenta, kuning, dan sian (hijau-biru) dalam proporsi yang tepat akan menyerap semua cahaya, sehingga memberikan warna hitam.
Benda tanpa dengan warna tertentu karena benda itu menentukan atau meneruskan, sambil menyerap warna tertentu cahaya yang datang dari sumber cahaya. Benda yang menyerap secara tak-selelektif (menyerap cahaya putih dengan proporsi yang sama pada tiap panjang gelombang) akan menghasilkan warna yang netral (akromatik) bagian suatu rona yang dapat diperbedakan. Bila yang diserap sangat sedikit, sisa cahaya putih dipantulkan atau diteruskan, dan benda itu akan tampak putih atau bening. Sebaliknya, apabila sebagian besar diserap dan hanya sedikit dipantulkan atau diteruskan, benda itu akan berwarna tua (hitam). Kasus diantara kedua ekstrim ini akan menyebabkan benda tampak abu-abu, dengan terang (lighness) berbeda, apakah abu-abu tua, abu-abu atau abu-abu muda bergantung pada proporsi yang diserap.
Apabila penyerapannya itu selektif, artinya ada warna yang relatif kurang diserap, maka benda itu akan mempunyai warna. Apabila semua warna diserap, kecuali warna biru, dan minimal 80% intensitas cahaya biru ini dpantulkan atau diteruskan, benda itu tampak biru tua (biru dengan kejenuhan tinggi).
Bila warna lain hanya sedikit diserap dan warna biru lebih sedikit lagi diserap, benda itu akan hidup biru muda atau bening biru muda. Dapat dikatakan dengan biru dengan kejenuhan rendah.
Permukaan yang memantulkan cahaya dengan arah yang sama untuk semua, berkas itu akan tampak mengkilat apapun warnanya. Bila arah pantulan berlainan menurut letak jatuhnya berkas pada permukaan itu (ada diffusi), berkas akan tampak kusam. Hal serupa berlaku untuk suspensi. Warna dalam hal hamburan (scattering) warna-warna akan menjalani nasib yang berlainan. Debu di udara dan juga molekul air, akan lebih menghamburkan warna biru daripada warna lain. Hal ini yang menyebabkan langit berwarna biru dan cahaya matahari lebih kuning daripada seharusna (sebelum masuk atmosfer).
Masih ada beberapa gejala optik lain yang mempengaruhi atau menentukn warna benda, antara lain pembiasan, difraksi, interferens, dan fluoresens. Disamping rona, terang atau kecerlangan dan kejenuhan warna, ada beberapa faktor lain dari benda yang akan menentukan warna benda itu, misalnya ukuran, bentuk, letak, tekstur, kesilauan, adanya kedip-kedip, kelainan dan gemerlapan.


kepustakaan
Harjanto Sri Eng, 2003. Ramah Lingkungan dan Eco Material, Departemen Metalurgi dan Material, FT Universitas Indonesia, Jakarta, Kompas 19 Januari 2003.
Hufschmidt, et.al., 1981. “Benefit Cost Analysis of Natural Systems and Environmental Quality Aspects of Development”, EPI.
Mackenzie Dorothy, et.al. 1991. Green Design: Design for The Environment. Laurence King LtdChina.
Murtadho, E. Gumbira sa’id. 1988. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Padat. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Pilatowicz Grazyna. Eco’Interiors a Guide to Environmentally Conscious Interior Design, John Wiley / Sons, Inc. Canada.
Reg Lang and Audrey Armour. 1977. Oakville Environmental Resport: A Case Study in Environmental Planning, Toronto: Lang Armour Associates,  Reproduced with permission.
Ritohardoyo, Su. 1995. Ekologi Manusia dalam Pembangunan, Bahan ceramah, F. Geografi. UGM, Yogyakarta.
Johnson, R.A., Newell, WT., Vergin, R.G. 1974. Production and Operations Management; A System Concept, Hougton Mifflin Company, Boston.
Soemarwoto Otto. 2001. Atur diri Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan lingkungan Hidup. Gadjahmada University Press, Yogyakarta.
Soemirat, Juli. 1996. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjahmada University Press.




                                                                                                                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar